Memasuki paviliun amfibi-reptil, suhu panas tak berujung tiba-tiba menghilang. Semua orang akhirnya bisa melihat hewan.
Di dalam paviliun berjejer lemari pamer. Ukurannya bervariasi sesuai hewan yang dipajang, yang terbesar seluas beberapa kamar, terkecil cuma seukuran kabinet. Bagian luarnya dari kaca pengaman, sementara interiornya disusun menyesuaikan habitat asli tiap spesies.
Yang pertama terlihat adalah ikan Wawa termasyhur.
Yin Nuxia langsung menyelip di depan kaca, mata membelalak menatap ikan Wawa di genangan air dalam vitrin. Genangannya dangkal, dihiasi kayu gelap. Kulit ikan Wawa menyatu dengan warna kayu. Mereka diam tak bergerak, kalau nggak dilihat seksama bahkan sulit menghitung berapa ekor sebenarnya.
Yin Nuxia penasaran berbicara sendiri: "Benda ini terlihat familiar, seolah pernah kulihat di suatu tempat."
Gadis kecil Yu Dian tidak langsung memberitahukan hasilnya, malah berkata: "Di sebelahnya tertulis namanya."
Tampaknya gadis Yu Dian berencana membina kemandiriannya.
Yin Nuxia langsung menatap ke samping ikan Wawa: "Mana?"
"Di luar, sebelah lemari pajang."
"Oh." Yin Nuxia menarik kembali pandangan, masih merasa dua karakter itu familiar, "Da... Da..."
"Kita jelas-jelas pernah memakannya." Cheng Yun tak tahu harus berkata apa sambil menepuk kepalanya, "Bola kristal dulu sudah jejalkan karakter-karakter ini ke kepalanya. Sebenarnya karena jarang dipakai sampai lupa atau terlalu rumit, sampai-sampai dia tetap tak bisa mengenali?"
"Ah, aku ingat sekarang! Namanya ikan Wawa!" Yin Nuxia langsung berseru gembira, lalu matanya menatap tajam beberapa ekor ikan Wawa di dalam etalase, "Tapi kenapa ikan Wawa di sini sebesar ini? Karena ukurannya ini aku jadi tidak mengenalinya! Benar, Kepala Stasiun lihat, ikan Wawa yang satu ini bahkan mustahil masuk ke dalam baskom... Hush! Yang ini panjangnya mungkin satu meter, beratnya puluhan jin, ini bisa dimakan berapa kali ya!"
"...Ini ikan Wawa liar, hewan dilindungi tingkat satu nasional, tidak boleh dimakan," kata Cheng Yun.
"Oh, yang kita makan itu ternak?"
"Pintar!"
"Pantas saja." Yin Nuxia mengangguk, saat itu sorot matanya turun perlahan, melirik dada Cheng Yun tempat si loli kecil di dalam tas kucing yang sedang mengorek-ngorek kaca dengan mata membelalak penuh tanda tanya.
Namun Yin Nuxia tidak menghiraukannya, terus berjalan maju.
Cheng Yan berjalan mendampingi si loli, posisinya sedikit di depan Cheng Yun. Gerakannya sekaligus melindungi si loli dan memudahkannya memberi penjelasan, merasakan sensasi menjadi orang tua.
Dengan penuh percaya diri, ia memamerkan ilmunya secara detail.
Mulai dari ikan Wawa hingga kura-kura raksasa... Si loli pun aktif bertanya. Setiap sampai di kandang hewan, matanya selalu menatap Cheng Yan penuh tanya.
Tapi yang membingungkan Cheng Yan adalah... kenapa begitu ia mulai menjelaskan, si loli langsung kehilangan minat?
Yin Nuxia masih berada di paling depan, riuh dengan teriakannya.
"Wah, kura-kura ini besar sekali!"
"Wah, yang ini lebih besar lagi!"
"Wah, cicak tembok ini gede banget! Ayo kalian lihat ke sini!"
"Cheng Yun, menurutmu Kak Yin Dan dan rombongan murid SD di depan itu mirip tidak?" Cheng Yan menoleh bertanya.
"Mirip banget," Cheng Yun tersenyum.
Si loli juga mengangguk setuju.
Sementara Yin Nuxia masih menunggu mereka mendekat, ingin berbagi... Tunggu, tidak benar. Ia berdiri di sebelah vitrin, menatap tajam tulisan "Green Iguana", lalu gagap: "Lǜ... lǜ... lǜ..."
Liu Da Nüshen mendekatinya, berbisik pelan: "Lǜ liè xī."
