Yin Nuxia menoleh secepat kilat, wajah berseri-seri. Tapi saat benar-benar melihat Cheng Yun, ia membeku sejenak. Seolah baru menyadari ini Busan, sorot keraguan pun muncul di wajahnya.
Setelah berpikir serius, dia telah sepenuhnya memahami kebenaran: "Apakah Kepala Stasiun datang untuk menontonku bertanding?"
Cheng Yun dan dia saling pandang sesaat, akhirnya perlahan mengangguk: "Iya, aku datang untuk menontonmu bertanding."
Loli kecil menunjukkan ekspresi menghina: "Wu wu!"
Mendengar suara familiar itu, Yin Nuxia menurunkan pandangannya, menatap tajam loli kecil, lalu memandang kembali Sang Kepala Stasiun dengan tidak puas: "Kenapa kamu masih membawa makhluk kecil ini?"
Mendengar itu, loli kecil segera menghentak-hentakkan keempat kakinya di pelukan Cheng Yun, disertai suara dengkuran wu wu.
Namun Yin Nuxia hanya menatapnya dengan tenang.
Cheng Yun tetap erat memeluk loli kecil, berkata tenang: "Nggak bisa nolak, dia maksa ikut."
Loli kecil tertegun, seketika kepalanya dipenuhi tanda tanya.
Tiba-tiba, polisi muda akhirnya mengalihkan pandangan dari loli cantik nan sempurna itu, menatap Cheng Yun dan bertanya hati-hati: "Anda ini..."
“Oh, saya temannya, datang untuk menjemputnya pulang.”
“Apa kamu membawa paspornya?”
“Lupa bawa.” Cheng Yun berkata, “Tapi dia kan tidak melakukan pelanggaran, malah melakukan tindakan heroik spontan, tidak perlu kaku seperti ini, setuju kan?”
“Memang begitu, tapi...”
“Paspornya tidak perlu khawatir. Dia adalah anggota tim benih utama LPL yang datang ke Busan untuk mengikuti kompetisi dunia. Kamu bisa buka live streaming atau website resmi tim LOL, pasti ada fotonya. Jadi prosedurnya pasti lengkap, tidak akan ada masalah.” Cheng Yun berhenti sejenak, “Kalau sudah diverifikasi, saya harap bisa segera membawanya pergi. Untuk masalah selanjutnya bisa hubungi pelatihnya.”
“Benarkah? Anggota tim perempuan?” Polisi muda langsung membelalakkan matanya. Korea sebagai negara dengan industri e-sports paling maju di dunia, game sudah tertanam kuat di hati masyarakat. Polisi muda ini memang jarang mengikuti kompetisi, tapi final dunia yang satu ini masih dia ketahui.
“Wah! Benar juga!” Mengeluarkan ponsel dan memeriksanya, ia langsung menjerit kaget.
“Benar, dan kau juga akan melihatnya meraih juara.”
“Ini mustahil! Kejuaraan adalah milik Korea!”
“Jadi, bisakah aku membawanya pergi?”
“Tunggu, Kepala Stasiun!” Yin Nuxia tiba-tiba menarik lengan mantel Cheng Yun dengan keras, lalu mengulurkan jarinya menunjuk polisi muda, “Mereka belum memberiku bendera brokat dan bonus!”
“……Baiklah, pelatihmu sedang mencarimu.”
“Hm? Bagaimana kau tahu mereka mencariku?”
“……” Cheng Yun merenung beberapa detik, “Kau sudah menghilang begitu lama, pasti mereka mencarimu!”
“Oh iya!” Yin Nuxia tersadar.
“Apa yang dia katakan?” tanya polisi muda.
“Dia bilang, dia melakukan tindakan heroik spontan, kalian seharusnya memberinya bukti... dan penghargaan.” Cheng Yun berkata dalam bahasa Korea.
“Oh！”Polisi muda merenung sejenak，“Begini saja, jika kalian memang sedang sibuk berlatih, tinggalkan bukti identitasmu—kamu orang Korea kan? Lalu tinggalkan kontak, kalian boleh pulang dulu. Nanti setelah kami verifikasi situasinya, akan kami hubungi secara proaktif.”
“Dia ngomong apa?” Yin Nuxia bertanya.
“Dia bilang akan memberikannya padamu, suruhmu pulang dulu. Nanti akan dikirimkan ke tempatmu. Soalnya ini bukan kantor polisi langgananmu, mereka tidak biasa menyimpan bendera brokat atau piagam bertuliskan namamu.” Cheng Yun menjelaskan dengan sabar.
“Oh.” Yin Nuxia mengangguk patuh setelah berpikir, bagaimanapun dia bukan orang yang tidak masuk akal.
