"Bukankah sudah lama kubilang, suatu hari aku mungkin harus pergi?" Sang Mage sambil menghindar dari ajakan bertarung Cheng Yan.
"Tapi aku tidak menyangka hari ini datang begitu cepat!"
"Tenanglah, bebaskan dirimu. Tak ada pesta yang tak berakhir di dunia ini." Sang Mage justru sangat kalem, "Di dunia ini, kedatangan dan kepergian kita tak bisa ditentukan sendiri. Setiap orang punya ambisi masing-masing, karena itu perpisahan pasti terjadi."
"Kalau aku punya waktu, bolehkah mengunjungimu di Jerman?"
"...Kok seperti anak kecil saja. Ngomong-ngomong, benarkah kamu kakak kandung kepala stasiun?" Sang Mage pasrah.
“Aku memang kakaknya! Dulu saat dia masih pakai celana bolong, aku bahkan pernah memukulinya!” Setelah berkata demikian, Cheng Qiuye kembali menatap Sang Mage dengan penuh harap, “Baiklah kau boleh mengejar ambisimu, tapi kita tetap berteman, tetap guru dan murid, persahabatan ini tidak boleh terputus kan?”
“……Selama kita masih saling mengingat, tak peduli sejauh apapun jarak, kita akan tetap berteman.”
“Kalau begitu kau harus sering-searng buka WeChat! Sekarang teknologinya sudah maju, saya bisa bertanya padamu kapan saja. Jika suatu hari konserku sampai ke Eropa, aku akan datang menjemputmu untuk makan bersama!”
“……”
Tanpa disadari, Sang Mage melirik ke samping dan melihat Cheng Yan masih berdiri di sebelahnya dengan ekspresi "Kalian lanjutkan bicara, aku tunggu di sini". Ia menggelengkan kepala pelan, lalu duduk manis di area resepsionis, sudah mempersiapkan diri untuk mengobrol dengan Cheng Qiuye hingga setengah hari.
Percakapan ini berlangsung selama setengah jam.
Zhu Jiayan sudah sejak pagi pergi ke klub, sementara Cheng Yan tetap duduk diam-diam di samping, bahkan mengambil sebuah buku dari resepsionis untuk dibaca dengan kesabaran penuh.
Tiba-tiba resepsionis semakin ramai. Cheng Qiuye yang sedang memeluk bantal sofa di musim panas itu menyembunyikan separuh wajahnya dalam bantal, namun tetap khawatir. "Ayo kita naik ke atas untuk bicara, di sini terlalu ramai orang..." ujarnya.
Lang Xiao Fa mengangguk: "Hm!"
Bersamaan dengan itu, Cheng Yan juga ikut berdiri.
Lang Xiao Fa langsung menunjukkan ekspresi kepasrahan.
Di lantai atas, Sang Kepala Stasiun dan Srikandi sudah mulai memasak. Aroma harum terus memancar sementara Yang Mulia Loli duduk di dekat tungku mengamati dari jarak dekat. Lang Xiao Fa menahan kuat keinginan untuk melapor ke Sang Kepala Stasiun, lalu kembali duduk di sofa.
Cheng Yan tetap mengikuti mereka, bahkan merebut tikus kecil milik sang loli dan meletakkannya di meja kopi sambil meraba-raba, namun secepat itu sang loli menyadari dan merebut kembali.
Cheng Yan tidak putus asa, lalu bersemangat berhadapan dengan sang loli. Tentu saja menurutnya sang loli bukan dalam kewaspadaan terhadapnya, melainkan melakukan kontak mata karena emosi lain.
Tiba-tiba terdengar desahan panjang dari Cheng Qiuye: "Tak kusangka latar belakang lingkungan Guru Cai begitu kompleks..."
Sang Mage berkata: "Iya! Karena tekanan, kesempatanku menggunakan WeChat setelah ke LN mungkin sangat sedikit, bahkan bisa terputus hubungan sepenuhnya... Tapi ini bukan masalah, dengan berpikiran terbuka, sebenarnya terkadang kata 'selamat tinggal tanpa janji bertemu lagi' terdengar lumayan romantis."
Cheng Qiuye pun diam sejenak.
Melihat mereka berdua terlalu lama tak berbicara lagi, suara Cheng Yan kembali bergema: "Sudah pertimbangkan bagaimana?"
