Ketika Cheng Yun kembali, Yang Mulia Loli sedang berbaring telungkup di sofa, menutupi kepala dengan kedua cakar kecilnya seolah tidur.
Berlagak tidur sepertinya telah menjadi akal kebiasaannya, hanya berganti posisi tidur saja —— dia telah menyadari postur sebelumnya kurang praktis.
Mendengar suara krak pintu terbuka, diam-diam dia menggeser cakar kecilnya sedikit, mengintip keluar.
Melihat Da Wang tersenyum dan bersenandung, sepertinya hatinya sedang senang, dia sedikit lega. Tapi langsung saja dia melihat Da Wang menatapnya, menyipitkan mata.
Wah serem banget!!
“Loli menutup celah itu, memperlambat tarikan napas, tak berani bergerak sedikitpun.
Cheng Yun tidak semudah Cheng Yan dikelabui. Ia tetap berjalan ke sofa, mengamati postur benda kecil ini yang sedang merangkak, lalu menjulurkan tangan mencengkeram tengkuk belakang si loli dan mengangkatnya—posisi tidurnya memang memudahkan serangan.
Tapi yang tak disangkanya, benda kecil ini bahkan tetap diam saat diangkat, menyipitkan mata, keempat kaki dan ekornya lunglai terkulai.
"Hah……"
Cheng Yun tak tahan tertawa kecil, menggoyang-goyangkan makhluk mungil yang luar biasa berat ini. Keempat kakinya ikut bergoyang, namun ia tetap menyipitkan mata dengan ekspresi "Wang hanyalah boneka kain tak berkesadaran".
Cakar kecilnya berwarna merah muda indah, hidung dan bibirnya merah muda pastel, benar-benar membuat orang tak tega membangunkannya.
Cheng Yun tega!
"Batuk!"
“Jangan berlagak tidur lagi, tadi kau masih melihatku! Kalau masih pura-pura tidur, aku akan melemparkan tikus kecilmu!”
“Huu!”
Boneka kain tiba-tiba hidup kembali, keempat kaki kecilnya mendorong udara beberapa kali, namun tak ada tumpuan. Ia terpaksa mengangkat kepala dan menatap Cheng Yun dengan tak berdaya.
Cheng Yun mulai menghitung utang: “Katakan sendiri, apa kau mencuri pandang rahasia Yu Dian?”
Mencuri pandang?
Loli kecil ragu sejenak, lalu buru-buru menggoyangkan telinganya menyangkal.
Wajah Cheng Yun menjadi sedikit muram: “Masih membela diri!”
“Huu~~”
Nada bicara loli kecil mulai melunak.
Melihat hal itu, hati Cheng Yun tak kuasa keras lagi. Ditambah suasana hatinya yang baik hari ini, ia menurunkan loli kecil ke sofa. Sambil duduk bersila dan membungkuk di lantai untuk menyamakan tinggi pandangan, ia berkata dengan nada lembut: “Pertama, kau masih kecil, belum dewasa. Ada hal-hal orang dewasa yang tidak cocok untuk dilihat anak-anak. Rasa ingin tahumu tidak boleh sekuat itu.”
"Dun...", ia mengubah cara bicara, "Kami sering bilang, rasa ingin tahu kucing itu paling kuat, ada pepatah 'rasa ingin tahu bisa membunuh kucing'. Apa kamu kucing?"
Sang loli buru-buru menggelengkan kepala?
"Baguslah itu."
"Sekarang kita bahas poin kedua."
"Kamu kan pintar, pasti tahu kalau Nona Yu tidak suka orang lain melihat barang-barangnya." Cheng Yun mengulurkan tangan dan meraba ubun-ubun sang loli, melihatnya patut menunduk agar mudah diraba, ia merasa puas, "Biasanya saat dia sibuk, begitu kita mendekat dia langsung sembunyi, kan?"
"Wu..." Sang loli merenung, memang benar begitu, tapi setiap kali dia mendekat, Yu Dian tak pernah sembunyi. Bukankah ini artinya dia tak keberatan?
"Kita lakukan tukar posisi." Cheng Yun tidak mengerti apa yang diucapkan loli, ia terus membujuk dengan sabar, "Saat kamu bicara rahasia dengan tikus kecil, hiu kecil, dan ikan lumba-lumba kecilmu, kamu juga tidak ingin dilihat orang kan? Nona Yu kurang lebih berada dalam situasi yang sama. Jadi dalam kondisi seperti ini sebaiknya kita menghormatinya. Kamu juga tidak ingin ada mata yang menatap tajam saat sedang bicara dengan mainan-mainan kecilmu kan?"