“Nomor telepon pelatihmu masih ingat?”
“Nggak ingat.” Jawaban dan gelengan kepala Yin Nuxia sama tegasnya.
“……”
Cheng Yun lalu menepuk kepala si loli kecil.
"Polisi muda itu memandang bingung pada percakapan berbahasa China mereka, tiba-tiba melihat sorot aura misterius cahaya dari mata kucing cantik itu, lalu mengangguk: 'Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu keluar.'"
Dengan suara whoosh, ia mendorong kursi lalu berdiri.
Cheng Yun dengan pasrah memegang Yin Nuxia ikut berdiri.
Di kamar sebelah masih ada dua pria berotot berambut cepak bertubuh tinggi besar dengan raut kejam, namun dalam keadaan diborgol mereka menjawab pertanyaan polisi dengan sopan santun.
"Dia mengejar kami dengan sepeda, aku sudah memutar pedal gas maksimal tapi entah bagaimana dia bisa menyusul..."
"Dia menendang motor saya hingga terbalik, lalu melompat turun dari sepeda menghampiri kami..."
"Wanita mengerikan..."
"Kepala Stasiun, ini dua orangnya!" Yin Nuxia menunjuk ke arah mereka, "Kurasa mereka sedang menjelekkan saya..."
“Pergi. Jangan mengacau.” Cheng Yun asal mencengkeram salah satu kuncir kudanya, memegang dan menariknya ke luar, bersamaan dengan mengeluarkan ponsel dan menelepon anak buah Yin Nuxia.
Saat suara telepon bergerutu, Yin Nuxia belum tenang, terus bertanya sambil mengedipkan mata: “Kepala stasiun, kapan kamu datang ke sini?”
“Ngapain?”
“Aku cuma bertanya!”
“Lokasi ini sangat dekat, bukannya bisa datang asal-asalan?”
“Iya juga... Lalu kemarin kamu lihat kompetisiku?”
“Lihat. Lawan benih Nomor Tiga Korea, dihancurkan.”
“Kamu duduk di mana? Kok aku tidak melihatmu?”
“...Fokuskan saja pada pertarunganmu.”
“Lalu malam ini apakah kamu akan melihat kompetisiku lagi? Di mana kamu akan duduk, akan kuberi salam... Orang di sebelahmu pasti iri mati.” Yin Nuxia kini sudah menyadari betapa disambut meriahnya dirinya, tersipu malu.
Tiba-tiba, alis Cheng Yun berkerut.
Segera dia berkata: “Tidak boleh. Malam ini tidak bisa. Ada pendatang baru yang akan datang, aku harus pergi menjemput.”
Yin Nuxia tertegun: "Ada pendatang baru?"
Baru saja dia bertanya, telepon langsung tersambung.
Cheng Yun memberi tahu alamat ke Xiao Niao agar mereka menjemput Yin Nuxia. Setelah menutup telepon, barulah ia mengangguk: "Ya, aku harus cepat kembali. Pelatihmu akan segera menjemput, tetap berdiri di sini jangan bergerak."
"Oh, jangan lupa bilang ke pendatang baru bahwa aku adalah Senior-nya!" Yin Nuxia tak lupa mengingatkan.
"......Aku pergi dulu, semangat."
"Oh."
Yin Nuxia tetap berdiri di tempat, menyaksikan siluet Sang Kepala Stasiun menghilang di sudut jalan.
……
Hotel.
Cheng Yun tiba-tiba muncul di kamar, namun di sofa ruang tamu telah ada siluet tubuh tinggi. Keduanya sama-sama kaget.
Cheng Yun menatap Cheng Yan: "Kau kemari buat apa?"
"Mencari loli. Lagi ke mana saja kau?"
"Tidak, aku pergi ke Busan sebentar. Kak Yin Dan tidak bawa ponsel dan kabur, bikin pelatihnya panik. Aku cari dia." Cheng Yun mengingat hal ini juga merasa pusing, "Kamu benar-benar membuatku kaget…"
"Ini salahmu sendiri, ngapa muncul di sini? Bagaimana kalau Cheng Qiuye ada? Kamar mandi di kamar tidur adalah pilihan terbaikmu."
"Emm, bagaimana jika salah satu dari kalian mau pinjam kamar mandi di sini…"
"Lemari pakaian!!"
"Baik, baik, baik." Cheng Yun membeku sejenak, "Ngomong-ngomong, hari ini mungkin ada pendatang baru. Nanti kalian berperilaku wajar ya."
"Dari alam semesta lain?" Cheng Yan mulai tertarik.
"Benar."
"Kapan sampai?"
"Sebentar lagi?"