"Hush..."
Sang Mage langsung menarik napas dalam-dalam, dengan wajah pahit berkata: "Kakak sulung, lepaskan aku! Sebenarnya aku orang yang ekstrem benci berantem. Bagaimana kalau kakak cari Srikandi saja!"
Suara Yin Nuxia terdengar dari jauh: "Cari aku buat apa?"
"Sejauh ini masih bisa dengar?" Cheng Yan heran. Jika dulu, dia hanya akan berpikir telinga Yin Nuxia sangat tajam. Tapi sekarang, sejak benih kecurigaan mulai tumbuh di hatinya, dia mulai menyimpulkan bahwa perubahan tertentu juga terjadi pada Yin Nuxia. Bahkan tingkat perubahannya mungkin jauh melampaui perubahan pada dirinya - misalnya mata yang tajam dan pendengaran super sensitif. Kalau dipikir-pikir, sejak hari pertama Yin Nuxia datang ke hotel, dia sudah menunjukkan keanehan yang berbeda dari manusia biasa. Sangat mungkin perubahan ini sudah dimulai sejak lama sebelum kedatangannya.
Mungkin justru karena perubahan inilah dia akhirnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Dalam sekejap mata, berbagai pikiran berkelebat di benak Cheng Yan.
Sang Mage melihat Cheng Qiuye juga memandangnya dengan sorot mata penuh tanya. Setelah merenung sebentar, ia berkata pelan: "Entah kenapa Cheng Yan selalu tidak senang padaku, terus-terusan mencari alasan untuk memukulku!"
Alis Cheng Qiuye sedikit terangkat. Ia menatap Cheng Yan, aura kepemimpinan bawaan suku kakak perempuan mulai menyelimuti sekelilingnya.
Sayangnya Cheng Yan tidak seperti Cheng Yun yang mau berkoordinasi: "Aku cuma butuh rekan latihan."
Penjelasan ini jelas tidak memenuhi standar Kakak Sepupu. "Kalau mau cari rekan latihan, carilah yang bertubuh kekar seperti Lin Yuanwu! Bukan maksudku menyuruhmu mendekati Lin Yuanwu, tapi minimal cari yang posturnya segagah dia. Atau latihan saja dengan kakak laki-lakimu! Lihat Guru Cai ini kurus, lengan kecil dan betis ramping, mana tahan digebukin kamu!"
Sejujurnya, aku baru saja latihan dengan Lin Yuanwu.
Cheng Yan mengatupkan bibir: "Guru Cai-mu tidak seslemah yang kamu kira. Belum tentu Lin Yuanwu bisa menyainginya!"
Reaksi pertama Cheng Qiuye justru "Guru Cai ternyata pintar ilmu sastra dan bela diri?", lalu dia segera menyadari kesalahpahaman itu sambil menggeleng, "Ini tidak mungkin, lihat Guru Cai sekurus ini..."
Sejak kecil tak pernah gentar berkelahi dan bercita-cita menjadi Mage Pertempuran, Cai Zhifei mengangguk-angguk penuh semangat: "Benar! Benar!"
Namun Cheng Yan sama sekali mengabaikan Cheng Qiuye, langsung menatap Sang Mage: "Kamu takut melukaiku?"
Aku melukai diriku sendiri pun tak berani melukaimu!
Sang Mage menggelengkan kepala seperti genderang mainan: "Mana mungkin aku punya kemampuan itu, Kakak bisa mengalahkan dua orang sepertiku sekaligus!"
"Kalau begitu, coba saja."
"Tidak boleh, kalau Kepala Stasiun tahu aku berkelahi denganmu, pasti akan mengurungku di rumah hitam."
"Dia tidak akan."
"Dia akan."
"Aku bilang tidak ya tidak. Dia tidak bisa mengalahkanku." Cheng Yan menyampaikan fakta ini dengan nada datar.
"Batuk! Kalau terus memaksaku, aku akan melapor ke Sang Kepala Stasiun!" Sang Mage berbisik pelan, "Aku sarankan cari Srikandi saja, Srikandi itu jago sekali."
"...Lupakan."
"Di sini Cheng Yan sudah mulai yakin."
"Sang Mage memang sangat ahli bertarung. Kecuali dia juga mengalami perubahan seperti itu, postur tubuhnya yang kurus seperti tauge tak cukup untuk menopangnya melawan beberapa orang sekaligus."
