Secara objektif, Cheng Yan mengakui fakta bahwa Cheng Yun lebih unggul darinya dalam banyak hal, namun dengan polos ia juga bisa berkata percaya diri: dalam banyak aspek dirinya juga lebih baik dari Cheng Yun.
Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan pembelajaran.
Tapi entah mengapa, loli itu yakin Cheng Yun adalah yang paling hebat di semua aspek, bahkan yang salah pun dianggap benar!
Cheng Yan merasa lelah yang dalam-dalam karenanya.
"Ah~~"
Menghela napas, ia menundukkan kepala dan memperhatikan loli kecil itu menuliskan karakter yang tidak dikenalnya.
Pensil kecil yang sudah terkupas hingga sepanjang separuh jari itu terhuyung-huyung, perlahan mengukir sebuah karakter gaya Song pada buku catatan kecil—
"Serang"
"Hm?"
Cheng Yan langsung tertegun.
Karakternya sesederhana ini?
Tadinya ia mengira itu pasti karakter langka! Sebagai mahasiswa jurusan sejarah, putri profesor sejarah, dan penggemar kitab-kitab kuno, sebagian besar karakter asing bagi manusia biasa sebenarnya tidak bisa mengalahkannya. Karena itulah ia berani tampil percaya diri di hadapan loli kecil ini. Tapi tak disangka karakternya malah sangat umum!
Mungkin karena tidak memahami makna multidimensionalnya?
Atau mungkin penggunaan karakter ini di lokasi tertentu terasa kekakuan bagi loli kecil?
Meski hanya satu kata sederhana, Cheng Yan pun menundukkan kepala dan berpikir sejenak, baru kemudian menjelaskan sedetail mungkin pada si loli: "Kata ini dibaca 'gong', nada pertama, sama dengan 'gong' dalam 'jantan/betina' atau 'suami'.
Mendengar itu, si loli mulai menunjukkan sedikit ketidaksabaran—
Makhluk manusia biasa ini... Kenapa cerewet sekali? Jangan-jangan ia tidak tahu cara membaca kata ini?
Cheng Yan melanjutkan: "Kata ini kira-kira memiliki tiga makna: Pertama, menyerang/menghantam, merujuk pada tindakan individu atau kelompok yang menggunakan kekuatan fisik terhadap pihak lain; Kedua, mengkritik kelemahan atau kesalahan orang lain secara mental; Ketiga juga bisa berarti mempelajari atau meneliti sesuatu secara mendalam, contohnya 'Saya sedang fokus mempelajari Pendidikan Prasekolah'—maksudnya... Kabarnya kata ini juga bisa jadi marga, seperti marga Cheng saya, Cheng Yan. Kamu juga bermarga Cheng, dipanggil Cheng Xiaololi."
"Jika bukan karena Da Wang selalu mengajarkannya untuk bersabar, sang loli pasti sudah lama memotong pembicaraan manusia biasa ini. Dari sekian banyak omongan, hanya kalimat terakhir yang sedikit membuatnya nyaman."
Usai mendengar, keraguan di wajah loli semakin dalam. Ia memiringkan kepala sambil menatap Cheng Yan——
"Semua makna itu aku tahu, tapi tidak cocok dengan konteksnya!"
Namun Cheng Yan sangat puas dengan penjelasannya sendiri. Melihat ekspresi loli saat itu, ia yakin ini awal penguasaannya melalui ilmu pengetahuan. Dengan senyum penuh kemenangan, ia bertanya: "Masih ada yang belum dimengerti? Tulis semuanya, akan kujelaskan satu per satu!"
Setelah ragu sebentar, loli mulai menulis karakter kedua.
Pensil mungil itu kembali bergerak pelan——
""
Cheng Yan: "..."
Senyumnya membeku seketika! Beberapa garis hitam tak terkendali mulai mengambang di ubun-ubunnya...
Loli kecil kembali memiringkan kepepala ke sisi lain, membuka sepasang mata besar biru es yang terang menatapnya, penuh dengan kebijaksanaan samar dan ketidaktahuan. Beberapa saat kemudian, seberkas demi seberkas keraguan mulai muncul.
"Huu?"
Ia bertanya sekaligus mendesak.
