Senja, pukul enam.
Di ufuk langit terbentang awan tipis bagai bulu, cahaya senja memancarkan cahaya emas berkilauan. Sekawanan merpati bolak-balik terbang, udara dipenuhi desir sayap yang dikibaskan.
Lin Yuanwu, Zhu Jiayan, dan Feng Han duduk mengelilingi meja kopi. Mereka meminum teh kasar yang disediakan hotel, suasana hening sejenak.
Feng Han menikmati bunga-bunga yang mekar di sekelilingnya, sambil mempertimbangkan kapan akan bertanya pada Bos Cheng tentang beberapa jenis bunga favoritnya. Ngomong-ngomong, pohon kecil di tengah yang cantik dan berbuah itu juga sangat disukainya.
Zhu Jiayan menunduk bermain ponsel, membalik-balik daftar lagu baru di aplikasi pemutar musik.
Lin Yuanwu tidak melakukan apa-apa. Tidak main ponsel maupun melihat sekitar, hanya memegang cangkir teh dan menyesap tehnya perlahan. Sepertinya ia bahkan tidak memperhatikan rasa teh seperti apa.
Tiba-tiba, aroma samar menyelinap masuk ke hidung mereka.
Bukan aroma bunga di taman, juga bukan aroma arak yang samar-samar menyelimuti sekeliling namun tak jelas asalnya, melainkan bau parfum buatan manusia. Parfum itu memiliki aroma manis yang segar, dengan komposisi utama bunga lemon dicampur berbagai rempah lainnya. Biasanya gadis-gadis muda menyukai parfum jenis ini. Meski mungkin tak termasuk kelas premium, aroma segarnya selalu terhindar dari kesan murahan.
Lin Yuanwu merasakan bayangan menghalangi cahaya keemasan yang sebelumnya menyinari sisi tubuhnya. Ia memiringkan kepala dan melihat dua siswi dengan rias sempurna bergandengan tangan, tersenyum manis berdiri di sampingnya.
"Halo, bolehkah kami bergabung?" Gadis yang lebih tinggi berbicara langsung dengan keceriaan dan kepercayaan diri yang menyala-nyala.
"Kalian ini..." Feng Han jelas-jelas tidak tertarik dengan permainan mereka.
"Emm..."
Gadis tinggi itu sedikit tercekat, jelas dia tidak menyangka respon pihak lawan begitu dingin, terutama padanya yang penampilannya sepenuhnya bisa dibilang sangat cantik. Namun setelah melirik profil wajah Lin Yuanwu yang berpenampilan cerah dan gagah, dia segera berkata: "Kami orang dari luar kota, sedang berwisata ke Jinguan. Kami menginap di hotel ini. Kalian juga sedang berwisata ya?"
Gadis lain yang posturnya proporsional hanya tersenyum tanpa bicara, seolah dia hanya datang sebagai pendamping. Tapi sesekali melirik Lin Yuanwu, ia tetap tak bisa menahan diri terpukau oleh tingkat kecantikan wajahnya.
Tampan... tinggi, dan terlihat postur tubuhnya juga bagus!
Waah!
Tapi Lin Yuanwu tetap tundukkan kepala minum teh, tanpa bersuara, seolah sama sekali belum menyadari bahwa saat ini ada seorang siswi cantik yang sedang proaktif mendekati mereka.
Feng Han melanjutkan tanya: "Ada perlu?"
“……”
Gadis jangkung itu sejenak tertegun, ia belum pernah mengalami situasi seperti ini—bukankah seharusnya bersikap anggun, sedikit lebih ceria, atau menunjukkan kesopanan meski tak berniat berteman?
Beberapa saat kemudian, ia berkata: "Kami... cuma ingin meminta kalian memfoto kami."
Tapi tatapannya tertuju pada Lin Yuanwu.
Feng Han mengatupkan bibir tanpa bersuara.
Sejujurnya, dengan kekayaannya, terlalu banyak gadis yang proaktif mendekatinya—yang cantik, berlatarbelakang baik, berbakat—bertebaran bagai jamur di musim hujan. Ia sudah mati rasa.