"Cheng Yan menghela napas dalam-dalam."
"Berdiri dan kembali ke kamar. Tang Qingying menyadari ekspresinya tak biasa, bertanya, 'Ada apa?'"
"Cheng Yan tak ingin memberitahunya, hanya menjawab, 'Ditolak Cai Qing.'"
"'Kamu benar-benar mencarinya!?'"
"'Hm.'"
"'Ckck, Gimana sih pikiranmu? Kamu terjangkit rabies?' Tang Qingying meringkuk di sofa. Karena AC menyala kencang, dia agak kedinginan. Saat mengucapkan ini, kaki panjangnya yang menyatu rapat masih saling menggesekkan beberapa kali, 'Kalau benar-benar ingin dihajar, mending cari Kak Yin Dan!'"
"'Lupakan, itu monster.'"
"Cheng Yan merasa tak perlu lagi mencari Yin Nuxia."
Tiba-tiba dia mendengar Tang Qingying berkata: "Atau kau cari saja benda kecil yang sudah jadi siluman itu, dijamin menghajar habis-habisan!"
Cheng Yan mendengar itu malah mengangguk setuju—
Benar juga, bar darah terkuras seketika!
Namun tiba-tiba ekspresinya berubah, menyadari sebelumnya berpikiran terlalu berpusat pada manusia. Siapa bilang perubahan hanya terjadi pada manusia?
Jika manusia bisa menjadi superman, dunia ini jelas telah menyimpang dari jalur semula. Tak lagi sesuai pandangan mayoritas. Lalu mengapa hewan tak bisa jadi lebih cerdas? Jadi omongan Yao Yao tentang loli jadi siluman mungkin ada benarnya.
Setidaknya si loli memang sangat pintar!
Sebenarnya Cheng Yan sudah lama memperhatikannya, tapi seperti hal lain, sebelum ada celah dalam pikirannya, mustahil membayangkannya.
Kini kecerdasan luar biasa si loli mungkin terkait perubahan ini.
Maka kini ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, apakah perubahan pada si loli ini akan membuatnya tak terkendali. Jika hanya dirinya sendiri, Cheng Yan yakin ia akan sepenuhnya terpikat oleh tingkat kecantikan si loli, bahkan jika si loli berubah jadi iblis pun ia takkan peduli. Tapi jika melibatkan orang lain, setidaknya saat harus memilih antara si loli dengan Cheng Yun, pasti dengan berat hati ia akan memilih Cheng Yun.
Beruntung saat ini si loli masih sangat patuh.
Kedua, tingkat kepadatan perubahan di hotel ini.
Di luar sana ia belum pernah melihat orang yang mengalami perubahan seperti ini, tidak menutup kemungkinan karena ia jarang berinteraksi dengan orang lain, memang karakternya juga tidak tertarik pada orang lain. Namun sekalipun begitu, probabilitas di hotel ini agak terlalu tinggi bukan?
Berapa total makhluk yang ada? Yang anomali saja sudah empat!
Mungkin harus ditambah Naqu, total jadi lima.
Di antara orang luar hotel ada juga Zhu Jiayan, yang sering datang menginap sehari di hotel.
"Hush……"
Suara tarikan napas samar terdengar, ekspresi Cheng Yan semakin serius. Ia merasa dirinya dan Cheng Yun seolah terseret masuk ke dalam pusaran tak dikenal, bahkan sosok Cheng Yun yang sangat familiar baginya kini mulai terkesan magis.
Tiba-tiba, suara plak yang menginterupsi itu kembali memenuhi udara.
Disusul suara Tang Qingying: "Apa yang kau pikirkan? Eh teksturnya lumayan elastis, orang yang rajin fitness memang beda... Tunggu, mau apalagi kau!? Saya mengakui kesalahan!"
Dengan wajah muram, Cheng Yan mendekati Tang Qingying dan mencengkeram kerah bajunya. Saat ditarik perlahan, kain lembut di kedua sisi membentuk busur pinggiran puncak giok sang gadis, memperlihatkan bahkan pola permukaan bra-nya. Tatapannya yang menunduk langsung menangkap pemandangan memikat putih salju yang lembut itu.
Sangat besar dan membentuk lingkaran sempurna.