Cheng Yan menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Dari mana kamu melihat hal-hal ini?" tanyanya pada loli kecil.
Loli kecil tetap menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan.
Bukankah kamu yang menyuruhku membaca buku di luar kurikulum?
Setelah ragu sebentar, ia melangkah maju dua langkah dengan kaki kecilnya yang jenjang. Cakar depannya menepuk-nepuk karakter yang baru ditulis di buku catatan, lalu mengangkat kepala menatap tajam Cheng Yan, mendesaknya untuk segera menjelaskan. Kalau tidak bisa, katakan saja! Jangan buang waktu! Ia harus segera bertanya pada Da Wang—Cheng Xiaololi sang Raja Padang Salju yang agung ini bertekad mempertahankan kebiasaan baik: bertanya saat tidak paham!
Cheng Yan mengatupkan bibir, membuka mulut: "Shou juga punya beberapa arti, yaitu penerimaan, bisa ditahan; menderita; menahan diri; dan juga arti cocok……"
Penjelasan serius seperti tadi, tapi jauh lebih singkat.
Karena Cheng Yan sudah menyadari si loli tahu makna konvensional dua karakter tersebut.
Baru hendak terus bertanya di mana loli kecil melihat barang-barang acak-acakan ini, dia melihat loli kecil menatapnya dalam-dalam, sorot mata penuh kekecewaan dan pandangan merendahkan, lalu menundukkan kepala mengambil buku kecilnya, langsung berbalik pergi ke luar.
Saat itu, kepala Cheng Yan blank total!
Akhirnya, dia bereaksi tepat saat loli kecil melompat turun dari meja kopi, bertanya tergopoh: "Kamu mau ke mana?"
Loli kecil menoleh meliriknya, tidak bersuara.
Cheng Yan menarik sudut bibir: "Mencari Cheng Yun ya? Sudahlah tetap di sini, aku yang akan panggil dia ke sini!"
Loli kecil masih ketidaktahuan mengapa dia melakukan ini, tetapi tetap saja kembali lagi. Dengan anggun melakukan lompatan ringan ke atas meja kopi, meletakkan naskah kecilnya, lalu duduk manis dengan postur sempurna.
Satu menit kemudian, Cheng Yun memasuki kamar Cheng Yan.
Kamar mereka berdua dirapikan dengan sangat bersih, tidak ada barang yang berantakan. Ini kemungkinan besar adalah kebiasaan Cheng Yan, mengingat dulu ketika Cheng Yun mengikuti Tang Qingyan ke rumahnya, kamar Tang Qingying yang dilihatnya sangat berantakan. Setiap sudut kamar bernuansa khas gadis kecil: di balkon dipelihara bunga-bunga kecil, di meja kopi terdapat eceng gondok dan satu pot kecil tanaman sukulen, di meja belajar dan meja TV terdapat ornamen-ornamen bernuansa sastra serta dupa aromaterapi minyak esensial, di sofa terdapat bantal peluk berbentuk hewan-hewan aneh, dindingnya dihias dengan teliti, bahkan terdapat cermin besar seluruh tubuh yang diletakkan miring - posisi miring seperti ini bisa membuat postur siswi terlihat lebih baik dalam sekejap. Sebagian besar barang-barang ini mungkin merupakan hasil karya Tang Qingying, tapi tidak semuanya. Meskipun karakter kedua gadis ini sendiri cukup berbeda, mereka saling melengkapi. Setelah sekian lama bersama, jejak pengaruh timbal balik di antara mereka sudah sangat jelas terlihat.
Udara masih menyelimuti aroma harum yang samar, terutama dari dupa minyak esensial, juga wewangian campuran gadis-gadis yang sudah terendam produk mandi dan parfum hingga meresap ke tubuh.
Cheng Yun tentu tidak punya hati untuk menikmati ini, bahkan ia sepenuhnya mengabaikan hal-hal tersebut, sambil mengancingkan celemek untuk memasak ia bertanya: "Ada apa?"
Cheng Yan berkata datar: "Loli kecilmu akhir-akhir ini menemukan beberapa karakter yang tidak dimengertinya entah dari mana, datang menanyakan artinya padaku."