Akhirnya Lin Yuanwu memalingkan wajah, bertanya: "Bagaimana caranya?"
Suaranya penuh kesabaran, ekspresi tenang. Kemeja putih khusus bernilai sangat tinggi membungkus tubuh tegapnya, lengan baju tergulung sedikit memamerkan arloji dengan kaca safir biru yang memantulkan cahaya keemasan matahari—hanya kurang musik latar untuk menjadi tokoh utama anime. Kedua gadis itu tiba-tiba tertegun.
Setelah foto selesai diambil dengan cepat, gadis jangkung itu memanfaatkan momentum untuk mengulurkan tangan sambil berkata manis, "Menurutku kamu sangat ganteng, bisakah kita menjalin persahabatan?"
Maksudnya sudah sangat jelas!
Jika ini terjadi di masa lalu, Lin Yuanwu pasti tidak akan menolaknya. Paling tidak dia akan bertukar kontak dulu. Entah nanti langsung menjelaskan maksudnya, membiarkan pesannya tak dibalas, atau bahkan menghapus pertemanan - yang penting saat bertatap muka langsung tetap menjaga perasaan gadis itu.
Tapi saat ini Lin Yuanwu benar-benar tidak punya mood. Bahkan dia mulai terlihat gelisah. Matanya kembali melirik ke mulut tangga, lalu dia menjabat tangan gadis itu dengan singkat sebelum melepaskannya. Dengan sopan dia melanjutkan, "Terima kasih, kamu juga sangat cantik. Tapi saat ini hatiku sedang kacau dan butuh ketenangan, jadi..."
Pipi gadis jangkung itu langsung memerah. Dia mengangguk sambil sedikit membungkuk, lalu menarik teman dekatnya pergi dengan tergesa-gesa bagai dikejar sesuatu.
Feng Han menghela napas, pandangannya pada Lin Yuanwu dipenuhi perasaan campur aduk.
Beberapa saat kemudian, ia juga melirik ke mulut tangga, berkata: "Penampilan ganteng bikin iri ya!"
Lin Yuanwu tidak bersuara.
Feng Han benar-benar tak ingin lagi menemaninya bermain diam-diaman di sini, lalu bertanya lagi: "Pesanan makan malam ini apa?"
"Ikan mas bumbu dingin, ayam ubi dan kelinci panggang." Zhu Jiayan menjawab.
"Kok belum sampai juga?"
"Seharusnya hampir sampai..." Zhu Jiayan kembali melirik ke Lin Yuanwu, saat ini di atap selain meja mereka masih ada banyak orang, tapi Bos Cheng dan yang lain belum naik.
Ucapannya baru saja meluncur, seorang kurir berbaju biru muncul membawa karton besar berisi makanan.
Zhu Jiayan langsung mengangkat tangan: "Ini!"
Sang kurir bergegas mendekat, meletakkan pesanan di meja kopi sambil memandang sekitar dengan heran: "Atap hotel ini cantik sekali ya?"
"Iya." Zhu Jiayan tersenyum, melihat keringat mengucur di wajah kurir itu, menambahkan: "Sudah bekerja keras naik tangga."
“Jika puas, tolong beri ulasan bagus!”
“Tidak ada masalah! Ngomong-ngomong, Kakak sulung, waktu naik ke sini apakah melihat resepsionis ada sekelompok orang sedang makan?”
“Nggak ada!” kurir makanan online itu bertanya dengan bingung, “Di resepsionis sepi sama sekali, bahkan pelayan pun tidak ada. Aku cuma melihat papan tulis kecil bertuliskan 'makan bersama di luar', tapi karena buru-buru, aku tidak membaca detailnya.”
“……Begini rupanya! Terima kasih.”
“Baik, selamat menikmati makanan.”
Kurir makanan online pergi. Zhu Jiayan dan Feng Han saling pandang, lalu menatap Lin Yuanwu. Lin Yuanwu justru dengan tenang membuka kantong makanan sambil berkata, “Makanlah.”
Keduanya mengangguk.
Di hati Zhu Jiayan muncul firasat samar - sepertinya beliau akan segera pergi.
Ah, sialan!