"Boleh ikut menemui dia pertama kali? Aku penasaran banget." Cheng Yan mengingat-ingat semua penjelajah ruang-waktu yang pernah ke hotel ini, sepertinya tak ada yang biasa. Dia penasaran orang baru ini akan seperti apa——
Manusia super?
Makhluk aneh seperti si loli?
Cheng Yun merenung sebentar, lalu mengangguk: "Bisa."
Cheng Yan sangat bersemangat: "Aku akan berhati-hati."
"Baguslah." Cheng Yun berbicara sambil meliriknya, "Jangan terlalu antusias. Semakin kau menanti-nanti sesuatu, semakin lama waktu terasa."
"Aku tidak!" Cheng Yan menyangkal tegas.
“……”
Cheng Yun meletakkan loli, lalu pergi ke atap gedung menyiram bunga.
Cheng Yan tetap di kamarnya, dengan malas mengajak loli bermain untuk menghabiskan waktu yang terasa sangat panjang ini.
Dia bahkan lupa hari ini harus mengajari loli belajar geometri.
Tentu saja kebanyakan waktunya dihabiskan dengan berbicara sepihak pada loli, lalu memaksakan diri menafsirkan setiap sorot mata atau gerakan loli, sebelum akhirnya merespon sendiri.
"Kamu bilang pendatang baru ini manusia?"
"Raja Padang Salju... Mustahil kan?"
"Lama sekali baru datang!"
“……”
Loli dari awal sampai akhir tetap tak beremosi. Saat dia menyodorkan potongan banteng ke mulut makhluk itu, makhluk itu pun memakannya. Saat dia mulai berbicara sendiri, makhluk itu pun mendengarkan. Lagipula, makhluk itu sudah lama terbiasa dengan wajah tak dikenal manusia bodoh ini saat berduaan dengannya.
Baru ketika siang hari, Liu Da Nüshen kembali. Saat itu tangannya menjinjing banyak tas belanja besar kecil, di antaranya tak sedikit yang bermerek logo Six Great Blue Bloods dan Delapan Brand Terkenal.
Tang Qingying yang sedang jaga shift tak kuasa menahan teriakan, "Waah Kak Liu Xi, ini benar-benar modal besar ya!"
Liu Da Nüshen tersenyum dipaksakan, "Lumayanlah..."
Tang Qingyang melanjutkan, "Sepertinya lagu Kak Liu Xi laku keras ya, menghasilkan banyak uang!"
Raut wajak Liu Da Nüshen sesaat agak jelek. Ia buru-buru menghapus kalimat itu dari pikirannya, baru kemudian membuat dirinya merasa lebih baik - Sebenarnya setelah berbelanja, ketika kecanduan sudah terpuaskan, di perjalanan pulang saat melihat saldo kartu bank, ia sudah tidak bisa bersyukur lagi. Bahwa ia masih bisa kembali berjalan pun karena terus melakukan hipnosis diri di jalan, kalau tidak mungkin sudah pingsan akibat kemarahan diri sendiri di tengah jalan.
"Hm? Kak Liu Xi, bagaimana bisa diam?"
"Begini, saat berbelanja yang penting senang sendiri. Uang itu tidak penting, kalau habis bisa dicari lagi." Liu Da Nüshen bicara dengan nada terpaksa.
"Tapi nada bicaramu terdengar tidak bahagia?"
"Hah!"
"Aku lihat apa yang kamu beli... Wah mantel ini bagus sekali! Harganya juga selangit, Kak Liu Xi benar-benar tega ya!"
“Aku... aku juga tidak tahu.” Liu Da Nüshen hampir menangis, mengingat kembali situasi saat itu. Ia merasa hanya melihat mantel ini di toko, lalu semuanya menjadi kabur. Ketika sadar kembali, tas belanja sudah berada di tangannya dan ia telah keluar dari pintu toko.
“Orang tajir, jadilah temanku!!” Tang Qingying berseru.
“……”
“Hm? Kak Liu Xi kenapa raut wajah begitu? Apa uangmu habis?” Tang Qingying dipenuhi tanda tanya.
“……”
“Eh Dewi jangan seperti ini! Bukankah kau sendiri bilang, uang habis bisa dicari lagi, ini bukan hal penting!” Tang Qingying tangan gemetar tak karuan. Dewi yang biasanya terkesan sulit dijangkau tiba-tiba menunjukkan collapse total, membuatnya benar-benar bingung bagaimana menghibur, “Lagipula uang hasil kerja sendiri dipakai sendiri kenapa harus sakit hati? Ini kan bukan berarti tidak bisa cari uang lagi. Cukup jual beberapa lagu lagi, kan? Setuju?”
“……”