Cheng Yun tertegun sejenak, lalu berkata: "Ini rejeki, tidak tahu lalu bertanya, bagus sekali, sekalian menambah perbendaharaan huruf."
Sang loli kecil mendengar itu mengangguk-angguk terus menerus dengan ekspresi sangat setuju.
Lalu Cheng Yun bertanya lagi: "Huruf apa?"
Ia seperti menyadari sesuatu yang aneh: "Cuma nanya beberapa karakter, kenapa harus memanggilku kemari? Aku mau mulai masak. Ngomong-ngomong kalau tidak sibuk, bantulah aku."
"Huu!"
Mendengar kata "membantu", sang loli langsung menawarkan diri dengan semangat!
Cheng Yan tetap tenang: "Dua kata ini maksudnya apa aku juga tidak tahu, kamu lihat sendiri."
"Kamu tidak tahu? Lha aku mana mungkin tahu?" Cheng Yun sadar betul × tingkat pendidikannya, meski lulusan Universitas Yizhou yang tergolong kampus top, tapi sekarang kemampuannya sudah merosot setara anak kelas 1 SMA. Sementara Cheng Yan di banyak bidang yang diminatinya hampir menyamai profesor. Cheng Yun selalu menghindari perbandingan akademis dengannya, lebih memilih menyerang kelemahan lain sang adik.
"Lihat sendiri." Cheng Yan bersikukuh.
"Beresik..."
Bergumam kesal, Cheng Yun mendekat.
Melihat dua huruf Songti standar itu, garis hitam sama seperti di wajah Cheng Yan mulai muncul di pipinya.
Ekspresi sang kakak membuat si loli semakin bingung.
"Huu?"
"Jangan tanya aku, aku juga ga ngerti..."
"Huu? Huu..."
Loli kecil itu terhisap dalam pusaran kontemplasi.
Kalau Da Wang saja tidak tahu, pasti ada cacat di kata ini.
Cheng Yan perlahan menyilangkan kedua tangannya di dada. Padahal tinggi badannya sepuluh sentimeter lebih pendek dari Cheng Yun, tapi sikapnya justru terlihat menjulang memandangi dari atas: "Katakan, apa saja yang kau perlihatkan padanya?"
"Aku sama sekali tidak memperlihatkan apapun..."
"Lalu apa yang kau tonton selama ini?"
"Aku juga tidak menonton apa-apa!"
"Apakah masalahnya ada di pihakku? Apakah dalam 《Xiao Yanzi Nini》、《Kura-Kura dan Kelinci Berlomba》serta 《Kupu-Kupu dan Kumbang Koksi》ada konten semacam itu?"
"...Aku tahu."
"Apa?! Jangan-jangan...?" Cheng Yan langsung tersadar.
“enmmm……”
"Kak Yu Dian?"
"Hm."
"Hush!"
Mata Cheng Yan tiba-tiba membelalak, dan semakin lama semakin lebar membuka.
Dalam sorot matanya, Kak Yu Dian awalnya adalah seorang gadis yang tenang, lemah, dan sangat memprihatinkan. Perlahan-lahan terungkap kebaikan hati, kelembutan, dan ketelitiannya. Cheng Yan yang memiliki daya observasi tajam juga menemukan bahwa gaya penulisan Kak Yu Dian sangat matang, artikel-artikel yang ditulisnya saat mengelola akun publik WeChat pun sangat profesional. Singkatnya, di mata mereka dan Tang Qingying, Kak Yu Dian kini bagaikan kakak tetangga yang lembut, dengan karakter yang cenderung serius, jarang bercanda, tidak pandai meracik materi humor, dan mudah memerah wajah hanya dengan sedikit godaan...
Desain karakter... agak collapse total ya!
Cheng Yan baru kembali sadar setelah lama terpaku, berkata terpaku: "Kak Yu Dian, dia... dia... dia kenapa bisa..."
Cheng Yun malah membalas: "Kamu urus terlalu banyak!"
Lalu ia menoleh ke si loli: "Nanti jangan mengintip orang sedang melakukan tugas lagi, ngerti? Mencuri pandang itu tidak baik."
"Huu!"
