"Cuma kunci biasa." Tang Qingying mengedipkan mata padanya.
"Oh... meriah! Cuma kunci! Kukira barang bagus!" Zhu Jiayan melambaikan tangan tak tertarik, wajahnya akhirnya menampilkan senyum tulus. Menurutnya ekspresi Yao Yao Sang Maestro sangat menggemaskan.
"Tapi ini kunci spesial."
Tiba-tiba suara gemuruh petir menggema di kepala Zhu Jiayan. Dengan wajah hampa ia menoleh ke sumber suara, melihat Sang Kepala Stasiun tersenyum padanya. Seketika keringat kembali membasahi punggungnya.
Zhu Jiayan menggunakan seluruh kemampuan akting sepanjang hidupnya, kembali menunjukkan ekspresi tertarik, berkata: "Apa keunikannya?"
Tang Qingying langsung menyambung: "Sebab kunci seperti ini cuma bisa dilihat di drama, sudah berkarat sampai begini, kuduga ini peninggalan zaman kuno."
Yao Yao Sang Maestro benar-benar manis sekali!
Zhu Jiayan tersentuh sampai ingin menangis, tapi menghadapi ekspresi penuh "ketertarikan" Sang Kepala Stasiun, ia hanya bisa memaksakan diri berkata: "Barang antik? Tapi sekalipun antik, cuma sebuah kunci, tak ada nilai budaya atau sejarah tambahan, juga tak berharga kan? Sayangnya aku tak tertarik pada barang antik."
Secara logika, karena ia tak tertarik, topik harusnya berhenti di sini.
Zhu Jiayan takut menatap Sang Kepala Stasiun, ia hanya bisa memperhatikan ekspresi Yao Yao Sang Maestro. Dari raut wajah sang maestro, insiden ini diperkirakan sudah selesai.
Tapi suara yang sabar itu kembali bergema di telinganya——
"Tidak, ini masih sebuah kunci ajaib."
“！！？”
"Hati Teman Sekelas Zhu berdegup kencang sampai ke kerongkongan!"
Gerakan Sang Kepala Stasiun ini terlalu aneh, bahkan Yao Yao Sang Maestro pun tak bisa menahan diri melemparkan tatapan bertanya, membuat Teman Sekelas Zhu menyadari bahwa dirinya kini sedang berjalan di jalan yang sangat berbahaya, sedikit saja terpeleset, bisa terjatuh ke jurang sedalam sepuluh ribu zhang!
Malangnya dia baru saja naik roller coaster, sekarang kepalanya sangat pusing.
"Oh? Bagaimana kerennya?"
"Ini adalah kunci ruang-waktu." Sang Kepala Stasiun berkata dengan nada biasa, "Ia menuju alam semesta tak berujung, memilikinya berarti memiliki kemungkinan tak terbatas."
"Hah! Sang Kepala Stasiun masih percaya omongan macam ini?"
"Aku serius."
"Alam semesta tak berujung atau semacamnya, itu semua cuma omong kosong yang cuma ada di novel fiksi ilmiah! Hehehe..."
"Mau tidak membelinya untuk dicoba?"
"Berapa harganya, sepuluh yuan aku mau beli!"
"Itu terlalu murah..."
"Aku kan nggak bodoh!"
Zhu Jiayan berhati-hati merespons, sejenak pun tak berani mengendurkan esensi spiritualnya. Tatapan Sang Kepala Stasiun pada pertemuan sebelumnya telah membuatnya paham bahwa Sang Kepala Stasiun sudah mulai mencurigainya. Jika kali ini lagi-lagi memperlihatkan celah, kemungkinan besar akan sangat berbahaya!
Sementara Tang Qingying yang duduk di sebelah hanya terpaku menyaksikan dialog mereka berdua, matanya perlahan membelalak lebar.
Awalnya dia mengira kakak ipar hanya ingin bersenang-senang, sekadar mengganggu Teman Sekelas Zhu. Bukan pertama kali kakak ipar melakukan hal seperti ini, hanya saja sebelumnya yang jadi korban gangguannya selalu Cheng Yan. Namun seiring berjalannya dialog, dia mulai merasakan keanehan. Secara sepintas percakapan ini tampak biasa saja, tapi——
Suara Kakak Zhu gemetar lho!!?
Cheng Yun yang menyunggingkan ekspresi samar antara senyum dan skeptis kembali melirik Zhu Jiayan: "Benarkah tidak mau? Kesempatan langka, lewat desa ini takkan ada toko lagi! Kau harus tahu betapa berharganya benda ini, dari triliunan manusia pun sulit menemukan pemiliknya!"
"Aku tidak..."
Zhu Jiayan merasa tenggorokannya sangat kering, seperti baru diampelas dengan kertas pasir, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Namun tiba-tiba, suara iblis Sang Kepala Stasiun kembali memenuhi udara, dengan santainya melilit jiwanya: "Memilikinya, kau bisa membuka sebuah pintu. Pintu gerbang ajaib itu mungkin menyimpan bahaya tak berujung, atau mungkin... peluang tak terbatas. Apapun itu, semuanya berbeda dengan alam semesta tempatmu hidup sekarang. Itu adalah dimensi lain di jagat raya tak berhingga yang belum pernah kau lihat atau dengar..."
