Dewi Sekolah Liu Da kembali keluar membeli sarapan, di resepsionis hanya tersisa gadis kecil Yu Dian dan Cheng Yun... Ah, ada juga si loli!
Cheng Yun dan gadis kecil Yu Dian masing-masing memegang kotak yogurt, di sampingnya si loli dengan rendah hati menjilati yogurt kecilnya perlahan, mengeluarkan suara jilatan ringan.
Tiba-tiba, si loli memalingkan wajah, melirik ke belokan tangga.
Di tempat yang tak terlihat para resepsionis, dua orang biasa sedang bergulat sembari berbisik-bisik.
Loli terus menjilat yogurt, telinganya sedikit tegak, menangkap suara kedua orang biasa bodoh ini dengan jelas.
"Aku tidak punya alasan..."
"Katakan saja..."
"Bagaimana jika Kepala Stasiun marah..."
"Apa kakak laki-laki memohon padamu masih belum cukup?"
"Jujur saja, kalian berdua takkan berhasil..."
"Malam ini aku traktir makan."
"Aku benar-benar... Ah... Takut padamu."
Lalu siluet seseorang turun dari lantai atas dengan tenang, seolah hanya turun tangga biasa...
Berlagaknya sangat meyakinkan!
Zhu Jiayan mendekati resepsi, tapi tiba-tiba kucing yang berbaring di desktop resepsionis sambil makan yogurt itu menatapnya tajam. Tatapan itu seperti seorang filsuf manusia - bahkan di antara manusia, bagaimana mungkin makhluk ini bisa melihat tipu muslihatnya begitu jelas?
Hati Zhu Jiayan mengguncang, seluruh tubuhnya membeku sejenak, namun reaksinya sangat cepat. Ia buru-buru menyunggingkan senyum hormat: "Selamat pagi, Yang Mulia Loli!"
Kucing itu dengan samar menarik kembali pandangannya, ritme menjilat yogurt seolah menjadi lebih riang.
Zhu Jiayan langsung menghela napas lega.
Tiba-tiba Sang Kepala Stasiun mengangkat kepala meliriknya sambil tersenyum: "Pergi ke klub lagi ya?"
Zhu Jiayan mengangguk, pura-pura tak sengaja bertemu Cheng Yun: "Iya, hari ini Sang Kepala Stasiun juga ada di resepsionis. Kebetulan sekali..."
Sambil berkata demikian, Zhu Jiayan mendekati meja resepsionis. Menatap sorot mata penuh tanya Cheng Yun, ia meredam suaranya: "Sang Kepala Stasiun, ada sesuatu yang ingin kuselidiki."
"Ada apa?"
"Yaitu..." Zhu Jiayan terkesan penuh rahasia, "Kuberi tahu asal jangan disebarkan ya!"
"Hmm, mending jangan usah dibicarakan."
“……Begini, aku punya teman, seorang siswi kecil. Dia penggemar Guru Cai yang diam-diam memperhatikan Guru Cai sudah lama. Tapi karena tingkat kecantikan Guru Cai terlalu tinggi, sementara dia sendiri punya rasa inferior yang kuat, jadi tak berani mendekati Guru Cai. Susah payah mengumpulkan keberanian, eh malah dengar kabar Guru Cai akan pergi. Lagipula katanya Guru Cai masih keluarga terpandang dari Shanghai, sekarang dia semakin tak berani mendatangi.”
“Bagaimana temanmu itu tahu kalau Cai Qing berasal dari Shanghai?” Cheng Yun tertegun-tertegun mendengarnya.
“Aku juga tidak tahu…” Zhu Jiayan mengangkat tangan pasrah.
“Keren.” Tanpa disadari Cheng Yun melirik ke samping, mendapati gadis kecil Yu Dian sedang asyik main Spider Solitaire, seolah sudah tertutup dari persepsi dunia luar.
“Jadi dia minta tolong aku menanyakan, sebenarnya Guru Cai berasal dari mana sih? Setelah pergi kali ini, spesifik ke mana tujuannya?”
