Angin malam di _No Man's Land_ bertiup kencang sekali, menderu-deru seperti suara tangisan. Seandainya angin sekuat ini muncul di Yizhou, pasti banyak anak-anak ketakutan sampai nggak berani tidur.
Di luar jendela, kapal pendarat dan drone melayang di udara. Cahaya lampunya berkedip seperti tarikan napas, sementara perisai energi memancarkan sinar samar. Sesekali pasukan yang berganti shift melesat ke langit dengan armor-piercing dan nyala api di badan, membuat suasana terasa seperti di dunia Marvel.
Gesek! Tirai jendela dibanting tertutup——
Semua pemandangan fiksi ilmiah itu terhalang sepenuhnya.
Tang Qingying memeluk lengannya sendiri sambil pura-pura gemetar dua kali, berkata pada Cheng Yan: "Angin di luar kencang sekali, serem banget! Yan-yan, malam ini aku tidur peluk kamu ya?"
Cheng Yan duduk di tepi ranjang, menunduk melihat video yang direkamnya hari ini di ponsel, tanpa mengangkat kepala: "Enyahlah!"
Tang Qingying duduk di sebelahnya, berpura-pura semakin lemah: "Tapi aku takut~~"
Bola mata Cheng Yan berputar sedikit ke samping, meliriknya dengan tatapan datar: "Simpan dulu teknik merayu ala cewek manis-mu, tunjukkan keberanianmu waktu SMA yang suka rokok-arak-berantem-tato itu!"
"Hah..."
Tang Qingying langsung tersedak.
Secara bawah sadar ia ingin bertanya bagaimana dia bisa tahu, tapi teringat bahwa dengan tingkat keakraban yang sekarang dengan penghuni hotel, ini sepertinya sudah bukan rahasia lagi.
Tapi dibandingkan dengan Yin XX yang enggan membuka identitas, yang suka membawa golok untuk "membantu orang bernegosiasi" dan tangan-tangannya entah sudah menodai berapa nyawa, diriku ini bisa dibilang anak perempuan manis, 'kan? Begitu pikir Tang Qingying, keyakinannya langsung bertambah. Rasa bersalah tadi memudar, dada kembali tegap saat ia berkata, "Baiklah, kalau kau tak suka istilah itu, aku bisa ganti cara bicara."
Cheng Yan mengerutkan kening tipis, memalingkan wajah: "Istilah apa? Maksudmu formula klise macam ini?"
"Jangan pakai kata-kata sekotor itu dong!"
Tang Qingying menggeser pantatnya makin dekat, hingga badannya yang sejak awal sudah bersebelahan kini menempel sepenuhnya dengan Cheng Yan: "Nah, bukankah semakin kencang angin di luar, kamar kecil kita ini justru terasa makin hangat dan menenangkan?"
"Sepertinya ada benarnya juga..." Cheng Yan menyipitkan mata, lalu berkomentar, "Tapi ini cuma permainan isyarat psikologis dari perbandingan dua lingkungan berbeda, bukan?"
"Aiya, tidak perlu kau jelaskan! Yang pasti kau harus mengakui, di luar angin bertiup kencang, sementara kita berada di kamar kecil yang kokoh ini, kualitas tidur pasti akan meningkat. Dan jika kita berpelukan, kehangatan dan kenyamanan akan berlipat ganda!" kata Tang Qingying. "Coba bayangkan, dalam pikiranmu, gambaran itu benar kan?"
"……" Cheng Yan mengerutkan kening erat-erat.
"Hehe!"
Sepuluh menit kemudian.
Cheng Yan berbaring telentang dengan postur sempurna, kedua kakinya menutup rapat. Kedua tangannya memegang ponsel yang cahayanya menerangi wajahnya, bulu mata panjangnya berkilau di bawah sorotan.
Tang Qingying melilit pinggangnya dengan satu lengan, sebelah kakinya masih bertumpu di paha Cheng Yan. Wajahnya penuh kepuasan.
"Suara angin dari luar masih samar-samar terdengar, seluruh tubuhnya terbungkus dalam selimut, masih memeluk sosok hangat. Wajahnya menghadap bahu Cheng Yan, sedikit maju lagi akan terkubur di leher Cheng Yan. Dibandingkan dengan angin kencang di luar, tempat ini membuatnya merasa sangat tenang. Dia segera menutup mata bersiap tidur. Namun beberapa menit kemudian dia membuka mata lagi, menatap layar ponsel Cheng Yan yang cahayanya menyilaukan matanya hingga sedikit menyipit."
"Hmm, kenapa kamu belum tidur?"
"Urus dirimu sendiri!"
