Siang ini Cheng Yan dan Tang Qingying pulang lebih awal, Cheng Yun sudah menyiapkan nasi untuk mereka sebelumnya.
Seiring satu persatu hidangan disajikan di meja, area resepsionis berubah menjadi zona mengerikan penuh godaan. Tamu yang lalu lalang tak kuasa melirik ke sini, namun segera mempercepat langkah menjauh.
Karena Sang Mage sudah pergi dan Liu Xi juga tidak ada, di resepsionis hanya tersisa lima orang plus satu makhluk, ruangannya terasa lapang.
Tang Qingying memanggul ember terakhir berisi kuah dengan hati-hati menuruni tangga, meletakkannya di pinggiran meja kopi. Matanya menyapu sekeliling ruangan, "Kakak ipar hari ini tidak mengundang Tang Qingyan untuk makan siang di sini ya?"
Cheng Yun menggelengkan kepala: "Aku tak sanggup mengajaknya."
Setelah membeku sejenak, ia melanjutkan: "Kalau kau kasihan padanya, kau bisa memanggilnya ke sini."
Tang Qingying mengatupkan bibir sambil berpikir, lalu berkata: "Akan kusajikan semangkuk besar untuknya."
Begitu ide muncul, dia langsung berlari ke pintu sambil berteriak: "Hei Tang Qingyan! Sudah makan belum?"
Tang Qingyan heran memandangnya, lalu berjalan ke depan sambil bertanya: "Belum. Ada apa?"
"Sudah pesan makanan online?"
"Juga belum."
Tang Qingyan sudah sangat terkejut. Biasanya perhatian sekecil apapun dari Tang Qingying akan membuatnya merasa seperti matahari terbit dari barat. Sekarang melihat sikap ini, apakah dia akan secara proaktif mengajaknya makan?
Benar-benar tak terpercaya!
Senyum bahagia mulai mengembang di bibir Tang Qingyan. Tapi tiba-tiba Tang Qingying hanya berkata "Oh", lalu berbalik pergi.
Pergi begitu saja...
Tang Qingyan: "？？？"
Bahkan setelah siluet Tang Qingying menghilang dari pandangannya, dia masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi.
Sekitar beberapa menit kemudian, Tang Qingying datang membawa mangkuk besar yang dipenuhi sayuran di atasnya. Di tangan satunya ia memegang sepasang sumpit, wajah cantiknya kaku. Ia masuk tanpa basa-basi meletakkan mangkuk di depan Tang Qingyan lalu bergegas pergi.
Seolah ada seseorang mengejarnya dari belakang.
Tang Qingyan tertegun memandanginya sambil memegang ponsel, di layar masih tertahan di antarmuka pembayaran sidik jari makanan online.
Syukurlah belum sempat menekannya!
Kembali ke resepsionis, Tang Qingying langsung kembali normal sambil menggerutu: "Memarkir mobil mundur itu sulit sekali..."
Cheng Yan berkata dengan nada ringan: "Kamu sendiri yang bodoh."
Cheng Yun lalu menanggapi Cheng Yan: "Kamu yang pintar, kenapa tidak mengajarinya!"
"Benar!" Wajah Tang Qingying menggembung seperti genderang.
"Bukankah sudah kuajari? Indra arahmu terlalu payah!" Cheng Yan tak puas dengan kedua orang di depannya - satu malah memilih membantu orang lain secepatnya, satunya lagi melapor.
“Kalau bicara soal mobil, dua hari lagi aku mau beli mobil.” Cheng Yun berpikir sejenak, “Kalian punya saran tidak?”
“Beli kendaraan besar! Truk! Pasti nggak ada yang berani nabrak kamu!”
“Kakak ipar mau pesin jenis yang mana?” Tang Qingying langsung mengabaikan pembicara sebelumnya.
“Lebih cepat dibeli juga bagus, bisa cari tempat terpencil buat kita latihan, biar lebih gampang lulus tes praktek mengemudi Tahap 2 dan 3.” Cheng Yan menambahkan.
“Huu...” Si loli pura-pura sedang berbicara.
“Kalau begitu mungkin kamu akan kecewa.” Cheng Yun sambil mengusap punggung loli berkata ke Cheng Yan, “Aku mungkin nggak akan beli mobil lima kursi, anggota hotel kita terlalu banyak, kadang kalau ada acara kelompok naik mobil lima kursi jadi merepotkan.”
“Memang benar juga.” Cheng Yan mengangguk.
Sekarang populasi permanen hotel... ditambah sang guru totalnya tujuh orang, mungkin di masa depan akan lebih banyak lagi. Saat ini alat transportasi hotel hanya motor listrik Yin Nuxia yang bisa diandalkan. Memang tidak harus semua orang ikut kegiatan bersama, tapi setidaknya perlu menyediakan mobil tujuh kursi agar tidak ada masalah. Cheng Yun pasti mempertimbangkan hal ini.