Yin Nuxia memutar kepala dan membeku seketika saat melihat Liu Xi, raut wajaknya berubah sangat pucat.
"Kok... Kok kamu bisa baca karakter ini?"
"Bukan kepala stasiun..." Liu Xi menekan suaranya, "Bukankah kepala stasiun yang mengajari kita pakai itu?"
“……”
Yin Nuxia menunduk, mulai menyesali kenapa harus bertanya yang tidak perlu, padahal bisa diam-diam pergi saja.
Liu Xi masih penuh perhatian bertanya: "Ada apa, Kak Yin Dan?"
Dengan pipi kaku, Yin Nuxia menggeleng: "Tidak ada apa-apa..."
"Kalau di dunia itu, pendatang baru yang tidak tahu memberi muka pada Senior seperti ini, pasti tidak akan bisa berkecimpung di dunia persilatan——ini adalah kesalahan fatal!"
Tiba-tiba dia mendengar kalimat: "Tidak masalah kalau Senior tidak mengenalnya, di bagian bawah ada pinyin."
Yin Nuxia diam-diam berbalik dan pergi.
Selanjutnya, biawak hidung bulat.
Benda ini panjangnya sekitar 1,5 meter, meski kurus tapi tetap sangat mengerikan.
Yin Nuxia yang telah mengembara di dunia persilatan bertahun-tahun, pernah melihat kadal sepanjang lengan, bahkan memakannya, tapi makhluk sebesar ini baru pertama kali dia lihat... Diam-diam dia membayangkan fragmen kenangan benda ini merangkak di tembok.
"Cicak tembok ini... Brengsek!"
"Nama ilmiahnya, tidak menempel di tembok, jadi bukan cicak juga bukan ular berkaki empat." Cheng Yan tiba-tiba sudah berada di sebelahnya.
“……”
Kembali Yin Nuxia tertunduk diam-diam.
Namun secepat itu penjelasan Cheng Yan membuatnya kembali bersemangat: "Kadal raksasa ini dijuluki Naga Cakar Lima, termasuk spesies kadal air, sangat berbahaya. Meski tidak berbisa, air liurnya mengandung banyak bakteri patogen. Sekali menggigitmu, kamu akan melemah dengan cepat dan menemui ajal dalam waktu singkat karena infeksi bakteri tersebut. Karena itu, beberapa kadal raksasa bahkan bisa memangsa kerbau, rusa, dan hewan besar lainnya."
Yin Nuxia membelalakkan matanya, dalam hati berpikir julukan benda ini benar-benar menggentarkan, pantas saja disebut orang kejam!
Lalu membandingkan dengan julukan Feiyu Nuxia miliknya sendiri...
Tiba-tiba Cheng Yan menambahkan: "Tapi banyak kadal air sudah hampir punah. Kulitnya yang tangguh bisa dijadikan tas kulit, sepatu, dompet, tali jam tangan, genderang, dan sebagainya. Daging segarnya konon sangat lezat, sekaligus bisa diolah menjadi obat berbagai penyakit. Inilah yang membuat mereka jadi korban perburuan ilegal."
“Enak?”
“Konon enak.”
“Kamu pernah mencoba?”
“Konon……”
“Oh.”
Yin Nuxia mengangguk dengan kekecewaan, melirik benda ini sekali lagi lalu bergegas mendekati etalase berikutnya.
Loli tentu mendengar perkataan Cheng Yan. Ia memiringkan kepala sambil menatap kadal raksasa yang jauh lebih besar darinya, lalu memandang Cheng Yan: “Huu?”
Cheng Yan membungkuk dengan keakraban: “Ada yang belum dipahami?”
Loli menarik kembali pandangan sambil tak tahu harus berkata apa.
Manusia biasa yang bodoh...
Saat melihat ular pertama yang mengkerut di tumpukan daun tebal, Yin Nuxia mendekat ke kaca hingga hampir tak sabar ingin menjulurkan kepala masuk untuk melihat.
Loli juga mulai tertarik - benda ini kalau direbus kuahnya enak banget!
Maka ia pun mengorek kaca tas kucing, melototkan mata memindai di mana ular itu, namun hanya melihat lapisan demi lapisan daun kering tebal.
"Ini cuma kelas kosong ya?" Cheng Yun bergumam pelan.
"Seharusnya bersembunyi." Cheng Yan berkomentar, "Benar-benar tidak menghormati."
"Huu……"
Begitu suara menginjak lantai, tumpukan daun tebal itu pun bergerak!
Seekor ular dengan corak daun kering muncul ke permukaan dedaunan, meringkuk menghadapi semua orang di balik kaca.
