Yin Sang Petugas Kebersihan tidak ada di hotel selama seminggu, namun resepsionis malah menjadi lebih bersih dan rapi — ubin lantai bisa dipakai sebagai cermin, perabot dekorasi dan berkas di atas meja resepsionis tersusun rapi, dinding juga telah dibersihkan hingga berkilat, termasuk sudut tembok di langit-langit. Jejak bekas pemberantasan nyamuk sebelumnya telah lenyap, Cheng Yun bahkan menemukan retakan kecil pada lapisan dempul di balik sofa ternyata juga menghilang.
Sang Kepala Stasiun tak bisa menahan apresiasi dalam hati atas ketajaman daya observasinya yang semakin meningkat. Ia melirik kedua gadis kecil yang sedang duduk di sofa main ponsel dan membaca buku, teringat bahwa kondisi resepsionis sudah seperti ini sejak ia kembali tadi sore.
Maka ia pun menatap Liu Da Nüshen: "Resepsionis ini…… apakah kamu yang mengurus?"
Liu Da Nüshen mengangkat kepala dengan wajah bingung: "Apa?"
“Hal-hal higienis semacam itu.”
“Iya.”
“Membersihkan sampai seperti ini?” Cheng Yun memandangnya dengan tertegun. Daya tarik wanita ini benar-benar luar biasa, sekedar mengangkat kepala biasa saja bisa membuat jiwa berguncang. Tapi kali ini Cheng Yun malah mencurigai apakah dia punya cacat, “Kau bahkan memperbaiki temboknya juga, bagaimana caramu memperbaikinya?”
“Oh, karena ada beberapa bagian tembok yang tidak rapi, saya tak tahan lagi tidak membersihkannya sekali. Tapi masih ada retakan-retakan kecil, saya tebak mungkin tukang bangunannya ceroboh saat mendekorasi, membuat saya sulit menahan diri melihatnya.” Liu Da Nüshen justru memandang Cheng Yun dengan heran, tak mengerti kenapa pria ini memandangnya dengan tatapan seperti itu, tapi dia tetap melanjutkan jawabannya, “Suatu hari saya melihat ada tamu penginapan yang berprofesi sebagai tukang bangunan, saya tak tahan lagi meminta bantuannya untuk memperbaikinya.”
“Tak tahan lagi……” Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
“Iya!” Liu Xi mengangguk, “Kalau tidak, sangat sulit ditahan.”
“Benarkah……”
Cheng Yun mengamati ekspresi terlalu seriusnya, tiba-tiba berbaring di atas desktop resepsionis, mengulurkan tangan untuk memutar dokumen di dalam dua kali hingga merapikannya, lalu mengamati reaksi Liu Da Nüshen.
Liu Da Nüshen mengernyitkan bibir, penglihatan tepinya terus tak bisa menahan diri melirik tumpukan dokumen yang berantakan, sambil menatap Cheng Yun: "Jende...ral, ini maksudmu apa?"
"Haha... tidak ada!"
Hari yang menyenangkan dimulai dari sini.
Sekitar satu jam kemudian, sudah lewat pukul sembilan, bakery seberang telah membersihkan area higienis. Bos Tang mematikan lampu, menarik pintu roll hingga terkunci, lalu menghampiri sambil menggoyang-goyangkan kunci mobil: "Saatnya berangkat!"
Cheng Yan berdiri: "Aku akan naik ke atas untuk memanggil Kak Yin Dan dan Kak Yu Dian."
Dengan cepat dia turun sambil menggendong tas membawa Yin Nuxia dan gadis kecil Yu Dian, diikuti loli dari belakang.
"Loli juga ikut." Katanya.
“Bukannya dia terus menemani hiu kecil dan tikus kecilnya?” Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
“Huu huu……” si loli bergumam pelan.
“Ayo pergi.” Cheng Yun tak paham ucapannya. Karena sudah turun, akhirnya ikut bersama.
“Kak Liu Xi, kita mau nonton film.” Tang Qingying melambaikan tangan ke arah Liu Da Nüshen.
“……”
“Kak Liu Xi membalikkan mata putihnya terlihat begitu memesona, pengen kucengkeram dan kukurung di pondok kecil……” bisik Tang Qingying saat masuk mobil.
“Kalau mau cengkeram, bilang saja. Aku bantu.” Yin Nuxia tiba-tiba menyadari ada keinginan serupa dalam benaknya.
Bos Tang membeli tiket di Wanda Plaza yang jaraknya tak terlalu jauh. Saat ini di akhir liburan, sekaligus menghindari puncak bioskop sore dan setelah jam makan. Kabarnya tiket masih banyak, seharusnya tak terlalu ramai.
Sepuluh menit kemudian, semua sampai di mall. Masih ada dua puluh menit sebelum film dimulai.
Bos Tang pergi mengambil tiket, semua orang pun duduk menunggu di ruang istirahat.
Di sekitarnya ada berbagai macam fasilitas hiburan seperti ruang karaoke mini, mesin penjepit boneka, mesin dance, mesin arcade dan lain-lain yang langsung memikat pandangan Yin Nuxia. Meski sudah lewat pukul sembilan, tempat ini tetap ramai.
"Mau makan popcorn?" tanya Cheng Yun, "Aku yang beli."
