Yin Nuxia dan Xiao Zhang mengobrol santai. Karakter Xiao Zhang cukup lincah dan ceria, tidak takut pada orang asing sama sekali, juga tidak merasa canggung di hadapan Yin Nuxia.
Dia meminta Yin Nuxia mengajaknya bermain. Ngomong-ngomong, tier-nya Tembaga.
Yin Nuxia sebenarnya tidak menolak. Dia pernah beberapa kali bermain bersama fans. Paling-paling hanya menambah sedikit kesulitan permainan saja, baginya ini sama sekali bukan masalah besar. Hanya saja pengalaman bermain fans menjadi sangat buruk, berubah menjadi mesin ATM berjalan - hampir setiap lane akan datang ke mereka untuk "mengambil uang".
Cheng Yun tidak bisa menyela percakapan, lalu mengangkat kepala menatap TV dinding, menyimak analisis para ahli.
Armada eksplorasi Republik Lan Da jika tidak membawa bahaya bagi Bumi, pasti akan menjadi tiket menuju era baru, peluang yang hanya muncul sekali dalam sepuluh ribu tahun. Siapa yang pertama menggenggam tiket ini, dialah yang akan memimpin zaman baru. Sayangnya beberapa negara nakal terus mengirim informasi ke armada pendarat namun tak bisa menjalin hubungan efektif. Jika bukan karena _No Man's Land_ sekarang telah diambil alih militer oleh armada, bahkan mungkin ada pesawat negara lain yang nekat menerobos masuk.
Meski begitu, kabarnya ada penyelundup yang mempertaruhkan nyawa mencoba masuk ke _No Man's Land_ untuk menjalin hubungan dengan Armada Eksplorasi.
Kerinduan, rasa segan, dan berbagai aspek psikologis lainnya dari peradaban yang tertinggal terhadap peradaban maju terpapar jelas.
Namun kali ini, ketika Cheng Yun kembali memanggil ruang node untuk datang mengintip _No Man's Land_, ia menemukan mereka telah memulai gelombang baru interaksi. Berbeda dengan semalam, pertukaran kali ini tidak dilakukan semua orang bersama-sama, melainkan berpisah-pisah.
Armada menyiapkan beberapa ruangan kecil tambahan, ada ruang rapat, juga area beristirahat, menyesuaikan atmosfer berbeda untuk tiap jenis komunikasi.
Pejabat pemerintah Tiongkok bernegosiasi dengan perwira tinggi staf sipil armada.
Ahli terkemuka bidang IPA bertukar pikiran dengan insinyur armada.
Para akademisi saling berdiskusi.
Seniman bermain-main dengan sesama seniman.
……
Pelayan baru memanggul mi ke meja, menarik Cheng Yun keluar dari kondisi mengintip. Namun ia tidak menjauh, melainkan diam-diam berdiri di sebelah, seolah ingin menyaksikan bagaimana Yin Nuxia yang bertubuh mungil ini menghabiskan tiga mangkuk besar mi.
Xiao Zhang kembali mengeluarkan ponselnya, berkata dengan manis: "Nuxia, aku ambil foto kamu makan mi, Bisa?"
Yin Nuxia dengan murah hati melambaikan tangan: "Foto saja foto saja, lagipula waktu makan di atap gedung juga sering ada yang mencuri gambar, nggak ngerti ada apa yang bagus buat difoto!"
Xiao Zhang berseri-seri: "Soalnya kamu makannya banyak banget! Cewek yang bisa makan banyak itu unik loh, kayak Mizi Jun atau penyiar makan live streaming lainnya, jago banget, sekali makan bisa habis banyak banget! Apalagi buat kami yang suka makan tapi takut gemuk, paling seneng nonton livestream-nya. Sambil lihat sambil ngiler sambil heran kenapa diri sendiri makan dikit tapi tetap gendut, pengen banget punya perut super besar!"
"Apa itu live streaming makan?"
"Yaitu penyiar yang nyiarin aktivitas makan."
"Ah? Ini juga ada penyiarnya? Bisa menghasilkan uang?" Yin Nuxia terkejut.
"Bisa! Malah lumayan... Tapi pasti nggak sebanyak penghasilanmu." Xiao Zhang tahu kekayaan Yin Nuxia sekarang sudah tinggi. Jika nanti dia bisa mencetak nama di kompetisi, pasti bakal lebih moncer lagi.
"Makan juga bisa dapet duit?" Mata Yin Nuxia membelalak.
"Iya dong."
“Sambil makan bisa dapet duit?”
“Betul.”
“Ada rejeki kayak gini juga!”
“Orang makannya banyak, trus makanannya enak-enak full daging.”