"Cai Qing sih, misterius banget. Aku juga nggak nanya banyak. Tapi yang aku tahu cuma satu." Cheng Yun membeku sejenak, rasanya konsep 'keluarga ternama' ini terlalu jauh dari realita, seperti adegan sinetron romantis. Tanpa sengaja matanya kembali mencuri pandang ke gadis kecil Yu Dian yang sedang asyik bermain kartu, ekspresinya agak canggung, "Intinya, setelah Cai Qing pergi kali ini, mungkin kalian nggak akan ketemu lagi."
"Boom!"
Tangan Yu Dian menggoyang tak sengaja, melakukan pergerakan kartu tidak valid yang memicu bunyi peringatan dari game.
Tapi dia tetap berusaha keras mempertahankan ketenangan. Kecuali ujung telinganya sedikit memerah, tak terlihat keanehan lain. Jarinya menari di mouse mencari kartu yang bisa dipindahkan, beberapa operasi cepat dilakukan. Dia yakin Bos Cheng sulit menyadari kalau dirinya sedang menguping pembicaraan mereka.
Hanya saja matanya memancarkan kebingungan.
Benarkah seseorang yang susah payah mulai dikenalnya ini akan menghilang dari kehidupannya?
Mungkin kehidupan memang seperti ini, selalu ada orang yang tanpa sadar mendekati hidupmu lalu pergi tanpa alasan, entah perlahan terputus hubungannya, entah tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Tapi bagi dia yang sejak kecil hampir tak punya teman, hal ini pada akhirnya tetap terasa kejam.
Zhu Jiayan seolah juga menangkap sesuatu. Dari sudut pandangnya yang kebetulan menghadap ke resepsionis, saat Sang Kepala Stasiun mengucapkan kalimat itu, ia melihat gejolak mikroskopis di tatapan gadis kecil Yu Dian. Bahkan gerakan menjilat yogurt Yang Mulia Loli pun terhenti sejenak. Tapi demi Lin Yuanwu, juga agar penampilannya terlihat lebih meyakinkan, ia tetap berlagak tak tahu dan bertanya lagi: "Ha? Mengapa?"
Cheng Yun tertawa kecil: "Aku juga tak paham. Intinya, nasihati temanmu itu untuk menyerah saja."
Sang Loli juga mengarahkan pandangannya ke Zhu Jiayan, seolah memberi tahu untuk tahu batas. Efek dari sapaan hormat "Selamat pagi, Yang Mulia Loli" sudah habis. Tanpa mengisi ulang, takkan bisa berlama-lama di sini.
Zhu Jiayan lalu menundukkan kepala dan berbalik: "Baiklah, aku mengerti, terima kasih banyak pada kepala stasiun."
Setelah berkata demikian, ia berjalan keluar.
Menyalakan mobil dan melaju ke klub, pikirannya masih terus bekerja.
Jelas dia tak bisa bertanya lebih lanjut, konten sebenarnya berikutnya juga bukan hal yang boleh mereka ketahui. Tapi dia juga tak bisa begitu saja memberitahu Lin Yuanwu. Jika Lin Yuanwu mendengar bahwa setelah perpisahan ini tak akan bisa bertemu orang itu lagi, siapa tahu hal gila apa yang akan dilakukannya. Zhu Jiayan pun kurang lebih memahami, pria ini meski terlihat rasional dan matang sehari-hari, begitu jatuh cinta sampai mengabaikan segalanya, tetap bisa terserang kegilaan untung rugi.
Hanya saja pria yang semakin rasional dan matang biasanya semakin sulit terjerat dalam lautan penderitaan cinta.
Salahkan saja daya tarik maestro-maestro yang terlalu memikat!
Zhu Jiayan juga merasa pasrah. Andai bukan karena dia sudah mengetahui segalanya sebelumnya, mungkin dia pun akan perlahan-lahan terjerat dalam pesona para maestro.
Oh iya! Selanjutnya harus awasi Kak Feng baik-baik!
……
Setelah menghabiskan yogurt, Cheng Yun membawa si loli naik ke kamar dan langsung masuk ke ruang node.