"Mau." Tang Qingying mengangguk.
"Ngomong-ngomong, kalian berdua sudah makan malam?"
"Belum, bangun tidur jam delapan."
"Sama-sama tidur sampai malam ya..." Cheng Yun menghela napas lalu berdiri untuk membeli popcorn.
"Kalian belum makan malam?" Tang Qingyan menatap mereka.
"Hm." Tang Qingying mengangguk.
"Tidak laper?"
"Lumayan..."
"Kalau gitu aku belikan kalian jajanan, popcorn kan nggak ngganjel perut." Bos Tang melihat jamnya, "Di lantai tiga banyak yang jual makanan ringan, kalian mau apa?"
“Tidak perlu, Kakak ipar sudah pergi membeli popcorn.” Kata Tang Qingying.
“Guk!” Yin Nuxia menelan ludah dengan keras, memandangi Tang Qingyan dengan sorot mata penuh harap, tapi malu untuk berbicara.
“Aku tetap akan membeli sedikit.” Tang Qingyan tersenyum.
“Kalau begitu beli saja secara sembrono.” Tang Qingying mengerutkan alis.
“Maukah Kakak Yin Dan ikut bersama saya?”
“Yin...” Begitu Tang Qingying menoleh untuk menanyakan kesediaan Yin Nuxia, sang pendekar wanita itu sudah melesak berdiri secepat kilat.
“Kita harus cepat.” Tang Qingyan tersenyum tipis, langsung bergegas menuruni tangga.
Ketika Cheng Yun memanggil Cheng Yan untuk bersama-sama membawa beberapa ember popcorn dan cola kembali, ia bertanya dengan bingung pada Tang Qingying: “Di mana kakakmu dan si pendekar? Ke toilet?”
Ekspresi Tang Qingying datar: “Dia menyuruh Kakak Yin Dan kabur bersamanya.”
“Hm?”
“Cuma dengan sedikit makanan... langsung bisa diajak kabur...” Gumam Tang Qingying seolah berbicara pada diri sendiri.
“……Makan popcorn dulu.”
Cheng Yun sudah mengerti situasinya secara garis besar.
Bos Tang dan Yin Nuxia kembali dalam beberapa menit sambil membawa kantong besar KFC, lalu menyodorkannya: "Cukup pakai ini saja untuk sementara."
Cheng Yun yang memang merasa lapar langsung menyambar burger dan menyelipkannya ke mulut tanpa basa-basi.
Tang Qingyan yang berdiri di samping hanya bisa menghela napas: "Pelan-pelan, waktunya masih cukup."
Cheng Yun mengerutkan bibir ke arah Yin Nuxia di sebelahnya.
Tang Qingyan mengikuti arah pandangannya, baru sadar apa arti "melahap dengan rakus" itu. Ia berteriak: "Kak Yin Dan, pelan-pelan juga dong!"
Yin Nuxia mengangguk sambil bergumam: "Oke!"
Tapi cara makannya tetap sama.
Cheng Yun yang kasihan pada loli kecil di dalam tasnya mengambil sekotak chicken nugget dan mulai menyuapinya.
Pertempuran makan selesai dalam dua menit. Bos Tang melirik jam tangannya lalu menggerutu: "Sudah kubilang jangan buru-buru, masih ada sepuluh menit lagi."
Yin Nuxia di sebelah menarik lengan baju Cheng Yun, menunjuk suatu arah bertanya: "Kepala stasiun, apa itu?"
Cheng Yun memalingkan wajah, melihat dua gadis muda berbaju rok lipit pendek dan stocking hitam sedang melompat-lompat di mesin dansa. Banyak orang mengerumuni, entah karena tarian mereka yang bagus atau postur tubuh menawan, tapi sebagian besar penonton adalah pria.
"Mesin dansa."
"Terlihat sangat seru! Bagaimana cara mainnya? Slot yang tergambar di lantai untuk apa?"
"Mimpi kali! Kalau diinjak sampai rusak harus ganti rugi."
"Aku rasa lumayan kokoh..."
"Lupakan saja."
"Itu... apa lagi itu?" Yin Nuxia kembali menunjuk ke arah lain.
"Itu adalah permainan baru yang sedang viral di dunia maya, sepertinya menguji kecepatan reaksi. Ada lingkaran setinggi satu dua meter dengan deretan tongkat kecil yang menempel menggunakan daya magnet. Saat program diaktifkan, tongkat-tongkat ini akan berjatuhan secara acak. Pemain harus berdiri di samping dan menangkapnya. Saat ini ada seorang pria paruh baya yang sedang bermain, tapi beberapa tongkat sama sekali tidak berhasil ditangkapnya, terus memicu gelak tawa penonton."
"Ini juga mau dimainin? Kekanak-kanakan banget!" Cheng Yun merasa Yin Nuxia semakin aneh.
"Hm?"
"Terlalu mudah, nggak seru. Santai aja tunggu film mulai." Cheng Yun menghela napas.
"Kalau bisa tangkap semua, dapet tiket gratis lho..."
"Ayo! Aku dukung! Jangan ragu kalau suka. Lihat tuh pria paruh baya aja berani main, masa kamu nggak bisa!?" Ekspresi Cheng Yun penuh keteguhan.