“Brengsek…”
Yin Nuxia menyatakan sejak datang ke planet ini belum pernah lihat yang makannya lebih banyak dari dia, si mage payah itu juga nggak bisa, kalah sama dia, bahkan dirinya sendiri pun nggak sanggup——Aku mungkin mudah kenyang, tapi mutlak nggak bakal sampe membeku!
Menggelengkan kepala, sungguh bingung.
Dulu cuma makan setengah roti kukus dingin buat makan malam, kadang minum air aja udah cukup, nyari duit buat makan di tengah hujan pedang dan hutan golok pun masih deg-degan terus, nggak nyangka orang di dunia lain cuma makan bisa dapet duit, itu pun makanannya daging semua, kaya gini kayaknya makin banyak makan makin banyak duit.
Ini apaan?
Mimpi pun nggak segitunya!
Katanya orang dibandingin sama orang, ngeselin banget...
Menundukkan kepala, mencium aroma harum mi daging sapi yang membara, Yin Nuxia mengesampingkan pikiran-pikiran bunga-bunga campuran itu, menyelipkan sejumlah besar mi ke mulutnya.
Berbeda dengan srikandi penyiar lain yang berdandan cantik dengan parit di dada terbuka, Yin Nuxia benar-benar menaklukkan semua orang dengan teknik. Meski tidak menutup kemungkinan ada yang menyukai tingkat kecantikan atau posturnya, setidaknya sang pendekar wanita tak pernah memedulikan penampilan. Lihatlah, suap demi suap masuk ke mulutnya, dalam keadaan trance sama sekali tak peduli ada penggemar yang sedang merekam video.
"Grok... Grok..."
"Kamu cuma berfoto, tidak mau makan?"
"Aku akan makan, akan makan..."
"Grok... Ngapain terus-terusan merekam aku? Bikin agak malu-malu gini."
"Srikandi, cara makannya terlalu menggoda..."
"Grok..."
Mangkuk besar mie habis dalam dua tiga kali hantaman. Yin Nuxia dengan lihai menyentak semua daging sapi menggunakan sumpit lalu melahapnya, bahkan mengangkat mangkuk untuk menghabiskan kuahnya, lalu memesan mangkuk berikutnya.
Berbeda dengan Cheng Yun yang duduk di sebelahnya, baru saja mengaduk mie dan menghabiskan separuh porsi kecil.
Xiao Zhang terpana menyaksikan adegan ini.
Baru setelah Yin Nuxia menghabiskan tiga mangkuk, dia baru dua kali menyuap. Selama itu dia terus memvideo. Yin Nuxia memesan tiga mangkuk lagi, tapi setelah Cheng Yun mengingatkan bahwa sebentar lagi makan siang, dia mengurangi jadi dua mangkuk, berdalih menemani penggemar makan.
Lima mangkuk sudah tandas, sementara Xiao Zhang masih menyisakan setengah.
Yin Nuxia berkata gagah perkasa padanya: "Saudara, aku harus ikut kepala stasiun beli sayur, jadi nggak bisa nemeninmu makan lagi. Aku duluan ya!"
Xiao Zhang merasa sungkan dan menawarkan membayar, tapi Yin Nuxia langsung menyambar struk pembayaran. Dengan wajah puas, dia melangkah keluar kedai mie.
Pelayan di pintu berteriak ramah: "Hati-hati di jalan!"
Yin Nuxia menoleh sambil menyatukan tinju, aroma dunia persilatan seratus persen.
Cheng Yun hanya bisa pasrah: "Kini julukanmu sebagai Raja Perut Besar akan benar-benar melekat."
Yin Nuxia sama sekali tak peduli: "Sudah lama banyak yang tahu aku rakus makan! Kata Nona Yu kecilku, makan banyak itu berkah!"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
Nona Yu pasti akan menjadi ibu yang baik setelah menikah nanti.
Sore hari.
Suasana dalam hotel selalu berbeda dengan dunia luar. Seluruh dunia berusaha memfokuskan pandangan ke barat laut No Man's Land, tapi Cheng Yun justru terkesan sangat bosan. Universitas Yi hari ini sudah mulai kelas resmi. Tak ada adik untuk diajak main, tak ada adik ipar perempuan untuk diganggu, hanya si loli bodoh yang asyik mendorong balon bersamanya. Jelas jauh lebih membosankan dari biasanya.
"Bum!"
Cheng Yun yang duduk di sofa resepsionis mengulurkan tangan, menepuk balon itu perlahan ke depan.
Loli yang berjongkok di atas meja kasir menunjukkan antusiasme tinggi, matanya berkilauan. Ia berdiri dengan kedua kaki menopang, kedua cakar depan menepuk balon kembali ke arah Cheng Yun.
