12 Oktober, Hari Jumat, pagi hari。
Begitu terbangun, Cheng Yun langsung merasakan kehadiran tubuh mungil nan hangat bersandar di sampingnya, berbulu halus, sangat nyaman, bahkan bisa merasakan hembusan napas berirama yang halus di lehernya。
Ia teringat kejadian semalam——
Makhluk kecil ini berdiri gagah di ranjangnya, melirik sebentar tempat tidur compang-camping di sudut ruangan, lalu menatapnya sambil mengeluarkan suara "Hiks hiks hiks"。
Akhirnya makhluk itu tidur mendekap Cheng Yun semalaman。
Saat itu, seolah-olah merasakan kebangkitan Cheng Yun, bulu mata makhluk kecil ini gemetar dua kali, lalu membuka matanya.
Seketika, kamar yang tertutup tirai ini berpendar oleh ratusan juta bintang.
"Huu~~"
Loli kecil itu seakan sedang mengucapkan selamat pagi pada Cheng Yun.
Segera ia menggoyangkan telinganya dua kali, membalikkan tubuhnya ke samping, berusaha menjulurkan keempat kakinya, cakar kecilnya mendorong udara beberapa kali di angkasa, bagai sedang menggeliat dengan penuh kenyamanan!
Cheng Yun kemudian duduk tegak, dan makhluk itu pun ikut bangkit.
Cheng Yun menggeliat, ia pun meniru gerakan menggeliat.
Cheng Yun menguap, ia pun ikut menguap.
Saat Cheng Yun mengenakan baju menuju kamar mandi, makhluk itu langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, menunggu dengan hening.
Keluar dari kamar mandi, Cheng Yun berkata: "Giliranmu untuk mandi."
Loli kecil itu langsung turun dari ranjang, berlari ke kamar mandi dengan langkah riang.
Tiba-tiba, ia mendengar Cheng Yun berkata: "Aku sudah pikirkan, hari ini tetap harus membuatkan tempat tidur kecil untukmu. Kau ingin yang seperti apa?"
Loli kecil itu langkah terhenti, menoleh memandang Cheng Yun dengan ketakutan.
Melihat itu, Cheng Yun menghela napas penuh kepasrahan: "Kau sudah bukan anak kecil lagi, kau sudah loli dewasa. Kau harus belajar tidur sendiri - mana ada Raja Padang Salju yang tidur bareng orang! Apalagi aku ini manusia!"
Loli kecil itu panik, buru-buru berlari memeluk erat kaki Cheng Yun sambil menggigit ujung celananya.
Ini mirip anjing kecil ya?
Cheng Yun tak tahu harus berkata apa: "Kau ini Raja Padang Salju, tidak bisa jaga harga diri sedikit?"
Loli kecil itu mengangkat kepala memandangnya, dengan alasan jelas berkata: "Mendengkur..."
Namun Cheng Yun tidak mengerti, hanya berkata dengan wajah masam: "Keputusanku sudah bulat! Bertingkah imut lagi pun takkan berguna."
Baru kemudian loli kecil itu melepaskan kakinya dengan wajah memelas, seolah baru saja ditinggalkan oleh seseorang.
"Kamu bisa pilih ranjang sendiri, lagipula ini sudah ditetapkan, mau model apa saja bisa, tidak peduli berapa lapisan atau sebesar apa. Aku ingat bulan depan kamu ulang tahun, jadi anggap saja ini hadiah ulang tahunmu. Tapi setelah ranjangnya datang, kamu tidak boleh lagi setiap malam berlari ke sini dan tidur denganku. Sudah kubilang, kamu sudah tumbuh besar, apalagi jangan lupa kamu ini perempuan. Kalau masih tidur denganku, aku akan aturkan kamar kecil untukmu."
“？？”
Loli itu semakin terpaku, operasional macam apa ini?
Tidak mengizinkan Wang tidur denganmu, malah berubah jadi hadiah ulang tahun untuk Wang?
