Tanggal 9, pagi hari.
Tang Qingying duduk di ranjang sambil mengusap rambutnya yang berantakan. Dia menutup kedua kakinya yang putih lembut dan menempatkannya miring ke arah yang sama. Cahaya di kamar pagi buta itu redup, tirai jendela belum dibuka, namun kedua kaki dan jari-jari kakinya memancarkan keputihan yang menyilaukan.
Tang Qingying mengangkat kepala, matanya yang masih berkunang-kunang menatap ke depan.
Di ujung ranjang, Cheng Yan sedang memakai baju sambil membelakangi Tang Qingying, meletakkan piyama imutnya di sebelah.
Dari sudut pandang ini, Tang Qingying bisa melihat punggung yang ramping dan profesional. Bahu depan yang membulat, kulit putih salju, garis lengkung indah di punggung disertai sedikit garis otot, tanpa seberkas daging berlebih. Tali bahu bra warna krem menjadi aksen sempurna.
Kemudian sebuah kemeja ala putri hutan yang longgar menutupi pemandangan mengesankan itu.
Seketika kedua matanya kembali jernih!
Dengan gigih merangkak mendekat, Tang Qingying memeluk erat punggung Cheng Yan. Ia merasakan tekstur punggung yang ramping namun kokoh - berbeda dari kebanyakan perempuan. Menempelkan pipinya untuk menyerap kehangatan itu, suara gumamannya terdengar seperti anak kecil.
"Hm~~ Temani aku tidur sebentar dong!"
"Lepas cengkeram!"
"Nggak mau!"
"Aku mau mandi dulu." Cheng Yan langsung mematahkan pelukan tangan Tang Qingying, lalu beranjak menuju kamar mandi.
Celana panjangnya belum terpasang. Hanya berbaju dalam biasa yang separuh tertutupi kemeja longgar, siluetnya tampak samar-samar saat berjalan - justru lebih menggoda daripada sekedar memperlihatkan celana dalam.
Tang Qingying terpaku menyaksikan sepasang kaki ramping bak giok itu menjauh, baru bereaksi saat sosok itu hilang dari pandangan. Dengan gesit ia merangkak ke ujung ranjang, mengenakan sandal lalu menyusul.
Ia merasa saat ini dirinya sedang tidak kalem...
"Syukurlah aku cuma mau merayu kakak ipar, kalau tidak, jangan-jangan aku dibengkokkan oleh wanita ini?"
Menyandar di pintu kamar mandi, menatap Cheng Yan yang sedang menyikat gigi dengan sikat kecil secara teliti, samar-samar mencium aroma jeruk manis dari pasta gigi anak, dia bertanya: "Yan-yan, yang semalam itu ketemu belum?"
"Hmm..."
"Ha?"
"Hmm..." Cheng Yan menggelengkan kepala, mulutnya penuh busa pasta gigi sehingga tak bisa bicara.
"Kamu juga belum ketemu? Aku semalam nyari sampai larut tapi nggak nemu sama sekali, sama sekali nggak ada petunjuk!"
"Cih!"
Cheng Yan memuntahkan pasta gigi, memutar wajah dan menatapnya dengan dingin: "Kamu nyari sendiri gapapa, tapi ngapain meraba-raba tubuhku? Gimana aku bisa cari kalau kamu kayak gini?"
Tang Qingying tertegun sejenak: "Apa iya?"
“……”
Tatapan tajam!
Tang Qingying mulai merasa bersalah: "Baiklah, tadi itu... aku cuma bantu nyari, reflek aja bantu nyari."
Cheng Yan menarik kembali pandangannya, enggan melanjutkan percakapan.
Agar tidak terpengaruh olehnya dan membelokkan dari jalur.
Setelah selesai mandi dan sarapan, Cheng Yun menyetir mobil membawa beberapa gadis kecil keluar rumah, langsung menuju lapangan belanja.
Setelah memarkir mobil dan naik ke mall, kami berjalan-jalan santai di dalamnya.
Tang Qingying menuntun tangan Cheng Yan berjalan sedikit di depan, sesekali menoleh ke belakang lalu tertawa riang bersamanya.
Cheng Yun berjalan bersama Feng Yujia.
Di mall ada toko khusus yang menjual perlengkapan rumah tangga, kualitasnya jauh lebih baik daripada di supermarket dengan pilihan lebih banyak dan banyak yang menyediakan sampel. Kami masuk untuk memilih model, material, dan kenyamanan. Feng Yujia yang memutuskan model sementara Cheng Yan dan Tang Qingying memberikan masukan sebagai referensi, sedangkan Cheng Yun memilih material dan kenyamanan.
Perlengkapan ranjang yang sedikit lebih bagus bisa meningkatkan kualitas tidur secara signifikan, tapi harganya juga jauh lebih mahal.
Feng Yujia yang baru berusia delapan belas tahun dan tumbuh besar di kabupaten, terkejut dengan harga satu setel perlengkapan ranjang yang mencapai ratusan bahkan ribuan yuan. Meski Bos Cheng tidak merasa masalah, harga tersebut jelas membuatnya trauma.