Sang loli berdiri di atas kebenaran, sebagai Raja Padang Salju yang agung, ia selalu bertindak jujur dan duduk tegak, sama sekali tidak melakukan perbuatan licik seperti orang-orang curi ayam raba anjing. Lagipula, wilayah ini berada di bawah perlindungannya. Bukankah wajar jika ia mengawasi perilaku rakyatnya secara terbuka di wilayah kekuasaannya sendiri?
Ia memiliki hak dan tanggung jawab untuk itu!
Dak...
Sang loli langsung menyipitkan matanya, kepala mungilnya perlahan menunduk ke bawah.
Cheng Yun menarik kembali jarinya yang menunjuk kepala si loli, berpura-pura masam: "Kau pikir kau yang benar ya? Pokoknya jangan mengintip orang! Hormati privasi mereka! Bukan cuma di hotel, di luar juga sama. Siapa pun orangnya, harus menghargai privasi, ngerti?"
Si loli mendengkur lemah penuh keluhan, tidak membantah lagi.
Toh kau adalah Da Wang, semua ucapanmu pasti benar...
Tapi... memang bagus sih pemandangannya...
Jauh lebih menarik daripada kura-kura, kelinci, atau burung yang mestinya ada di mangkuk makan!
Begitu pikirnya, ia kembali memandangi Cheng Yan dengan tidak puas, lalu seketika menoleh ke Cheng Yun untuk melapor—Cheng Yan yang menyuruhnya membaca buku di luar kurikulum!
Mendengar dengkurannya yang panjang, Cheng Yun hanya bisa pasrah.
Cheng Yan dipenuhi garis hitam di kepala, merasa seperti tersindir tanpa alasan.
Setelah memberi pelajaran pada si loli, Cheng Yun menyuruh Cheng Yan membantunya di dapur. Asisten tetapnya yang biasa membantu kini sedang di Jinling bersiap untuk merebut gelar juara Summer Competition. Tanpa bantuan, mustahil baginya menyiapkan masakan untuk banyak orang sendirian. Terpaksa ia menarik Cheng Yan untuk sekadar membantu. Sebenarnya dalam setahun terakhir, jarang sekali kedua kakak-beradik ini memasang kompor bersama. Keahlian Koki Cheng sudah naik berlapis-lapis, sementara teknik mengiris Cheng Yan masih sama buruknya.
Si loli duduk di tepi tungku sambil mengamati, tapi pandangannya terlihat kosong tak biasa. Kilauan samar di matanya berkedip tak menentu, entah apa yang dipikirkannya.
……
Jinling.
Beberapa anggota tim ZHF dan pelatih sedang melakukan review ulang pertandingan PMG di babak-babak sebelumnya. Ini sudah kali kedua mereka melakukan review, karena PMG kemarin merilis rekaman suara permainan. Dengan mendengarkan rekaman suara tersebut, mereka bisa lebih langsung memahami taktik komando, kebiasaan pemain, dan strategi operasional PMG.
Di tim PMG terdapat dua komandan, yaitu support dan jungler.
Jika dibandingkan, saat mulai push lane di tahap akhir, komando dari support lebih dominan yang bertanggung jawab atas keseluruhan situasi. Sementara jungler lebih banyak memberi komando di early game, terutama dalam koordinasi trio lane atas, mid, dan jungle.
Gaya komando seperti ini terbilang cukup langka di kancah domestik.
Namun pelatih tahu sebagian alasannya adalah karena kesadaran global Feiyu Nuxia dari PMG relatif lebih rendah dibanding atlet profesional, sehingga perlu ada yang mengawasinya, membetulkan kesalahannya saat diperlukan, serta melaporkan pergerakan mid-jungle lawan untuk mengingatkan strategi maju-mundurnya. Teknik lane phase Feiyu Nuxia benar-benar keterlaluan - dia bahkan bisa mengukur hingga aksi mengangkat tangan setiap pasukan kecil jarak dekat dan kecepatan balistik pasukan ranged, lalu memberikan komentar pedas saat darah pasukan lawan tinggal seberkas, membuat lane-nya seakan-akan tidak ada hero-nya sama sekali. Tidak hanya tidak melakukan push lane, malah terkadang membiarkan lane lawan terdesak hingga ke depan pertahanan tim kita. Sensasinya seperti micro control mengerikan yang mustahil dilakukan orang biasa, membuat para pemain top lane yang seharusnya ahli anti-pressure merasa sulit ditahan.