"Kenapa? Tidak suka?"
"Huu!" Loli itu buru-buru mengangguk.
"Kalau... begitu, hadiah ulang tahun apa yang kamu inginkan? Boneka paus? Aku yang belikan."
"Huu~~"
Loli itu merenung sebentar, lalu menggambar persegi di tanah dengan cakar kecilnya.
Cheng Yun langsung agak pusing, berlagak tidak mengerti: "Mau kue bawang? Ya sudah..."
Sruuk!
Sepotong kertas dan pulpen melaju cepat dari ruang tamu ke kamar tidur, ujung pena sudah mulai menulis di atas kertas saat masih di udara.
Kertas itu berhenti di depan Cheng Yun, tertulis tiga karakter kecil——
"Kotak Kecil"
"Anak-anak tidak boleh bermain kartu."
"Ponsel" muncul dua karakter lagi.
"……Anak-anak juga tidak boleh main ponsel, nanti belajarnya terganggu. Apa kamu tidak ingin menjadi Raja Padang Salju yang perkasa?" Cheng Yun mencoba membujuk dengan bijak.
Tepat seperti dugaan, si loli terlihat merenung.
Kemudian, matanya kembali menatap Cheng Yun sementara kertas itu bergoyang-goyang di udara dua kali, seolah menekankan pesannya.
Cheng Yun: "……"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, tak mengerti kenapa tadi menyebut-nyebut ulang tahunnya: "Kamu masih kecil, bahkan belum bisa main ponsel, buat apa minta ponsel?"
Pensil pendek itu kembali mengeluarkan suara gemerisik di atas kertas.
"Bisa main."
“Ya! Belajar dari siapa, bohong keluar begitu saja dari mulut!” Cheng Yun menghela napas pasrah, "Baiklah, begini. Kamu pilih ranjang baru yang sesuai keinginanmu dengan patuh, lalu tidur sendiri dengan baik. Saat ulang tahunmu nanti, akan kubelikan ponsel kecil untukmu."
“Huu...”
Si loli kecil terjebak dalam keraguan.
Beberapa saat kemudian, ia menyadari Da Wang sepertinya takkan mengizinkannya tidur bersamanya lagi bagaimanapun caranya, baru kemudian mengangguk.
Baru kemudian Cheng Yun berkata: "Cepat pergi mandi!"
Ia ingat di toko online ada yang menjual ponsel mini, yang terkecil bahkan belum sebesar kartu identitas, sangat kawaii, dan itu ponsel pintar yang bisa menjalankan aplikasi biasa. Jadi sekarang ada dua pilihan: membeli ponsel "pencegah kecanduan internet" untuk pelajar yang hanya bisa telepon dan SMS, atau membeli versi mini ponsel pintar.
Opsi pertama jelas beraroma upaya mengelabui, mungkin takkan bisa menipu benda kecil yang lincah ini, bahkan malah akan memengaruhi citra agung Da Wang dalam hatinya.
Yang terakhir mungkin membuat Cheng Xiaololi sang Penghancur Dunia yang Agung tergila-gila ponsel di masa kecilnya.
Cheng Yun agak bimbang.
Berjalan ke ruang tamu, Cheng Qiuye masih tertidur di sofa tak bergerak, selimut jatuh separuh di lantai, Cheng Yun pun tak membantunya menyelipkan.
Sore harinya, Cheng Yan mengendarai mobil Cheng Yun untuk menjemput Feng Yujia.
Bulan Oktober sudah mulai dingin, Feng Yujia mengenakan rok lipit pendek dengan stocking hitam untuk menghangatkan tubuh, bagian atas memakai sweter rajutan bergaya akademi yang memancarkan aura polos khas siswa.
Cheng Yun sangat khawatir sepupunya menderita di sekolah, lalu membeli tumpukan buah-buahan dan camilan di atas meja kopi.
Cheng Qiuye asal mengambil stroberi dan menyuapkannya ke mulutnya: "Ini sengaja dibeli Cheng Yun untukmu."