"Hah, sikapmu buruk sekali... Kalau kamu tidak tidur, aku juga tidak bisa tidur."
"Aku besok tidak perlu ujian ulang K3."
"Tapi aku harus ujian ulang..."
"...Semangat."
"Hmm, kamu sedang melihat video yang direkam tadi malam?" Tang Qingying melirik layar ponselnya, "Bagaimana kalau diunggah ke internet? Seluruh dunia penasaran seperti apa markas alien itu, pasti dapat banyak likes."
"Aku tidak sebodoh itu."
"Hmm, sebenarnya kamu sangat ingin mengunggahnya kan!"
"Tidak ada!"
"Daftarkan akun dummy!" Tang Qingying mengamati ekspresinya, lalu matanya berbinar memberi saran.
"Gampang... Aku nggak segitu bosan!"
"Kalau gitu nikmati sendiri saja! Lagian juga nggak bisa tidur, aku cari benih energi." Tang Qingying memejamkan mata kembali sambil bergumam, "Hal keren begini nggak boleh ditunjukin ke orang lain, bikin sebel banget..."
"...Jangan bicara lagi."
"Baik."
Tang Qingying benar-benar tak bersuara lagi.
Di kamar sebelah, si loli juga berdiri di depan jendela menatap keluar, bayangan yang luar biasa indahnya terpantul di kaca, terkadang membuatnya sendiri terpesona.
Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi...
Si loli agak merajuk.
Entah kenapa, sejak mulai sekolah, Da Wang melarangnya mandi bersama. Bahkan ketika Da Wang memandikannya, harus menunggu setelahnya selesai atau seperti hari ini yang memandikan dulu. Padahal saat mandi dia selalu sangat patuh.
Setelah suara air di kamar mandi berhenti, ia langsung melompat turun dari jendela dan melompat ke ranjang untuk menunggu.
Angin kencang di luar juga membuat loli kecil tidur dengan nyenyak.
Keesokan harinya pagi-pagi.
Saat sarapan, semua orang membahas topik yang sangat agung - tanggung jawab peradaban manusia, namun sebenarnya sebagian besar hanya omong kosong. Hanya topik besar yang berkaitan dengan seluruh umat manusia seperti ini yang bisa membuat kedua pihak terlibat diskusi dengan penuh semangat.
Usai makan, pasangan Komandan Ke Li, perwira tinggi armada, dan pejabat pemerintah dari delegasi Tiongkok mengantar rombongan Cheng Yun pergi.
Seluruh proses berlangsung dengan sopan dan hormat. Komandan Ke Li bahkan menyiapkan hadiah untuk maestro sesuai protokol diplomatik - sebuah pesawat mewah berukuran kecil. Menurut Komandan, benda ini merupakan edisi terbatas koleksi kapal yang nilai koleksinya jauh melebihi nilai fungsionalnya. Kira-kira setara dengan kuda BMW yang pernah dihadiahkan negara kecil kepada pemimpin kita.
Meskipun Cheng Yun bukan pemimpin sebuah negara maupun diplomat profesional, dalam situasi ini ia tetap merasa tidak pantas menolak. Dengan sigap ia menerima hadiah tersebut, lalu mengundang pasangan Komandan Cooley beserta asistennya untuk menginap di hotel.
Setelah ritual kesopanan selesai, barulah ia membawa loli, Cheng Yan, dan Tang Qingying kembali ke penginapan.
Cheng Yan meliriknya sejenak, mengatupkan bibir, lalu melontarkan candaan sambil tetap fokus menyetir: "Kalau ada waktu, ambil saja SIM pesawat antariksa."
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, memilih mengabaikan ejekan adiknya itu.
Sebenarnya benda ini juga tidak bernilai di tangannya. Ia tidak perlu mengandalkan pesawat terbang untuk bergegas, kecepatannya sendiri jauh melebihi benda ini. Dan fungsi penting lainnya dari pesawat terbang edisi terbatas ini pun tidak bisa ia manfaatkan, mengingat Bumi masih di era mobil sport, menerbangkan pesawat terbang agak terlalu berlebihan. Jadi benda ini di sini mungkin hanya akan menjadi koleksi, dipajang di ruang node sesekali dilihat, atau dimasuki untuk bermain-main dengan fasilitas hiburan di dalamnya, selebihnya tidak berbeda dengan emas dan permata yang menumpuk di ruang node.
Mungkin justru benda ini cukup sesuai dengan selera estetika Yin Nuxia, karena ukurannya sangat besar, jauh lebih besar dari truk.
Saat ini yang harus dipusingkan Bos Cheng adalah sarapan gadis kecil Yu Dian, Liu Da Nüshen, dan guru Naqu.
