8 pagi.
Resepsionis bergema dengan alunan musik lembut yang bercampur dentingan keyboard riang.
Mata Yu Dian menatap serius ke layar, sesekagi melirik tamu yang lalu lalang. Jika ada yang mendekat, jarinya langsung beralih ke halaman forum Baidu yang sudah disiapkan - bahkan di kolom posting telah tertulis "Saham ini akan bangkit!" sebagai tameng.
Tapi bukan berarti tak ada yang menyaksikan.
Di sebelah mouse-nya, loli itu duduk manis dengan kepala mendongak, tatapannya terpaku pada layar.
Sesekali gadis kecil Yu Dian melirik si loli, menyadari fokus pandangannya terus tertuju pada kursor layar. Seolah setiap huruf yang ia ketik diawasi ketat, sementara cahaya monitor memantul indah di bola mata mungilnya yang berkilauan. Tanpa alasan yang jelas, pipi Yu Dian memerah karena rasa kikuk yang tiba-tiba menyergap.
Bunyi ketukan keyboard berhenti……
Kursor di layar masih berkedip-kedip, namun tak lagi bergerak. Tak ada satu pun huruf baru yang muncul.
Loli kecil itu berbalik. Matanya yang lebar pertama-tama menatap tangan Yu Dian yang masih tergeletak di atas keyboard, lalu perlahan naik menyusuri wajah gadis itu. Kepalanya miring penuh tanya: "Uuu?"
Yu Dian mengamati ekspresi polos, sorot mata penasaran, dan gerakan memiringkan kepala khas loli itu. Gabungan dengan reaksi sebelumnya membuat hatinya tiba-tiba diselimuti pikiran absurd...
Dengan cepat ia menggelengkan kepala. Mustahil loli kecil bisa membaca!
Gadis kecil Yu Dian menunjukkan ekspresi kebingungan ekstrim, berkata: "Yang Mulia Loli, apa yang kau lihat? Apa kau bisa membaca ini?"
Loli menatapnya diam-diam. Setelah beberapa saat, ia menundukkan kepala kecilnya lagi, mengulurkan satu cakar kecil untuk menekan keyboard, lalu mengangkat kepala dan terpaku menatap layar.
Tunduk, tekan lagi, amati lagi.
Yu Dian menghela napas lega, bergumam sendiri: "Apa kau merasa ini seru?"
Loli meliriknya sebentar, tak lagi bersuara.
Maka Yu Dian menekan tombol backspace untuk menghapus beberapa angka yang ditekan loli, sepuluh jarinya kembali menari-nari di atas keyboard. Sementara loli kembali fokus mengamati layar sambil bertanya-tanya dalam hati—— benda apa sih ini sebenarnya?
Jangan-jangan manusia biasa ini sedang menulis ulang materi pelajaran dari ingatan?
Saat Cheng Yun turun tangga membawa kunci mobil, dia melihat si loli sudah berbaring di atas alas mouse raksasa. Ia menggunakan mouse sebagai bantal, matanya tak berkedip menatap tajam layar komputer.
Gadis kecil Yu Dian langsung menekan Alt+Tab, kemudian melanjutkan mengetik.
Si loli tertegun, mengangkat kepala, bingung memandang layar, lalu menoleh tajam melihat gadis Yu Dian.
Cheng Yun secara lahiriah tidak menunjukkan perubahan ekspresi, berjalan mendekat lalu mengangkat si loli sambil berkata: "Aku pergi menjemput Feng Yujia ya."
Gadis Yu Dian mengangguk dengan wajah memerah: "Oh, baiklah."
Cheng Yun tak sengaja melirik layar, tersenyum bertanya: "Sedang nge-forum?"
"I...iya, cuma posting thread."
"Oh!"
Melihat nama forumnya, Cheng Yun nyaris tak bisa menahan tawa——
Forum Botak!
Dengan perasaan sakit hati, ia melirik gadis kecil Yu Dian, lalu menggendong si loli kecil berjalan ke mobil, melemparkannya ke kursi penumpang depan, kemudian menyetir keluar dari parkiran.
Si loli kecil menghadap ke arahnya, mulai bersemangat bicara: "Wu... wu wu wu..."
Cheng Yun sama sekali tidak menghiraukannya. Baru setelah mobil masuk ke jalan utama, ia berkata pada si loli: "Itu rahasia orang lain. Jika tidak mengganggumu dan si empunya tidak mau kamu tahu, kamu harus memberinya sedikit penghormatan. Mengerti?"
Si loli membeku sejenak, lalu tertunduk.
Tak lama kemudian mereka tiba di stasiun. Cheng Yun langsung melihat Feng Yujia. Gadis kecil ini hanya membawa satu koper pink bertempelan banyak stiker HelloKitty dan tas sekolah yang kempes, selain itu tak ada barang bawaan lain.
Ia sedang asyik menunduk memeriksa ponselnya dengan serius.
Maka Cheng Yun menyetir mendekat, membunyikan klakson dua kali, menurunkan kaca jendela sambil berteriak pakai logat Yizhou: "Adik, mau ke mana nih?"
Feng Yujia mengangkat kepala, sambil sedikit mengangkat tangan kecilnya dan melambai: "Tidak pergi Xie..."
Ucapan terhenti, senyum mekar seketika.
"Pergi ke Hotel Anju."