Beberapa hari ini pelatih terus mencari cara untuk menjatuhkan sanksi padanya, tapi banyak metode yang sudah mereka coba dalam latihan perang, termasuk jungler yang sering mengganggu sebelum Yin Nuxia pulang pertama kali, termasuk mengirim dua orang ke jalur atas. Bukan berarti tidak berguna, tapi masalahnya adalah apakah pengorbanan sebanding dengan hasil yang didapat.
PMG bukan tim kayu bakar, anggota lainnya juga bukan makan gaji buta. Saat kalian membuang-buang waktu menarget "Alpha", mereka pasti tidak akan diam saja.
Ini membuatnya kelelahan fisik dan mental beberapa hari terakhir, rambutnya rontok banyak, suasana hati semakin frustasi.
Mendengar rekaman suara permainan PMG, amarahnya meledak akhirnya tak tertahan lagi, langsung menepuk meja sambil berteriak: "Dasar sialan! Dia malah bersenandung saat bertanding! Benar-benar tidak serius! Masih punya semangat e-sports apa tidak sih!!"
Semua orang diam membisu.
Yang terpampang di layar besar adalah Akali dengan perlengkapan tingkat tertinggi di seluruh peta, sedang menyerbu menara - dan yang diserang adalah menara jalur bawah.
Akali versi baru mengembara dalam kabut, melangkah dengan langkah sunyi, wujudnya ringan dan anggun. Satu per satu skill dilepaskan berirama, bagaikan dewa kematian yang memanen nyawa. Menara pertahanan seolah mengabaikannya. Selama ini, selain suara game, hanya senandung "pemain level Alfa" yang terdengar. Bahkan duo lane bawah tim mereka pun tidak bersuara, seolah mendengarkan senandungnya dalam keheningan, berkoordinasi dengan panen kepala manusia yang dilakukannya dengan ketenangan.
Yang dinyanyikan adalah lagu cinta sederhana dengan nada mudah, jenis yang bisa diingat setelah sekali dengar.
Usai memanen kepala, ia pergi dengan tenang. Membersihkan jungle lawan, lalu menyaksikan midlane lawan yang baru muncul. Dengan santainya, ia kembali bersenandung sambil menembus area jungle menuju midlane lawan.
Akali dengan equipment seperti ini, bukan lagi soal skill. Siapapun yang memainkannya akan menjadi tak terkalahkan.
Semua orang seakan mulai merasakan bayangan hidup akan suara senandung ini.
“Larangan! Harus ban Akali!”
“Atau rebut daripada melarang!”
“Irelia juga harus dilarang!”
“Srikandi ini imut sekali...”
“Iya iya!”
“？？？”
Seolah ada dua suara yang kurang harmonis?
Pelatih langsung melotot, ternyata kalimat pertama berasal dari mid laner tim. Dengan kesal ia berkata: "Imut? Bualan! Nanti kau akan tahu imut atau tidak!"
Ia lalu menoleh ke Xuanxuan: "Apa Shifu-mu juga bersenandung saat main mode latihan khusus bersamamu?"
“Iya!”
Xuanxuan mengangkat kepala dengan bangga seolah ikut merasa terhormat: “Imut kan?”
Pelatih: “!!”
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di ubun-ubun Xuanxuan: “Bualan imut! Ini membuktikan dia sama sekali tidak serius main!”
“Aduh!”
Xuanxuan menutupi kepalanya sambil memandang pelatih dengan keluhan: “Aku tahu kok. Shifu sering main mode latihan khusus denganku tanpa pakai keyboard.”
“Tanpa keyboard? Lalu bagaimana cara main?”
“Sambil tangan satunya menopang dagu main, seperti ini, kubilang dia imut banget!”
“Plak!”
“Aduh! Baiklah, dia mengklik skill pakai mouse, cepatnya sampai kursor di layar nggak kelihatan. Lebih cepat dari reaksi tombol kita. Sungguh, aku curiga dia alien. Lihat rambutnya kayaknya bukan Tuan Biru, mungkin yang lain...”