"Huu？？？"
Mata loli membelalak, muncullah pertanyaan: Bagaimana kalian bisa tahu bahwa aku sering mengobrol dengan hamster kecil, hiu kecil, dan ikan lumba-lumba kecil?
Cheng Yun mengerutkan kening. Ia cukup puas dengan metode pendidikan yang diterapkannya, namun reaksi loli justru membuatnya bingung.
"Ada apa? Kamu ingin mengatakan sesuatu?"
"Huu huu!!" Loli buru-buru menggoyangkan telinganya, tak berani mengatakan tak berani mengatakan.
“Nah……Kau sudah mengerti maksudku kan?”
“Wu!” Loli itu mengamati Cheng Yun dari ujung kepala hingga kaki, baru mengangguk, nanti kalau ngobrol sama hamster kecil, ikan lumba-lumba kecil, dan hiu kecil harus pastikan sekeliling sepi dulu, plus pasang barrier juga.
“Baguslah, sikat gigi terus tidur.”
Cheng Yun lebih dulu masuk kamar tidur, ambil celana dalam, langsung nyelonong ke kamar mandi.
Dari sebelah terdengar alunan musik samar-samar, kebanyakan iringan gitar dan suara perempuan bernyanyi lembut, pasti suara Cheng Qiuye. Sesekali dia berhenti lalu nyanyi ulang, kayaknya Guru Liu lagi membetulkan teknik vokalnya.
Kebetulan, Cheng Yun juga malas memutar lagu.
Mandi sambil dengerin nyanyian, baru bener-bener nikmat.
Habis mandi, suara nyanyiannya juga udah berhenti. Mungkin Cheng Qiuye sadar sudah larut malam, takut ganggu tetangga. Padahal kalau dia nyanyi normal di kamar, selain kamar sebelah yang cuma dipisah tembok, cuma beberapa makhluk bukan manusia yang bisa denger.
Setelah Cheng Yun naik ke ranjang, si loli baru menggigit baju kecilnya masuk ke kamar mandi, sementara Cheng Yun mengeluarkan ponsel dan mulai melihat-lihat.
Bos Tang mengiriminya pesan menanyakan cara membuat sup tomat bakso malam ini, mengapa tekstur bakso begitu lembut. Cheng Yun langsung merasa puas diri, dengan sok jual mahal membalas: "Nggak mau kasih tau!"
Bersamaan itu, Yin Nuxia juga mengiriminya sejumlah besar foto.
Benar-benar sejumlah besar, digulir ke atas pun tak ada ujungnya.
Tapi tingkat pengulangan kontennya sangat tinggi, bahkan di antara foto-foto berurutan itu, selain sesekali terlihat jejak jari samar di beberapa gambar, hampir tidak ada perbedaan. Sekilas saja kontennya sudah habis ditelusuri. Selain makan malamnya, ada juga lingkungan akomodasi malam ini, ya, cuma dua hal itu.
Di bawahnya ada pesan suara, begitu dibuka langsung terdengar suara khas Yin Nuxia: "Liat! Makan malanku dan tempat tidur malam ini!"
Aroma adat istiadat sangat kental!
Kalau bukan karena suaranya yang lincah dan jernih, orang pasti mengira yang bicara adalah wanita pedesaan yang membajak sawah.
Cheng Yun juga membuka pesan suara dan berkata padanya: "Baik, baik, baik, makan enak, tinggal nyaman, tidurlah lebih awal malam ini."
Yin Nuxia menginap di klub malam ini. Klub telah menyiapkan kamar mewah untuknya, besok pagi mereka akan naik pesawat ke Busan. Sejak memenangkan juara Summer Competition, popularitas PMG yang sebelumnya surut mulai bangkit kembali. Ditambah identitas perempuan Yin Nuxia, teknik Gua-level, dan gaya bermain agresifnya - setiap pertandingan PMG kini mampu menarik banyak perhatian. Berduyun-duyun investor dari berbagai pihak datang menghampiri, sehingga PMG sekarang bisa dibilang tajir. Ini terlihat dari setiap hidangan mewah yang diatur untuk Yin Nuxia.
Tentu saja, Yin Nuxia adalah kunci kebangkitan PMG. Saat ini mungkin tidak ada pemain di seluruh Aliansi yang kemampuan menarik penggemarnya bisa menyaingi "Ratu Pembunuhan Tunggal" ini. Tunjangan yang diberikan PMG padanya memang ekstrem tinggi.
Lagipula Cheng Yun tidak khawatir Yin Nuxia akan mendapat keluhan.