Dia tahu maksud sepupunya mengajaknya beli perlengkapan ranjang adalah untuk membelikannya. Awalnya dia berencana membayar sendiri dengan tabungan hasil jerih payahnya setelah Ujian Nasional. Dia bahkan sudah berlatih dialog untuk meyakinkan sepupunya agar mengizinkannya membayar, bahkan siap menyerah jika sepupunya bersikeras...
Tapi sekarang——
Sialan, kok mahal banget!? Kain sutera mewah segala!?
Isian bantal juga semahal ini!? Bulu phoenix kali!?
Sarung bantal yang dipakai di rumahnya konon masih dibawa ibunya saat menikah dulu. Bagaimanapun dilihat, bentuknya hanya layak puluhan yuan. Sementara mengisi kapas di kampung halaman terasa begitu murah... Tidak, semakin dipikir semakin rugi!
Maka ia mengulurkan satu tangan, menarik lengan baju Cheng Yun sambil berlagak santai: "Kakak Ketiga, kita lihat toko lain yuk?"
Cheng Yun tertegun: "Kenapa? Toko ini belum kita lihat semua, menurutku model ini lumayan bagus!"
Pandangan Feng Yujia mengikuti arah matanya——
Satu bunga peony besar yang menyala-nyala!
Menyambar bola mata!
Menggelengkan kepala dengan keras, ia tahu sepupunya sedang bercanda, tapi harga di tempat hantu ini telah menghilangkan moodnya untuk bercanda.
Gadis kecil itu mengerutkan kelima inderanya, melirik diam-diam ke pramuniaga di samping lalu berbisik dengan ekspresi berlebihan: "Di sini terlalu mahal! Lebih baik beli online saja!"
Cheng Yun juga mengerutkan kening, Bicara: "Banyak barang belanjaan daring kualitasnya tidak terjamin, yang berkualitas sebenarnya harganya tidak jauh lebih murah dari toko fisik. Keunggulan utama belanja offline adalah bisa memilih lebih banyak, mengecek detail barang, sehingga tidak rugi."
Gadis kecil itu tetap berlebihan berkata: "Tapi ini terlalu mahal!"
Cheng Yun mengulurkan tangan meraba kepala-nya: "Tenang saja, aku ini orang kaya baru, aku yang bayar!"
Gadis kecil itu tetap merasa transaksi ini merugikan.
Tapi melihat tekad sepupunya sudah bulat, dia hanya bisa memilih satu set dengan harga yang cukup pantas - sederhananya murah tapi tidak terlalu jelek.
Dua orang di sebelah mereka diam-diam mengawasi interaksi ini.
Tang Qingying sambil mengamati ekspresi Cheng Yan, beberapa saat kemudian terkekeh, mendekat ke telinganya: "Cemas tidak?"
Cheng Yan memalingkan wajah dengan tatapan dingin: "Omong kosong apa lagi ini?"
Tang Qingying sama sekali tidak mempedulikan reaksinya, terus menguping: "Kuperhatikan setiap kali Feng Yujia datang, kamu selalu cemas."
Cheng Yan mengabaikannya.
Bahkan dia mendekat dan bersama Cheng Yun serta Feng Yujia memilih sarung bantal dan isiannya, terus memberikan saran: "Warna polos dengan motif kotak atau garis terlihat bagus, tak perlu terlalu ramai. Selama warnanya dipilih dengan tepat, akan terasa sangat hangat."
Feng Yujia hanya bisa mengangguk setuju dengan malu-malu, seolah dirinyalah yang lebih muda di sini.
Di hadapan sepupu ini, dia justru merasa seperti adik sendiri.
Medan energinya tertindas sepenuhnya, sungguh tak tertahankan.
Akhirnya terpilih satu set sprei untuk ranjang 1,5 meter, satu isian selimut, dan dua sarung bantal dengan total Rp1.500.000 - membuat gadis kecil itu merasa seperti kehilangan triliunan rupiah.
Cheng Yan berjalan di depan sambil menoleh dan berkata: "Perlengkapan hidup juga harus dibeli, seperti penyangga ponsel, papan meja lipat yang cocok untuk main komputer di ranjang, dan sejenisnya. Ngomong-ngomong, kita bisa beli satu set meja lemari yang dipasang di tempat tidur, kalau sudah terpasang akan terlihat sangat berkelas. Bisa dipakai main komputer juga menyimpan camilan, gelas air, dan buku-buku. Seperti memasang satu unit meja komputer mini di tempat tidur, tidak mengganggu tidur, kakimu bisa masuk ke dalam."
Cheng Yun menarik sudut bibirnya: "Dua hal ini termasuk perlengkapan hidup?"
"Iya."
"Baiklah baiklah." Cheng Yun menoleh ke Feng Yujia, "Dengarkan saja dia, mereka sudah berpengalaman."
"Ayo kita jalan-jalan ke supermarket dulu." Cheng Yan mengusulkan.
"Oke."
Cheng Yun bahkan mendorong bahunya perlahan: "Semangatmu hari ini luar biasa."
Cheng Yan menoleh tajam, menatapnya dengan ekspresi datar.