"Jangan-jangan Kakak ingin membeli mobil kamping?" Mata Tang Qingying berbinar, "Pilihan ini bagus, kita bisa jalan-jalan bersama!"
"Mobil kamping..." Di kepala Yin Nuxia terbayang truk besar yang mengangkut rumah. Karena rumah lebih lebar dari truk, bagian sisinya menjorok keluar, tapi rumah itu terbuat dari kertas sehingga tidak runtuh.
"Cukup beli MPV saja." Cheng Yan berkata.
"MPV ya..." Tang Qingying mulai berpikir.
"MVP ya, juga bagus." Yin Nuxia bergumam pelan, mungkin maksudnya mobil paling hebat?
"Huu!" Si loli meliriknya sinis.
“MPV, bukan MVP. Artinya Multi-Purpose Vehicle, bisa muat tujuh delapan orang.” Cheng Yun menjelaskan sambil lalu, lalu bertanya ke yang lain, “Kalian ada pendapat apa?”
“Nggak ada...”
“Terserah kamu aja, lagipula MPV pada jelek semua.” Cheng Yan adalah penggemar berat standard kecantikan.
“Aku masih pengen beli truk, atau RV juga boleh. Kepala Stasiun, biar aku yang beliin ya!” Yin Nuxia menatap Cheng Yun dengan mata berbinar, “Aku tajir loh!”
“......Makan yang bener.”
“Oh~~”
Yin Nuxia merasa kecewa dan menyesal.
Gajinya segitu banyak tapi nggak ada yang bisa dibelanjain. Sekarang penghasilannya sudah mencapai sejuta per bulan, selalu pengen ngasih hadiah ke Sang Kepala Stasiun, tapi nggak pernah kesampaian. Ini bener-bener bikin frustasi!
Setelah makan siang, Bos Cheng mulai memakai komputer resepsionis untuk meneliti berbagai merek MPV, sementara beberapa gadis mengerumuninya.
Tang Qingying bertanya, “Kak, budgetnya berapa sih?”
Cheng Yun berkata: "Harga bukanlah dasar pemilihan."
Tang Qingying tertegun sejenak, lalu mengangguk sambil mencuri pandang sekilas ke arah Cheng Yan di sampingnya.
Cheng Yan juga duduk tenang.
Bos Cheng memang tak kekurangan uang. Sang Mage telah meninggalkannya jutaan, plus satu laci 'kekuatan batin'. Namun persyaratannya terhadap mobil pun sederhana - tak mengejar tenaga atau performa. Seperti orang yang beli ponsel hanya cari yang nyaman dipakai, selalu ada yang kecewa karena ketidakmampuan mereka memahami pilihan ini.
Setelah mengamati beberapa saat, Cheng Yan akhirnya tak tahan: "Semuanya jelek banget ya!"
Yin Nuxia sangat setuju: "Semuanya kecil banget ya!"
Cheng Yun memalingkan wajah, memandangi mereka satu per satu - termasuk gadis kecil Yu Dian yang berusaha menghindar.
Tang Qingying mengulurkan jari menunjuk layar: "Yang ini tingkat kecantikan tertinggi kan? Tapi harganya juga termahal. Daftarnya sepertinya tidak lengkap."
Cheng Yan melirik sekilas dan berkata: "Yang ini dipaksakan... tidak bisa dibilang jelek."
Itu adalah Mercedes-Benz R-Class.
Sekarang belum dihentikan produksi, tapi mungkin juga sulit dibeli.
Bos Cheng berpikir sejenak lalu berkata: "Besok atau lusa kita lihat langsung di tempat baru putuskan."
Ia merasa ini toh bukan jumlah kecil, seharusnya tidak gegabah mengambil keputusan. Mercedes-Benz R-Class ini harganya juga ratusan ribu, nanti setelah membeli sendiri pun mungkin jarang dipakai, perlu dipikirkan matang-matang.
Sore hari.
Cheng Yan berada di kamar Cheng Yun, memegang setumpuk kartu baru sedang mengajari loli mengenali hewan-hewan di atasnya, Cheng Yun hanya menonton dari samping.
Beberapa menit kemudian, Cheng Yan curiga bertanya: "Apa cara ini benar-benar bisa mempererat hubungan dengan loli?"
Cheng Yun mengangguk penuh keyakinan: "Tenang saja!"