Feng Yujia tentu tersenyum bahagia.
Cheng Yan duduk di sebelah main ponsel tanpa bersuara.
Mengesampingkan pelatihan militer, minggu ini adalah minggu pertama Feng Yujia di kampus, kedua kakak senior Cheng Qiuye dan Cheng Yun sangat peduli apakah kehidupan kampusnya berjalan lancar.
Sepupu perempuan dari pihak ayah bertanya: "Kampus seru nggak?"
Feng Yujia sambil menyuap buah-buahan menjawab: "Seru, jauh lebih seru daripada SMA."
"Ada perasaan apa?"
"Rasanya... kampusnya sangat besar, kelasnya sangat bebas!"
"Sama seperti perasaanku dulu." Sepupu perempuan terkekeh, "Menurutmu materi belajarnya? Susah nggak?"
"Cepet banget udah mulai nanya soal performa..."
"Aiya! Cuma tanya simbolis aja, lagian aku kan kakakmu, apalagi nanti pulang orang tuamu pasti bakal tanya lagi, kamu bisa latihan jawab dulu sama aku."
“Aku rasa masih lumayanlah, tidak sulit. Lagipula akhir-akhir ini materi yang diajarkan guru tidak banyak. Beberapa guru mata pelajaran bahkan khusus bercerita panjang lebar tentang pengalaman mereka.” Feng Yujia menunjukkan senyum bersihnya, “Selain itu, semua komunitas kampus sedang gencar melakukan rekrutmen anggota minggu ini. Aku masih bingung mau bergabung yang mana.”
“Komunitas bisa mengajarkan banyak hal dan menambah teman. Kamu tertarik yang mana?” tanya sepupu perempuan dari pihak ayah.
“Banyak yang ingin kujoin, komunitas tari, klub gitar, komunitas hanfu...” Feng Yujia menyebutkan tujuh delapan komunitas berturut-turut, suaranya semakin pelan dan akhirnya menjulurkan lidah hitam tanda malu. Padahal sebenarnya masih ada beberapa lagi yang ingin disebutkan, “Tapi mana mungkin aku ikut semua? Paling-paling dua atau tiga. Makanya sekarang aku bingung memilih. Kakak dulu ikut komunitas apa?”
“Klub Taekwondo dan Klub Paranormal...”
“？？Sehebat itu???” Langsung saja Feng Yujia dipenuhi rasa kagum pada sepupunya.
“Hehe! Aku tidak bisa kasih saran, hm, jangan tanya Cheng Yun juga, khawatir kau terbawa arus buruk. Mending tanya pendapat Yao Yao dan Yan-yan.” kata sepupu perempuan.
“Hm?”
Feng Yujia melirik Cheng Yan dan Tang Qingying bergantian.
Hubungannya dengan Cheng Yan memang agak lebih dekat sekarang, tapi tetap saja masih agak sungkan.
Cheng Yan yang sedang menunduk main ponsel seolah merasakan pandangannya, membalas bertanya tanpa mengangkat kepala: “Daftar komunitas bayar?”
“Iya, biaya masuk per komunitas tiga puluh yuan.”
“Saran aku mending jangan ikut, boros duit.”
“Apa yang kau omongin ini, gadis! Kok bisa dibilang boros…” Sepupu perempuan terlihat bengong.
“Oh, kalau gitu tidak ada saran.” Cheng Yan berkata.
"Komentar Yan-yan memang agak hiperbola, tapi bukan tak beralasan. Dia cuma ingin kamu berpikir matang-matang," Tang Qingying maju melerai ketegangan dengan senyum manis. "Berdasarkan pengalaman kami, mayoritas anggota klub benar-benar cuma menyumbang dana keanggotaan. Selain hadir satu dua kali di awal semester, setelah itu sama sekali tak muncul. Tapi ada minoritas yang bisa dapat ilmu, teman, bahkan pacar dari klub. Jadi sebelum gabung, pastikan dulu kamu benar-benar tertarik dengan aktivitasnya."