……
Restoran buffet mewah yang pernah dikunjungi sepupu perempuan dari pihak ayah bersama mereka dulu.
Para penghuni penginapan memang penyuka buffet, tapi mereka jarang mengunjungi restoran buffet yang sama berulang kali. Tempat ini pun baru kedua kalinya mereka datangi.
Selain penghuni penginapan dan Naqu yang pulang kantor lebih awal, sepupu perempuan dari pihak ayah juga hadir. Bahkan Sang Mage mengajak Tang Qingyan yang sering memberikannya kue strawberry selama ini. Rombongan ekspedisi yang megah itu pun memasuki pintu gerbang restoran.
Petugas resepsionis di depan pintu segera menyambut: "Ada berapa orang dan apakah sudah memesan ruang VIP?"
Sang Mage mengangguk: "Sudah. Marga saya Cai, nomor telepon untuk reservasi adalah..."
Karena ada sepupu perempuan dari pihak ayah, makan di luar harus menggunakan ruang VIP.
Dua pelayan mengantarkan peralatan makan lalu pergi dengan membungkuk hormat. Saat keluar dari ruangan, mereka saling pandang: "Beberapa orang itu terasa familiar... terutama cewek cantik itu dan yang punya bekas luka di wajah."
"Selebritas internet?" kata yang lain.
"Agak mirip selebritas internet, tapi kurasa mereka pernah datang sebelumnya. Sayangnya aku tidak bisa mengingatnya."
"Setiap hari ada begitu banyak tamu, kamu masih bisa mengingat?"
“Diperkirakan ada sesuatu yang meninggalkan kesan mendalam padaku. Ngomong-ngomong, tingkat kecantikan mereka semua sangat tinggi, mungkin karena inilah alasannya……”
“……”
Di dalam ruang VIP, sepupu perempuan dari pihak ayah melepas masker dan kacamata hitam, namun masih mengenakan topi baseball. Ekspresinya serius saat berkata pada Sang Mage: “Apa begitu mendesak?”
Sang Mage tersenyum tipis: “Di manakah tanda mendesaknya? Bukankah aku sudah membicarakan hal ini sejak lama?”
“Tanyalah pada mereka!”
“Hm, sangat mendesak!” Tang Qingying mengangguk, “Baru sore ini kau memberitahu kami, tapi malam ini sudah harus pergi.”
“Jangan-jangan kalian masih butuh persiapan apa lagi?” Sang Mage bercanda.
“Ah……” Tang Qingying menghela napas.
“Ah……” Sepupu perempuan itu ikut menghela napas, lalu kembali menasihati, “Ingat untuk sering berhubungan ya! Meski tidak menelepon, setidaknya sering-seringlah chat di WeChat!”
“Akan kucoba semampuku.” Sang Mage mengatupkan bibirnya.
Mendengar itu, bahkan Cheng Yan pun tak bisa menahan kesyahduan. Dia tahu, begitu Sang Mage pergi, mereka akan terpisah oleh dua alam semesta yang berbeda. Bagaimana mungkin masih bisa menjaga hubungan? Tidak diketahui perasaan Cheng Qiuye nanti ketika pesan WeChat yang dikirimkannya tak pernah dibalas selamanya.
Cheng Yan diam membisu.
Bukan hanya dia yang terdiam. Yin Nuxia, Naqu juga tak bersuara. Sang Loli hanya duduk manis menjaga mangkuk makannya. Entah apa yang dipikirkannya, kilauan samar di matanya yang indah bagai riak-riak danau diterangi cahaya bulan.
Baru setelah Cheng Yun menunjukkan senyum mengembang, suasana canggung itu dihancurkan: "Apa ini? Ini kan pesta perpisahan! Cepat ambil lauknya!"
Sang Sepupu Kedua kembali menghela napas, mendukungnya: "Aku tidak bisa bergerak, tapi aku mau makan iga kambing."
Sang Loli juga bersuara: "Huu…"
Yin Nuxia yang pertama menawarkan diri dengan semangat mengangkat tangan: "Aku yang ambilkan!"
"Terima kasih Kak Yin Dan."
"Hehe."
"Huu..."