Cheng Yun asal menepuknya kembali.
Begitu terus berulang...
Biasanya mungkin sudah ada gadis bermuka dingin yang mulai merekam dengan ponsel atau berunding agar Cheng Yun yang tak serius menyerahkan posisinya. Namun saat ini hanya gadis kecil Yu Dian di resepsionis. Awalnya ia masih melirik si loli, sekarang sudah asyik entah mengerjakan apa. Hanya terdengar suara letupan jernih yang tertutup musik dengan ritme kuat.
Cheng Yun tak berniat mengintipnya.
Sekitar setengah jam kemudian, suara letupan berhenti. Gadis kecil Yu Dian membungkukkan badan, posturnya menunjukkan kedua tangannya telah meninggalkan keyboard, seolah sedang menjelajahi halaman web.
Perlahan, senyum mengembang di bibir gadis kecil Yu Dian.
Dia sudah berkecimpung di industri ini selama empat tahun. Jika disebutkan di grup-grup komunikasi yang penuh pemula, orang mungkin akan memujinya secara palsu sebagai "Dewa". Tapi mungkin karena hingga kini belum ada pencapaian, membuat sikap mental Lao Niao-nya terus berhati-hati. Setiap melihat performa naik sedikit saja, dia akan sangat senang. Jika ada yang memujinya, dia bisa bahagia lama. Jika ada yang membenci, meski tahu itu kesalahan sendiri dan bisa membantu pertumbuhan, dia tetap akan mengalami kepedihan lama.
Karena kadang performa tidak maju malah mundur, kadang seharian tak ada komentar, semua hal ini jarang dialaminya sehingga terasa sangat berharga.
Syukurlah segala sesuatu perlahan semakin membaik.
Seperti sekarang, pukul dua sore, siapa sangka tiba-tiba ada SMS internal yang memberitahu bahwa darah hatinya besok akan masuk rekomendasi kecil?
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di depannya: "Huu?"
！！
Gadis kecil Yu Dian seluruh tubuh bergetar, hampir melompat dari kursi, senyum di wajahnya langsung berubah menjadi panik! Setelah susah payah menenangkan diri, dilihatnya loli kecil yang tadi masih bermain balon dengan Bos Cheng entah sejak kapan sudah berbalik badan, menatapnya dengan keraguan. Di sampingnya adalah ekspresi penasaran Bos Cheng. Yang paling mengerikan adalah mereka berdua tidak diketahui sudah berapa lama memandanginya seperti ini!
Cheng Yun bertanya dengan bingung: "Ada apa? Senang sekali, wajahmu berseri bagai habis makan madu, ketemu pacar ya?"
Gadis Yu Dian gelisah melambaikan tangan: "Ti-tidak, bukan..."
Lalu ia mencoba mengalihkan topik: "Bos, tadi Anda hampir membuatku mati ketakutan."
Cheng Yun mengatupkan bibir, penuh penyesalan: "Benarkah? Maaf ya, lagi baca apa sampai begitu asyik?"
"Ti-tidak."
"Jangan-jangan tebakanku benar?"
"Bukan begitu!"
"Atau..." Bos Cheng merenung sejenak, "Jangan-jangan kamu sedang menulis novel?"
"Ti...tidak juga..."
"Boleh saya lihat?"
"Ti-Tidak boleh."
"Tidak boleh?"
"Ah bukan, saya bukan..." Gadis kecil Yu Dian memerah wajah seperti apel merah, esai SMP-nya saja ia malu-malu memperlihatkan ke teman sebangku, apalagi novel cerita wanita ini? Ini kan bacaan untuk cewek, seperti catatan obrolan antar sahabat perempuan, mana mungkin diperlihatkan ke cowok?
"Oh..."
Bos Cheng kembali mengangkat balon, melirik ekspresi gadis kecil Yu Dian yang sedang panik, ia berkata yakin: "Kamu pasti sedang main jodoh online!"
Gadis kecil Yu Dian tetap menyangkal.
Bos Cheng sama sekali tidak mendengarkan, hanya berkata ke si loli: "Ayo, kita lanjut bermain."
Si loli melirik gadis kecil Yu Dian dengan tatapan bingung, lalu bersemangat menatap Cheng Yun. Dibandingkan menyelidiki manusia biasa yang mencurigakan ini, tentu bermain bersama Da Wang lebih menarik.
Cheng Yun melemparkan balon, penglihatan tepinya tanpa disadari kembali melirik gadis kecil Yu Dian.
Ia tenggelam dalam kenangan pagi berawan tahun lalu, di mana seorang siswi kurus menyeret koper di jalanan.
Aneh, penulis novel hidup sekarat begini?