Ia juga enggan memasak, akhirnya memesan pesanan online untuk mereka.
Luosifen.
Bukan maksud apa-apa, cuma pengin liat dewi sekolah makan Luosifen, sekalian mau tahu kalau aroma khas Luosifen dicampur wewangian tubuhnya bakal terjadi reaksi kimia menarik atau nggak.
Akhirnya Cheng Yun agak kecewa, Liu Da Nüshen kayaknya nggak tahan baunya, menyerahkan mangkok mi itu ke Naqu Sensei, dirinya cuma makan telur rebus bumbu di dalamnya.
Tak lama kemudian, Cheng Yan nemenin Tang Qingying ikut ujian ulang.
Sementara Cheng Yun di lantai atas nerima video call dari Yin Nuxia.
Asal geser layar buat angkat telpon, wajah rubah menggoda Yin Nuxia yang ada bekas luka panjang langsung nongol di kelopak matanya. Dua matanya yang hitam putih jernih itu lebar berbinar, jelas seneng banget. Tapi buru-buru dia menyipitkan mata, nanya curiga: "Kepala stasiun kemarin main kemana? Kok beberapa kali aku video call nggak ada yang angkat... Apa si benda kecil itu sembunyiin hape elu?"
“Heh… benda kecil ini benar-benar tidak etis!”
Sama sekali tidak perlu Cheng Yun menjawab, Yin Nuxia sudah menyelesaikan pertanyaannya sendiri dengan cara menebak-nebak, dan langsung yakin sepenuhnya dengan teori ini.
“…Kemarin aku pergi ke _No Man's Land_, nonton pertunjukan.” Cheng Yun menjawab dengan pasrah.
“Begini rupanya…” Yin Nuxia mengerutkan kening.
“Maksudmu mengerutkan kening apa? Jangan-jangan kau masih tidak percaya?” Andai gadis ini ada di hadapannya saat ini, pasti langsung ditokoknya kepala itu. “Ngapain kau buka video? Di ibukota, makan dan tidurnya nyaman tidak?”
“Nyaman sekali! Menginap di hotel besar, orang lain tidur berdua satu kamar, aku sendiri satu kamar! Makan juga di hotel, mereka makan satu meja, aku sendiri satu meja! Habis makan lapor ke pelatih, terus main sepeda keliling, di sini kayuh sekali bisa meluncur jauh banget!” Yin Nuxia bersemangat. “Seandainya dulu ajak Nona Yu, dia belum pernah main ke sini.”
“Tunggu! Kamu makan satu meja sendirian?”
“Ha? Kenapa?” Yin Nuxia menatap Cheng Yun dengan wajah bingung, setelah berpikir dia mencoba menjelaskan, “Kami semua duduk bersama, menghabiskan satu meja makanan. Kalau aku belum kenyang, pesan lagi satu meja, cuma aku yang makan!”
“……Rupanya kamu malah merendah.”
“Apa? Oh, hehe~~”
“Bualan! Besok sudah kompetisi, masih santai-santai di sini!” Cheng Yun membalikkan mata.
“Tak apa! Tim itu, setiap kali bertarung di lapangan aku belum pernah kalah.” Yin Nuxia santai, tapi setelah bicara matanya melirik ke sekeliling seolah khawatir ada yang mendengar.
“Pertahankan kerendahan hati!” Cheng Yun menasihati.
Sebagai jawaban, Yin Nuxia mengangkat kepala, membuka mulut, mengeluarkan suara gemetar serak dari tenggorokan...
“Ah~~~”
“Sebenarnya untuk apa kamu buka video call ini?” Cheng Yun tak tahu harus berkata apa.
"Ah? Oh oh! Aku cuma pagi ini makan enak banget, pengen tunjukin ke kepala stasiun menu sarapanku!" Yin Nuxia buru-buru mengarahkan kamera ke meja penuh hidangan di depannya, "Liat! Kuah jeroan domba ini enak banget lho..."
"Dasar kamu..."
Senyum mengembang tak tertahan di bibir Cheng Yun, "Sudah kamu tunjukkan ke Mama Yu belum?"
Wajah Yin Nuxia tiba-tiba memenuhi layar dengan ekspresi bingung: "Apa? Mama ikan kecil? Mama berudu kali ya!"
"Salah ucap, maksudku gadis Yu-mu itu."
"Dia kenapa?"
"Sudah kamu tunjakin belum."
"Belum, habis ini baru aku kasih liat!"
"Cepat tunjukkan padanya, abis itu buruan makan sebelum semuanya dingin," kata Cheng Yun.
"Bener juga!"
Yin Nuxia mengangguk-angguk setuju.