"Aku tidak bilang mau bantu ambilkan!!"
"Huu!!?"
Dengan cepat semua orang berdiri dan pergi mengambil makanan, menyisakan Cheng Qiuye sendirian duduk di ruang VIP.
Beberapa menit kemudian, meja sudah penuh dengan berbagai hidangan lezat yang menumpuk setinggi gunung. Beruntung ini ruang VIP, kalau tidak pasti akan memicu perbincangan ramai.
Namun semua makanan ini habis dilahap hanya dalam belasan menit.
Mungkin karena ini terakhir kalinya makan makanan alami dari Bumi, Sang Mage hari ini makan dengan sangat kasar hingga kehilangan kesan anggunnya. Tapi anehnya, nafsu makan Yin Nuxia sepertinya justru lebih lahap dari biasanya?
Tiba-tiba Tang Qingying mengusulkan: "Eh! Bagaimana kalau kita buat beberapa video pendek untuk hiburan?"
"Video apa?"
“Permainan seru, seperti menguji Kak Cai Qing dan Kak Yin Dan siapa yang lebih cepat menghabiskan lobster Boston, merekam situasi pertempuran malam ini, mengalahkan semua selebritas internet 'raksasa perut' palsu di dunia maya, atau bermain game dan menyanyi. Paling tidak kita bisa berkelompok menggoda si loli. Intinya gunakan imajinasi kalian, keluarkan ide-ide kreatif!”
“??” Si loli melotot ke arahnya.
Namun melihat semua orang mulai serius merenung, ia pun tak lagi menggubris Tang Qingying. Kepalanya dimiringkan sambil berlagak sedang berpikir.
Tak lama kemudian, ide pertama pun tercetak.
Cheng Yan bertugas sebagai kameramen. Sambil makan dan bersenda gurau, mereka merekam banyak video dengan konsep berbeda. Bahkan gadis kecil Yu Dian yang biasanya pendiam pun terus tersenyum bahagia.
Bersamaan dengan itu, pelayan juga datang berkali-kali untuk membersihkan limbah makanan. Setiap kali yang datang adalah pelayan berbeda, namun ekspresi terkejut mereka sama. Sepertinya kapasitas perut mengerikan para pelanggan di ruang VIP ini sudah menyebar seperti wabah di kalangan kelompok pelayan, sehingga setiap dari mereka ingin melihat seperti apa sebenarnya rupa grup orang ini.
Setelah dilihat... Bukankah ini grup yang sama dengan sebelumnya?!
Menyanyikan lagu, bermain game, memotret foto, tiba-tiba sudah lewat pukul sembilan.
Kenyang dan puas.
Akhirnya, Sang Mage memandang sekeliling, hati dipenuhi keengganan untuk melepaskan, namun kewarasan mengatakan padanya tak perlu lagi menunda. Maka ia bertanya: "Apa semuanya sudah hampir selesai makan?"
"Kenyang sekali." Ujar Yin Nuxia.
"Huu!"
"Nyaman." Tang Qingying terkulai di kursi tunggal.
“……”
"Kalau begitu mari kita kembali."
Sang Mage berdiri untuk membayar tagihan, lalu semua bersama-sama berjalan lambat kembali ke hotel.
“Kapan jadwal penerbanganmu? Aku antar saja, malam nanti naik mobil juga merepotkan.”
Sang Mage menggelengkan kepala: “Pulanglah. ADA ORANG LAIN yang akan menjemputku.”
“Kalau begitu aku tunggu untuk mengantarmu pergi...”
“Jangan mengacau! Pulang sendiri dan beristirahatlah yang baik!” Sang Mage menunjukkan kewibawaan Guru Cai, sama sekali tidak memberi Cheng Qiuye ruang untuk membantah, langsung menambahkan, “Setiba nanti akan ku kirim kabar, jangan terlalu dibuat-dibuat!”
“Mana ada dibuat-dibuat... Baiklah, kau harus ingat ya!”
“Hm.”
Sang Mage mengangguk dengan tenang - ini jelas sebuah dusta.
Tang Qingyan juga tersenyum tipis: “Aku juga pulang. Malam ini Terima Kasih atas Jamuannya.”