“Plak! Otakmu kemasukan angin? Elu groupie ya? Tiga kalimat nggak puji shifu langsung gatal?”
“Faktanya sih...”
“Mending pikirkan taktik pertarungan nanti!”
“Gimana kalau... Kau bilang ke shifumu, suruh dia ngasih keringanan. Jangan kayak kemarin, babak telak ngegolin kita.” Kata mid lane menggoda.
“Shifuku pasti ngasih keringan. Tiap hari dia selalu begitu.” Xuanxuan berkata dengan wajah bodoh.
“Plak!”
Ekspresi bodoh itu lenyap.
Pelatih akhirnya tundukkan kepala dan berkata: "Hero top lane yang mudah di-over tower itu dilarang, cukup ban beberapa hero meta OP. Pilih hero top yang bisa bertahan dan farm, tidak mudah di-dive. Mid harus pilih hero agresif, mainkan dengan sangat agresif, harus bisa dapatkan keunggulan early. Jungler jangan ke lane atas, fokus ke lane lain saja. Jika bisa nurture carry di lane lain yang bisa setara dengan Feiyu Nuxia secara ekonomi dan equipment, masih ada peluang menang. Support bot harus punya kemampuan proteksi kuat, jangan sampai AD Carry langsung di-burst."
Pemikiran-pemikiran ini sebenarnya sangat dasar, hanya rangkuman dari pengalaman sebelumnya. Mereka melanjutkan diskusi beberapa saat lagi, lalu menganalisis detail-detailnya berdasarkan itu.
Lalu Xuanxuan kembali mengingatkan: "Ngomong-ngomong! Lebih baik mid jangan pilih hero high skill cap, skillmu tidak akan bisa menyaingi. Pilih saja hero dengan mekanik sederhana, jangan sampai di late game jelas bisa output damage tapi semua skill meleset."
Pelatih mengerutkan kening: "Crowd control juga harus cukup..."
Xuanxuan mengangguk: "Hm hm hm! Pelatih, pesanan makanan online siang hari ini belum kita pesan kan? Mau makan apa? Aku pengin daging, kurasa tidak akan mempengaruhi keadaan..."
Pelatih diam-diam memalingkan wajah, berkata dingin: "Sikap mentalmu malah lebih baik daripada yang lain!"
Xuanxuan agak malu-malu menggaruk kepala: "Hehe! Manusia itu besi, nasi itu baja. Guru sering bilang, kekenyangan lebih penting dari segalanya, makan banyak baru ada tenaga berantem. Lagipula meski kita berdiskusi seharian, tetap saja... Aku mengakui kesalahan!"
Ini fakta. Berkat hubungan khusus Xuanxuan, mereka sering bertanding latihan dengan PMG. Sejujurnya, persentase kemenangan sangat rendah.
Meski kali ini pelatih menyiapkan teknologi hitam dan beberapa strategi tak lazim, tetap saja tidak punya banyak kepercayaan diri.
Seperti janji yang pernah diucapkan: Pihak lawan juga bukan kayu bakar.
Pihak lawan juga punya pelatih profesional dan orang-orang pilihan.
Sampai waktu sore tiba.
Semua orang di Hotel Anju kembali berdesakan di resepsionis. Setelah mempersiapkan buah-buahan, berbagai camilan termasuk keripik, potongan banteng kering Sichuan, dan Air Mineral Bahagia Fat Otaku, mereka bersama-sama menyaksikan pembukaan final.
Tim PMG tampil pertama kali menyapa penonton. Ekspresi Yin Nuxia terlihat murung, kemungkinan besar belum kenyang saat makan siang.
Sorak-sorai gembira menggema dari luar arena.
Terdengar jelas teriakan-teriakan seperti "Feiyu Nuxia!", "Nuxia jempolan!", "Aku cinta Nuxia!" dari para pendukungnya yang jumlahnya banyak, suara laki-laki dan perempuan berbaur.
Si loli kecil hanya bisa tertegun mendengarnya.
Kapan manusia bodoh itu bisa punya banyak pendukung? Sepertinya cukup hebat...
Dia terlarut dalam perenungan mendalam.