“20！”
"Gelap sekali ya..."
Feng Yujia menyimpan ponselnya, berjalan mendekat sambil tersenyum.
Cheng Yun buru-buru membuka bagasi belakang dan turun untuk menerima kopernya.
Segera Feng Yujia asal membuka pintu kursi penumpang depan, lalu langkahnya terhenti, saling pandang tertegun dengan loli yang duduk di kursi depan.
Beberapa saat kemudian, dia berkata: "Loli kecil, maukah kau berbaring di dashboard? Masih bisa berjemur."
Loli kecil sama sekali tidak mundur: "Huu!"
Meski tak tahu apa istimewanya posisi ini, tapi melihat sebelumnya mereka berebut, maka Yang Mulia Loli juga harus memperebutkannya.
Tiba-tiba——
Loli kecil merasakan dirinya melayang ke udara, cepat menjauh dari kursi depan, mendarat di pelukan yang familier.
Baru kemudian Cheng Yun melepaskan tengkuk belakang loli itu, tersenyum pada Feng Yujia: "Cuma bawa satu koper? Tidak membawa kapas atau sarung bantal sejenisnya?"
Loli itu mendengkur protes dua kali, lalu berbaring dengan tenang di pangkuan Cheng Yun.
"Sekolah yang menyediakan," jawab Feng Yujia.
"Kualitas barang sekolah terlalu jelek, tidak nyaman," kata Cheng Yun.
"Tapi sudah tidak muat lagi, kopernya penuh. Koper ini juga baru dibeli bulan lalu, koper SMA yang lama sudah rusak."
"Bawa karung goni saja, merek Urea atau anak kembar gitu."
"Pergi sana!"
Feng Yujia tersipuh sambil tertawa.
Gadis yang baru masuk kampus di hari pertama, mana mungkin mau membawa karung pupuk atau pakan babi? Wajib beli koper baru!
Cheng Yun terkekeh, baru menyalakan mesin mobil.
"Hanya pada sepupu inilah ia bisa melihat sikap malu-malu seperti ini. Sedangkan adik kandungnya sendiri... Menurut Cheng Qiuye, adik perempuan/kakak laki-laki ini sama sekali tidak seru."
Tak lama ia bertanya lagi: "Kalian baru daftar lusa kan?"
"Hm!"
"Kalau begitu besok kita jalan-jalan ke mall, ajak Cheng Yan, belikanmu satu set perlengkapan ranjang yang cocok untuk asrama." Cheng Yun berkata.
"Tidak usah, malas merepotkan!"
"Tidak merepotkan, cuma jalan-jalan ke supermarket saja. Nanti aku antar kamu ke sekolahmu, sekalian mengantarkan semua barang bawaanmu ke asrama." kata Cheng Yun, "Lagipala lebih praktis. Selimut dari sekolah tetap kamu bawa. Selimut yang dibeli terlalu lembut, kalau untuk melipat tumpukan persegi sempurna saat pelatihan militer pasti tidak bisa. Pakai saja selimut sekolah untuk melipat tumpukan persegi sempurna, setiap malam simpan di lemari pakaian, pakai selimut belian untuk tidur. Siang hari masukkan selimut belian ke lemari, taruh tumpukan persegi di ranjang. Hemat waktu, tenaga, dan pikiran. Setelah pelatihan militer, selimut sekolah bisa dipakai sebagai alas tidur, nyaman sekali."
"Kalau... begitu baiklah." Feng Yujia mengangguk.
"Dengar nasihat kakak ini, pasti tidak salah!" Cheng Yun yang jarang bisa berperan sebagai kakak yang hangat, tentu ingin menikmati peran ini sepuas-puasnya.
"Ini mobil baru yang kamu beli?" tanya Feng Yujia.
"Betul, baru saja dibeli. Ada bau tidak?"
"Tidak berbau." jawab Feng Yujia, "Wah orang kaya baru, Mercedes-Benz pula!"
"Ini disebut orang kaya baru macam apa…"
"Hehe."
Hari ini hari Sabtu, saat Cheng Yun membawa Feng Yujia kembali ke hotel, Cheng Yan dan Tang Qingying sudah kembali.
Melihat Feng Yujia, mereka menyapa. Hubungan Cheng Yan dengan sepupu perempuannya ini terasa canggung, saling memanggil nama asli.
Tapi Cheng Yan yang sudah lebih matang tetap proaktif mengeluarkan buah-buahan dan camilan untuk menjamu Feng Yujia, menanyakan jadwal pendaftarannya, serta menawarkan untuk mengantarnya ke sekolah sambil mencicipi kantin Akademi Jinguan.
Kemudian mereka mengobrol santai.
Sementara Cheng Yun naik ke atas untuk memasak hidangan kesukaan sang sepupu kecil.
Hingga malam hari, Cheng Yan menarik Tang Qingying ke kamar Cheng Yun dan berkata: "Satu bulan sudah lewat."
Cheng Yun tertegun sejenak baru menyadari.
Melihat ekspresinya, garis hitam muncul di dahi Cheng Yan: "Apa kau sudah melupakan semua ini?"
Cheng Yun menyangkal keras: "Bukan! Kalian sudah memutuskan?"
"Sudah."
"Hm!"
"Ehm......"
Melihat ekspresi penuh keyakinan kedua gadis itu, Cheng Yun sudah tahu keputusan mereka.