Sang Mage membalas: “Di manakah. Sudah memakan begitu banyak kue Bos Tang, seharusnya aku yang berterima kasih.”
“Bukankah kau juga setiap kali sudah berterima kasih?”
“Hmm...”
“Semoga kita bisa bertemu lagi di masa depan.” Tang Qingyan mengatupkan bibirnya, “Semoga masa depanmu cerah bagai sutra. Jika bertemu lagi nanti, aku akan mentraktirmu kue buatanku, lihat apakah keterampilan tanganku sudah meningkat.”
“Baik!”
Sang Mage menyanggupi dengan cepat.
Tang Qingyan lalu berbalik menyeberangi jalan raya. Sebenarnya hubungannya dengan Sang Mage tidak begitu akrab, dan ia pun sama sekali tidak tahu kemana Sang Mage akan pergi, namun sikapnya terlihat begitu bebas dan rileks.
Sang Mage baru menatap orang lain: “Sudah, semuanya istirahatlah, waktu sudah sore. Sepupu kedua, kamu juga pulanglah. Aku yang jaga shift malam terakhir ini, ketika jam kerja berakhir, mungkin sudah saatnya aku pergi.”
“Tidak perlu menyiapkan barang-barang?” tanya gadis kecil Yu Dian.
“Sudah siap semua.”
“Oh.” Yu Dian mengangguk. Ia tidak tahu harus berkata apa, hanya merasakan kepedihan di hatinya. Mungkin di kemudian hari, ketika melihat adegan menarik yang terjadi di hotel lagi, tak akan ada lagi orang yang saling bertukar tatapan dengannya!
“Kalau gitu saya naik dulu.” Gadis kecil Yu Dian ragu-ragu lama tak bisa mengungkapkan perasaan, akhirnya hanya bisa berkata, "Hati-hati di jalan..."
"Hm, Selamat malam Kak Yu Dian."
"Aku akan main game di resepsionis saja!" kata Tang Qingying, "Nanti setelah kamu pergi baru aku tidur."
"Aku akan pulang sangat malem..." Si Mage melirik Cheng Yun dan Cheng Yan.
"Masih main game! Besok ada kursus mengemudi, mau dimaki pelatih lagi?" Cheng Yan menegur Tang Qingying, "Cepat ikut aku tidur, jangan berlagak seperti perpisahan abadi!"
"Betul." Sang Mage mengangguk.
"Hmph..." Tang Qingying mengerutkan alis memandang Cheng Yan, "Kamu tidak mau mengantar Kak Cai Qing?"
"Aku tidak mau dimaki pelatih! Juga tidak ingin berlebihan!" Cheng Yan pura-piba bersikap santai.
"Emm..."
"Ayo! Naik ke atas!" Cheng Yan menarik lengan Tang Qingying.
“Bagus.” Tang Qingying juga tidak melawan, hanya menoleh tajam ke Sang Mage, “Kalau gitu kami tidak antar kamu ya. Kalau ngantep malem nanti bisa seduh kopi, kalau sampai sana kena efek time dilation bisa makan melatonin. Semoga lancar perjalanannya, aku akan kangen dak!”
“Hm.”
Naqu tetap di tempatnya, Yin Nuxia juga tidak bergerak, bersama Liu Xi, Cheng Yun dan si loli, masih duduk manis di resepsionis.
Sang Mage mengatupkan bibir, berkata: “Aku masih harus ke lantai atas pamit sama mereka.”
Cheng Yun bertanya: “Kamu mau bawa mereka pergi?”
Sang Mage menggelengkan kepala: “Lingkungan tempat kami sangat buruk, susah cari lokasi yang bagus. Lagipula mereka di sini juga lumayan. Cuma si Dahua yang keras kepala dan gengsi tinggi, selalu hipnosis diri bilang tidak suka di sini aja. Kalau nanti di tempatku aku sudah punya kemampuan cari daerah berair jernih yang belum tercemar, baru akan kupikirkan untuk menjemput mereka.”
“Kalian sudah komunikasi?”
“Hm.”
“Baiklah.”