Si loli baru menatap Cheng Yun, lalu memandang Cheng Yan, sekali lagi bertanya: "Huu?"
Cheng Yan sebenarnya tidak punya pengetahuan tentang ular, tapi setelah melirik penjelasan di samping etalase, ia menjelaskan pada loli dengan gaya belajar kilat.
Usai mendengar penjelasan, wajah loli tetap terlihat membosankan.
Seluruh area ini memamerkan berbagai jenis ular, selain spesies langka, terdapat juga Ular Raja, ular sanca, atau varian albinisme yang eksotis. Yin Nuxia teringat sup ular tahun lalu, tak kuasa menelan ludah berkali-kali.
"Ball Python... Satu baskom besar!"
"Ular Sanca Emas... Harus pakai ember besar untuk bubur itu baru cukup direbus?"
"Ular Sanca Batik... Lebih besar lagi! Ini harus pakai tong besar untuk menggodoknya?"
“……”
Loli kecil tak menyangka menunjukkan ekspresi aneh, diluar dugaan, ternyata manusia bodoh ini memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Loli melirik Cheng Yan lagi, dalam hati diam-diam menaikkan tingkat kebodohan Cheng Yan beberapa tingkat.
Di bagian akhir paviliun, semua orang akhirnya melihat buaya.
Cheng Yun yang berada di belakang hanya mendengar teriakan keren banget dari Yin Nuxia dari kejauhan: "Kadal ini lebih besar dari biawak air sebelumnya... Eh tunggu! Kok mirip hero yang sering kuhadapi saat main top lane ya..."
Yin Nuxia yang cerdik segera membuat spekulasi liar!
Hanya dalam hitungan detik dia hampir menemukan kebenaran! Jangan-jangan alasan disebut 'buaya' ya karena mirip buaya? Jadi yang di depannya ini...
Suara seksi Liu Xi bergema di telinganya: "Ini buaya, Senior."
Lampu di kepala Yin Nuxia yang baru menyala seberkas cahaya langsung diledakkan! Ia memalingkan wajah dengan diam lalu berkata dengan suara berat: "Aku tahu!"
Liu Xi tersenyum tipis tanpa memberikan tanggapan.
Melihat ekspresinya, Yin Nuxia langsung kesal sampai hampir kena serangan jantung.
Tiba-tiba terdengar suara——
Dak-dak...
Yin Nuxia mengikuti suara dan menunduk, menatap tas kucing di depan Cheng Yun.
Loli kecil menarik kembali cakar kecilnya yang menepuk kaca, pandangannya tajam bercahaya menatap Yin Nuxia. Ia merasa mungkin ada kesalahpahaman terhadap manusia ini, bisa jadi dia tidak sebodah yang dikiranya. Kini sebagai satu-satunya yang bisa memahaminya di lokasi, loli merasa harus berdiskusi dengannya tentang menu makan malam.
Yin Nuxia membalikkan mata putihnya, langsung menolehkan kepala——
Makhluk kecil ini pun berani mengejeknya!
Bahkan sengaja mengetuk-ngetuk memberi tahu: "Hei, aku sedang menertawakanmu! Takut kamu tidak sadar jadi kuingatkan!"
Loli kecil membeku sejenak, lalu tertunduk diam-diam.
Usai keluar venue, rombongan langsung mengunjungi panda raksasa. Di paviliun reptil sebelumnya, satwa-satwa terlihat lesu. Tapi harta nasional ini justru menunjukkan alur berbeda——berjaga di tumpukan rebung terus makan tanpa henti.
Suara kruuk-kruuk renyah terus bergema.
Yin Nuxia berdiri di luar kaca tanpa berkedip, menatap tajam panda raksasa di dalam. Melihatnya makan dengan lahap, sepenuh hati dan larut dalam kenikmatan, perlahan-lahan kegelisahan Yin Nuxia tadi pun menghilang.
……Mulai agak laper.
Di telinganya masih bergema penjelasan Cheng Yan, tapi dia tak benar-benar menyimak. Hanya menangkap frasa-frasa seperti "harta nasional", "hidup enak tanpa kerja cuma makan", "dilayani khusus", "susu", "tak ada yang berani sakiti mereka", "di beberapa negara pawang yang membentak saja bisa dihujat netizen". Hati Yin Nuxia langsung dipenuhi kerinduan.
Si loli kecil juga membeku mendengarkan. Ini pertama kalinya dia benar-benar memperhatikan penjelasan Cheng Yan.
Mengapa dirinya sang Raja Padang Salju, bahkan kalah dari beruang biasa-biasa saja?