Cheng Yun baru saja meletakkan ponselnya, suara notifikasi sudah kembali berbunyi. Ia mengangkat ponselnya lagi dan melihat pesan dari Yin Nuxia: "Belum pukul sebelas, tidak ngantuk, kami kultivator tidak bisa tidur jam segini seperti orang biasa!"
Cheng Yun menghela napas pasrah, bertanya: "Sudahkah kamu melaporkan kondisimu ke Mama Yu?"
"......Apa itu Mama Yu?" Nada bicara Yin Nuxia terdengar agak kesal, "Ini Nona Yu, kamu bicara seolah aku ini lemah pikiran!"
"Hm, Nona Yu."
"Tidak aku beri tahu." Yin Nuxia mengatakannya, lalu berbisik pelan: "Hanya kamu yang kubicarakan......"
"Kenapa tidak memberi tahu Mama Yu? Dia sangat peduli padamu!"
"Itu Nona Yu! Kok kamu terus-terusan salah sebut sih!" Yin Nuxia menekankan lagi, dalam hati menggerutu kalau Sang Kepala Stasiun juga orang yang nggak punya ingatan bagus. Lalu ia menjawab pelan dengan nada hampir bergumam, "Aku ogah ngasih tau dia. Kalau ngasih tau, dia bakal ngomel panjang lebar! Tuan Kepala Stasiun, aku kan sudah bertahun-tahun mengembara ke mana-mana, terpapar cuaca ekstrim macam angin, terik, salju, panas mencekam—apa sih yang belum pernah aku alamin? Badanku kan kuat, mana mungkin kena flu atau sakit gituan!"
"......Oh, gitu ya!" Cheng Yun menarik sudut bibirnya. Ini brengsek mirip banget sama anak remaja yang ogah dengerin omelan orangtua!
"Iya dong, dengerinnya bikin pusing!"
“Hmph…… Tapi menurutku kamu tetap harus bicara dengannya, biar dia tenang. Kalau tidak, dia pasti khawatir. Kamu cukup kirim beberapa foto, ucapkan beberapa kata, lalu bilang mau tidur. Pasti dia berhenti cerewet malah menyuruhmu tidur cepat……” Cheng Yun tiba-tiba membeku, merasa posisinya mirip peran ayah yang membuatnya agak kikuk.
“Tapi…… Bukankah itu dusta?” Yin Nuxia biasanya baru akan tidur sebentar saat fajar menyingsing.
“Dusta berbunga-bunga niat baik.”
“Tapi…… Aku tidak bisa bohong. Kalau aku bohong, orang langsung tahu.”
“Dasar bego, kamu ngetik saja!”
“Oooh, iya juga ya.”
“Cepetan lah, aku ngantuk.”
“Oke, Selamat malam Sang Kepala Stasiun. Besok waktu naik pesawat aku fotoin pesawatnya buat kamu.” Kata Yin Nuxia.
“……Aku pernah lihat pesawat.”
“Oh.”
Baru kemudian Cheng Yun meletakkan ponselnya dengan ekspresi aneh.
Tiba-tiba, si loli kecil keluar dari kamar mandi. Bulunya yang sudah selesai dimandikan terlihat sangat lebat. Di kepalanya tersampir handuk kecil sebesar telapak tangan. Dengan langkah-langkah mungil, ia berjalan ke tepi ranjang Cheng Yun. Matanya memandang penuh kerinduan ke ranjang besar milik Cheng Yun, baru kemudian melompat ke tempat tidur kecil super mewah miliknya sendiri.
Cheng Yun mengingatkan: "Hati-hati, jangan sampai menginjak dan merusaknya lagi!"
Si loli tidak menjawab. Ia mengangkat kepala menatap tajam lampu di langit-langit, lalu memandang Cheng Yun.
Cheng Yun mengangguk: "Matikan saja."
Dak!
Kamar pun gelap gulita.
Keesokan paginya.
Akhirnya datang juga mahasiswa pertukaran yang melamar sebagai petugas kebersihan. Dengan hati yang tersentuh, Cheng Yun menyambutnya.
Yang mengejutkan Cheng Yun - ternyata ini seorang gadis!
"Seorang kulit putih, jenis yang tidak spesifik, rambut keemasan dan pupil cokelat. Kecantikannya tidak bisa dibilang mencolok tapi juga tidak jelek, dengan bintik-bintik kemerahan samar di pipi. Postur tubuhnya proporsional dan terawat baik."
Gadis itu sangat sopan. Begitu masuk langsung membungkuk hormat kepada Yu Dian dan Cheng Yun sambil berkata dengan logat kental: "Dàjiā hǎo, wǒ shì lái... yìng pí de."