Cheng Yun juga tidak mengikuti, hanya mengawasi punggung Sang Mage yang naik tangga, perlahan menghela napas.
Subuh.
Cheng Yan menyusur lereng dari lantai atas, berbisik ke semua orang: "Yao Yao sudah tertidur."
Saat itu, Sang Mage telah membawa Tongkat Ledakkan Kepala miliknya, mengenakan jubah magis polos atau seragam akademi ilmu. Selain itu tidak ada barang bawaan lain, bahkan ponselnya pun diwariskan ke Liu Xi. Yang ia bawa justru segudang 'produk lokal' dari planet ini.
Cheng Yan terkejut: "Pertama kali melihatmu berdandan seperti ini."
Sang Mage tersenyum tipis: "Baguskah?"
Cheng Yan mengangguk: "Ada aura misterius."
Yin Nuxia tiba-tiba menambahkan dari samping: "Makin sulit dibedakan pria dan wanita!"
Sang Mage: "……"
Saat itu Cheng Yun telah mengunci pintu gerbang resepsionis, tangan meraih saklar lampu.
Plak!
Resepsionis tiba-tiba gelap gulita.
Ruang node.
Sang Mage memegang meteor miliknya, menghadap bola cahaya node. Cahaya biru pekat yang berkedip-kedip menerangi wajahnya secara bergantian. Dengan tiba-tiba ia berbalik serius, sedikit membungkuk: "Terima kasih atas bantuannya selama Hari-hari ini!"
Cheng Yan buru-buru menjawab: "Tidak sama sekali. Faktanya, bisa hidup bersama Anda selama lebih dari setahun ini adalah kehormatan kami. Anda pembelajar tekun, pasti bisa menjadi Orang Bijaksana Besar."
Naqu sudah mulai memerah matanya, mengikuti dari belakang: "Guru Cai, aku tak tahu cara berterima kasih, juga tak pandai bicara. Yang pasti, Anda pasti bisa mewujudkan keinginan dan hidup sesuai keinginanmu!"
Liu Xi: "Selamat jalan, Senior."
Dahua dari pelukan Cheng Yun berteriak: "Ingat perjanjian kita! Kamu harus kembali mencari kami! Meski manusia jantan suka ingkar janji, tapi aku tahu kamu berbeda!"
Erhua mendukung: "Kamu bukan! Kamu bukan!"
Sang Mage menarik sudut bibir: "Bukan apa?"
Baru saja Dahua hendak membuka mulut, Erhua sudah mendahuluinya: "Masih perlu ditanya? Bukankah kami sudah bilang, kamu bukan manusia jantan!"
Sang Mage tertegun memiringkan kepala.
Dahua berbalik lalu menampar Erhua dengan daunnya: "Diam kau! Bodohnya ini! Kalau tak bisa bicara mending diam! Ehm... manusia setengah iblis, maksud si bodoh ini garis keturunan manusia kamu tidak murni, jadi bukan manusia jantan, melainkan keturunan haram... Jangan dipikirkan, sebenarnya dia cuma ingin memujimu bahwa sebagai keturunan campuran pasti lebih kuat dari ras murni!"
Sang Mage: "……"
Cheng Yan tak kuasa menahan tawa: "Wah, piawai benar berdiplomasi..."
Pantas saja Cheng Yun bilang tak menyarankan dia sering kontak dengan mereka.
Setelah Sang Mage susah payah mengucapkan terima kasih, Cheng Yun bertanya: "Kita akan bertemu lagi, kan?"
Sang Mage mengangguk penuh keyakinan: "Akan ku lakukan."
Sang Loli melihat situasi, melirik ke kiri-kanan, tahu gilirannya telah tiba. Ia maju dua langkah, menekankan cakar kecilnya di atas sandal Sang Mage, meniru gaya senior memberi nasihat pada junior. Ia menengadah memandang Sang Mage: "Huu……"
Sang Mage mengangguk: "Terima kasih Yang Mulia Loli!"
Terakhir giliran Yin Nuxia. Hari ini dia luar biasa serius, menyatukan tinju dengan khidmat: "Perjalanan dunia persilatan panjang... Jagalah dirimu baik-baik!"