Cheng Yan masih ragu-ragu, mengeluarkan kartu unta: "Ini unta, unta dijuluki kapal gurun, karena posisinya di padang pasir seperti kuda di dataran, dan tubuhnya lebih besar daripada kuda..."
loli memiringkan kepala menatapnya: "Huu?"
"Dia nanya apa?"
"Aku tebak yang ditanyakan apakah unta bisa dimakan." Cheng Yun berkata sambil asyik bermain ponsel.
"Bisa dimakan, tapi aku belum pernah mencoba." Cheng Yan menjawab.
"Huu......"
loli menunjukkan ekspresi kerinduan.
Cheng Yan cepat-cepat mengeluarkan kartu lain: "Ini namanya merak, burung yang sangat cantik. Bisa mengembangkan ekornya, yaitu bulu-bulu di bagian..."
Setelah mendengar penjelasan, loli kembali memiringkan kepalanya: "Huu?"
Cheng Yan berkata: "Aku juga belum pernah makan."
loli lalu menatap Cheng Yun.
Cheng Yan: "Dia juga belum."
loli tak percaya, masih menatap tajam Cheng Yun.
Baru kemudian Cheng Yun tersenyum, menoleh dan menjawab: "Aku juga belum pernah mencoba, tidak tahu enak atau tidak."
loli terlihat agak terkejut - dalam kesannya, Sang Raja seharusnya sudah pernah makan SEMUA dan tahu SEGALANYA!
“Beberapa menit kemudian, Cheng Yan menyimpan semua kartu, berkata dengan heran: "Ingatan loli ini benar-benar luar biasa, hampir mengingat sempurna. Aku cuma mengajarinya sekali, tapi saat disuruh mengenali, ternyata tidak sekalipun ia melakukan kesalahan."”
Loli itu dengan bangga mengangkat rahang bawahnya.
Lalu Cheng Yan berpikir sejenak, berkata: "Tapi mengenalkan hewan lewat kartu masih terlalu tidak hidup dan spesifik. Untuk anak-anak seharusnya ada edutainment, harus diberi kesempatan lebih baik untuk mengenal hewan-hewan ini!”
Loli itu memandangnya dengan tatapan bertanya.
“Misalnya?” Cheng Yun juga bertanya.
“Misalnya observasi langsung.”
“Kebun binatang?”
“Hm.”
“Kamu ingin pergi ke kebun binatang?” tanya Cheng Yun.
“Bukan aku yang mau! Aku tidak mau! Jangan asal nebak, aku sudah pernah ke kebun binatang!” seru Cheng Yan, “Aku cuma ingin mengajak loli ini sekali saja.”
“Kamu ingin mengajak loli ke sana?” Cheng Yun menatapnya.
“Aku yang bawa dia juga bisa!” Cheng Yan langsung berkata, “Kalau kamu sibuk, biar aku saja yang mengajaknya. Kamu bertugas membujuknya agar mau ikut denganku.”
Ucapannya baru saja meluncur, dia sudah melihat loli berlari ke samping Cheng Yun dan menatapnya dengan penuh kewaspadaan.
Cheng Yan langsung merasa pasrah: “…Bersikap baiklah, aku kan bukan harimau pemangsa manusia.”
Loli sama sekali mengabaikan perkataannya, tetap menatap tajam ke arahnya.
Cheng Yan pun merasa hati sangat lelah.
Sementara Cheng Yun berpikir sejenak lalu berkata: “Baiklah, bisa juga. Kita pergi bersama. Kurasa Srikandi dan Yu Dian pasti belum pernah ke kebun binatang… Liu Xi juga mungkin belum. Ditambah loli, kita sudah punya alasan cukup untuk pergi ke sana. Coba aku lihat, lebih baik kita jangan memilih akhir pekan… Hari ini Rabu… Jumat saja?”
Faktanya Cheng Yun sendiri belum pernah ke kebun binatang, berbeda dengan Cheng Yan yang tumbuh besar di Jinguan—itu pun masih waktu kecil dulu.
“Kalau begitu kita sepakat seperti ini.” Cheng Yan mengatupkan bibir sambil berkata.
Meskipun ini sangat berbeda dengan membawa loli ke kebun binatang sendirian, tapi pada akhirnya ini tetap pergi ke kebun binatang bersama loli. Kesempatan langka seperti ini, pasti akan kuperankan dengan baik sebagai guru dan pemandu wisata untuk memperkenalkan berbagai hewan kepada loli.
Begitu banyak orang tua yang suka membawa anak-anak ke kebun binatang, sekarang Cheng Yan juga bisa merasakan candu ini!
Keesokan harinya, Yin Nuxia sengaja izin tidak siaran langsung demi menemani Sang Kepala Stasiun melihat mobil.
Dalihnya untuk melindungi Sang Kepala Stasiun.