Si loli juga membawa tikus kecilnya. Tikus kecil itu yang pertama kali masuk ke ruang node terlihat sangat tidak nyaman. Dunia yang sunyi, luas tanpa pantulan gelombang suara ini membuat si kecil gelisah, apalagi di bawah kakinya hampa, membuatnya mengkerut ketakutan. Si loli mengira ini karena pertama kali datang, belum familiar dengan wilayah ini, lalu mengajaknya berlarian tak karuan untuk mengenal lingkungan.
Cheng Yun duduk bersila, menggerakkan tangan memanggil titik cahaya, menggenggamnya di telapak tangan untuk membaca konten dan melanjutkan penelitian.
"Teknik Rahasia Panjang Umur" dari Kayu bagaikan kitab suci berilmu tak terhingga, atau kumpulan esensi pengetahuan tentang keabadian dari peradaban tertinggi. Lebih lagi ini berasal dari peradaban dan sistem sama sekali baru, konten di dalamnya mustahil bisa dipelajari sembarang orang yang mendapatkannya.
Bahkan bisa tidaknya memahami isinya masih menjadi segalanya.
Logika ini sederhana, juga tidak perlu dijelaskan panjang lebar.
Jika Cheng Yun ingin mengajarkan Teknik Rahasia Panjang Umur kepada seseorang, setidaknya ia sendiri harus memahaminya dulu. Kalau tidak, bagaimana mungkin mengajarkannya kepada murid-murid yang benar-benar dasar nol?
Cheng Yun telah membagi proyek yang sangat raksasa ini menjadi banyak langkah-langkah, berupaya membuatnya seperti pendidikan yang diterima siswa di planet Bumi - perlahan-lahan dari tingkat dasar hingga lanjut. Saat ini, tahap pertama yang paling dasar hampir sepenuhnya ia kuasai.
Baru setelah melihat waktu di ponsel menunjukkan pukul setengah sebelas, ia meninggalkan ruang node untuk mempersiapkan makan siang.
Yin Nuxia juga telah menyelesaikan live streaming-nya dan datang membantu di dapur.
Kedua orang ini telah membangun kecocokan hati yang sangat dalam. Tak hanya otomatis berkumpul tepat waktu, kini bahkan tanpa perlu komando dari Cheng Yun, Yin Nuxia langsung tahu urutan masakan hanya dengan melihat sayuran di tungku, lalu mulai menyiapkan bahan mentah sesuai prosedur.
Tebasan goloknya menghantam talenan bak palu raksasa.
"Bum!"
Jahe dan bawang putih sama sekali tak perlu dicincang, cukup diremas langsung berubah menjadi bubuk jahe dan bawang putih halus.
Lalu terdengar suara memotong daun bawang, dor-dor-dor nyaris tanpa jeda, bagaikan mesin pemotong berfrekuensi tinggi yang sedang menghantam talenan. Yin Nuxia sama sekali tak memperhatikan golok dan daun bawang di tangannya, dengan semangat bercerita pada Cheng Yun tentang sensasi live streaming hari ini. Yang paling fenomenal adalah kemunculan sekilas Liu Xi di layar yang memicu gemuruh heboh.
"Netizen itu benar-benar, begitu melihat gadis cantik langsung berhenti bergerak! Selama dua jam lebih live streamingku, mereka terus-terusan berteriak menyuruhku menyerahkan Liu Xi!"
"Cuma soal payudara besar, aku juga..."
"Orang-orang ini dangkal sekali..."
"Ah!"
Yin Nuxia menggelengkan kepala dengan ekspresi kecewa karena ketidakmampuan, memasukkan daun bawang ke mangkuk kecil, lalu mengambil mentimun kecil sambil bergumam: "Buah apa mentimun sekecil ini? Paling cuma cukup buat satu mangkuk kecil salad."
"Untuk hiasan piring."
"Hiasan piring? Harus diiris gimana? Iris tipis? Serut halus? Potong batang? Bentuk spiral? Atau diukir jadi sesuatu?"
"Iris tipis, sisanya dipotong serat halus."
Yin Nuxia menggeram, setelah bercerita tentang Liu Xi, kini giliran penyiar bego yang ditemuinya hari ini.