"Oh," Feng Yujia bertanya lagi, "Klub apa saja yang kalian ikuti?"
"Nol." Tang Qingying mengedipkan mata manis.
"Sama." Cheng Yan menyambung.
"Kenapa?"
"Menurutku... kurang greget."
"Sama."
"Kening..."
Dalam sekejap mata, Feng Yujia merasa dirinya dan mereka bagai berasal dari galaksi berbeda.
Dengan menyimpan sisa harapan terakhir, ia mengingat sepupunya adalah dewa akademis, lalu bertanya dengan suara lemah: "Apa kalian ingin fokus sepenuhnya pada belajar?"
Tang Qingying membuka telapak tangan: "Nggak juga, tiap semester aku selalu tidak lulus mata kuliah."
Cheng Yan juga berkomentar datar: "Saat ini kami sedang berada di kelas profesional, tapi aku malah duduk di sini ngobrol sama kamu."
Feng Yujia: "……"
Cheng Yun buru-buru maju: "Sudah Cheng Yan, janganlah merusak moral... Kakak!"
Ekspresi Cheng Yan tetap dingin.
Justru Feng Yujia yang tiba-tiba merasa malu.
Setelah makan beberapa butir anggur, Feng Yujia bertanya: "Kalau Kakak dulu? Jangan-jangan juga nggak ikut komunitas sama sekali?"
"Tentu saja ikut! Dulu aku sangat membayangkan kehidupan kampus."
"Waah!" Sang sepupu muda hampir menangis terharu. Akhirnya ia menemukan titik kesamaan, karena sama sekali tidak merasakan bayangan kehidupan kampus dari Cheng Yan dan Tang Qingying.
“Komunitas apa yang kamu ikuti?” Cheng Yan akhirnya mengangkat kepalanya, agak penasaran, “Komunitas Detektif? Komunitas Fotografi? Komunitas Perjalanan?”
“！！！”
Cheng Yun langsung melotot: “Ya ampun, kamu ini cacing dalam perutku ya? Aku cuma gabung tiga komunitas, kamu kok bisa nebak semua dengan tepat!”
Cheng Yan mengangkat bahu: “Sulit ditebak?”
Tang Qingying juga berkata: “Tidak sulit, aku juga bisa menebaknya.”
Sepupu perempuan itu kembali merasakan perbedaan dirinya dengan mereka, perihnya tak tertahankan. Dengan suara kering ia bertanya, “Kalau Kakak Kedua sudah gabung komunitas… apa pernah datang?”
Cheng Yan menjawab tenang: “Jelas tidak. Kalau dia rajin sampai segitu, mana mungkin masuk Universitas Yi.”
Cheng Yun batuk dua kali: “Hei! Sebagai mahasiswa Yi, jangan merendahkan almamater!”
“Justru sebagai mahasiswa Yi baru aku merendahkan almamater. Aku tidak akan merendahkan kampus lain, juga tak akan izinkan orang lain merendahkan almamaterku.”
“Oh begitu ya……”
“Jadi, Yan-yan benar lagi tebakannya?” sepupu perempuan yang lebih muda bertanya dengan nada menyelidiki.
“Sebenarnya awalnya aku masih datang satu dua kali.” Cheng Yun menggaruk ubun-ubunnya, “Cuma kemudian sadar komunitas ini tidak seagung yang dibayangkan, permainannya juga tidak terlalu mendalam, atau kalau diistilahkan ulang, yang sedikit punya level tidak akan berpikir untuk gabung komunitas demi meningkatkan diri, beberapa kasus langka kebanyakan cuma buat pamer atau ngegombal cewek. Apalagi semakin lama semakin malas, akhirnya berhenti datang.”
“Malas itu poin utamanya.” Cheng Yan membongkar rahasia sambil menyetir.
“Oh.” Sepupu perempuan itu mengangguk, berpura-pura merenung.