Saat masakan setengah matang, tiba-tiba ponsel Cheng Yun berbunyi. Ia memberikan kode mata ke samping. Si loli langsung patuh melompat turun dari tungku dan menggigit ponsel itu dengan mulutnya.
"Hei Yao Yao, ada perlu apa nelpon saya?"
"Ah Kakak Ipar, tadi nelponmu nggak nyambung!"
"Kapan?"
"Sekitar sejam lalu, tampilannya nulis 'tidak bisa dihubungi'."
"Ada keperluan apa?"
“Tidak ada masalah, cuma mau kasih tahu kalau siang ini latihan mengemudi kami sampai sekitar pukul setengah satu. Nanti kita makan langsung di sekolah mengemudi. Kata guru masaknya enak, keterampilan tangan koki bagus. Aku dan Yan-yan pengen coba.”
“Ah? Tapi aku sudah masak lho!”
“Ah? Kalau... kalau gitu simpanin ya, nanti kita balik makan?” Suara Tang Qingying terdengar ragu, seolah meminta persetujuan Cheng Yan.
Cheng Yun segera mendengar suara Cheng Yan dari samping: “Takut apa? Ada beberapa orang di sana, takut nasi tidak habis?”
Tang Qingying pun terbata-bata melanjutkan: “Kak, Yan-yan bilang...”
Cheng Yun langsung memotongnya agar dia tidak malu: “Sudah, gapapa. Kalian makan di sana saja. Kami bisa mengatasinya.”
“Oke, kita lanjut latihan ya.” Tang Qingying menambahkan dengan kagum, “Wah hari pertama latihan kita seram banget!”
"Sedang masak." Cheng Yun tidak berniat mengobrol panjang.
"Baiklah."
Telepon segera terputus.
Cheng Yun memandangi hidangan yang sudah jadi dan bahan mentah yang masih tersusun rapi di tepi tungku, kebingungan: "Brengsek! Dua gadis itu benar-benar. Sudah kumasak untuk mereka, tapi tidak pulang makan. Gimana ini?"
Loli kecil segera mengangkat cakar mungilnya, menunjuk bahan-bahan yang belum dimasak, merancang strategi untuk Sang Raja: "Huu..."
Cheng Yun meliriknya, menggeleng: "Tidak boleh. Sudah dipotong-potong, kalau tidak dimasak nanti busuk."
Loli kecil tertegun: "Huu?"
Cheng Yun tetap menggeleng: "Meski tidak busuk juga tidak boleh. Aku punya gangguan obsesif-kompulsif, tidak bisa menahan ini."
Yin Nuxia enggan kalah dalam membantu Sang Kepala Stasiun: "Tak apa, aku dan si mage payah itu bisa makan banyak. Masak lebih pun tetap habis."
“Loli itu langsung mengangguk terus-menerus, tapi setelah sadar ia kembali melotot ke arah Yin Nuxia——”
“Padahal Wang juga bisa makan banyak! Wang yang paling bisa makan!!”
Cheng Yun berkata: “Tidak! Kalian tidak akan habiskan!”
Yin Nuxia mengerutkan kening: “Bagaimana mungkin? Aku jamin pasti habis! Kalau tidak habis, tanggung jawabku!”
“Hiks hiks hiks!”
“Tidak, kalian memang tidak akan sanggup menghabiskannya.”
“Eh?” Yin Nuxia mengedipkan mata beberapa kali, mulai meragukan dirinya sendiri, “Lalu... gimana nih?”
“Hanya satu cara, panggil Bos Tang untuk ikut makan.”
“Oh? Begitu ya!” Ekspresi Yin Nuxia memancarkan kekaguman, “Sang Kepala Stasiun benar-benar bijaksana! Aku yang akan panggil!”
“Baik, ingat bilang padanya karena dua gadis itu tiba-tiba tidak pulang makan, jadi masakannya kebanyakan. Kalau tidak, dia tidak akan mau datang.” Cheng Yun berpesan.
“Tenang saja, aku tidak sebodol benda kecil ini!”