"Kau mungkin akan mati seketika."
"Atau mungkin seketika itu juga tersadar akan hakikat sejati dunia, melampaui batas kemanusiaan!"
"Ada yang mengorbankan nyawa untuknya, ada yang memicu perang karenanya. Tak terhitung orang tewas, tapi ada juga yang mencapai pencerahan tertinggi."
"Sangat menggoda, bukan?"
"Gulp!" Zhu Jiayan menelan ludahnya dengan keras.
"Mau, atau tidak? Pikirkan baik-baik..."
Zhu Jiayan membuka mulutnya dengan ekspresi hampa, memalingkan kepala bagai mesin, bahkan bisa mendengar suara retakan zzzz dari tulangnya. Saat menatap Sang Kepala Stasiun, senyum rileks yang ditunjukkannya hanya terasa pahit: "Sang Kepala... hari ini mengapa..."
Ucapan itu terhenti di tengah jalan.
Fokus matanya hanya tertuju pada kunci berkarat itu.
"Berapa... harganya?"
"Mengingat kita sudah cukup akrab... diskon 0.001% untukmu. Hitung saja satu miliar!" Cheng Yun menjawab sambil lalu.
"Satu miliar..."
Kebingungan menyelimuti wajah Zhu Jiayan. Ia merasa wajah Sang Kepala Stasiun saat ini persis seperti kakek brengsek di TV yang menjual belasan manual ilmu bela diri. Tapi harga ini... diskon 0.001% saja masih sampai triliunan!
"Ada apa?"
"Aku... tidak punya uang sebanyak itu."
"Aku tidak menerima utang!"
"Aku..."
"Tidak beli juga nggak apa-apa, jangan terlalu memikirkan, bukan masalah besar! Transaksi gagal tapi persahabatan tetap, kita masih bisa jadi teman kok!"
"Benarkah?!" Teman Sekelas Zhu tadi hampir ngompol ketakutan.
"Tentu saja, aku orang baik. Lagi pula kita punya hubungan, kan?" Hal menghabisi semua saksi seperti ini tidak bisa dilakukan Cheng Yun.
"Iya iya iya iya iya..."
"Nah gitu dong!"
"……" Setelah mengangguk dengan frekuensi tinggi, Zhu Jiayan merasa lehernya agak pegal. Tapi mendengar suara itu, ia kembali melirik kunci di tangan Sang Kepala Stasiun, sorot matanya memperlihatkan keinginan.
"Maksudmu apa?! Nggak punya duit tapi masih ngarep kunci?" Cheng Yun tertegun saat merasakan pandangannya.
Zhu Jiayan buru-buru menundukkan kepala menghindari tatapan Sang Kepala Stasiun, lalu dengan gesit melirik Sang Maestro Yao Yao yang bagaikan patung cantik di sampingnya. Sambil menganalisa, ia berkata gagap: "Sekarang saya memang belum punya uang... Tapi kalau saya sudah mengambil alih keluarga Zhu, pasti akan ada. Menurut Bapak... mengingat hubungan kita..."
“Aku simpan untukmu, tidak dijual ke orang lain, ya?”
“Hm hm hm hm! B-benar, a-aku hanyaa ingin mengatakan ini!”
“enmmm……”
“A-aku ta-tahu permintaan ini sangat tidak masuk akal...”
“Hm, memang sangat tidak masuk akal.”
“Ka-kalau tidak bisa... ya-yah sudahlah...”
“Mending aku kasih diskon lagi, sepuluh juta saja!”
“？？？”
Teman Sekelas Zhu langsung terpana, diskon Sang Kepala Stasiun begini caranya?
“Masih belum bisa?” Cheng Yun merenung, jangan-jangan harus turunkan lagi?
“Bisa! Bisa bisa!” Zhu Jiayan buru-buru berseru, sangat takut bebek matang itu terbang dari mulutnya, hatinya berdebar kencang, “Tapi! Tapi! Tapi aku tetap belum punya uang sebanyak ini, tunggu-tunggu dulu Jangan langsung tolak! Tapi aku bisa segera mengumpulkannya, Tenang saja!”
“Oh.” Cheng Yun mengangguk, tadi dia sudah siap menurunkan jadi satu juta.
“Kalau...”
“Oh, jadi milikmu.”
Cheng Yun asal melempar: “Lain waktu datang bayar!”
“Zhu Jiayan buru-buru menangkapnya dengan kedua tangan, lalu terbelalak: "Kepala stasiun... ini, bagaimana cara menggunakannya?"”
“Tergantung takdir pertemuan, tidak bisa dipaksakan.”
“Kalau... kalau saya nanti masih bisa datang ke sini...” Teman Sekelas Zhu gagap.
“Tentu saja boleh.”
“Terima kasih banyak, Kepala Stasiun!”
“Ngomong-ngomong, tujuanmu naik ke sini hari ini...?”
“Oh! Saya ingin memberi tahu Kepala Stasiun, apakah kalian sudah tahu? Srikandi kembali masuk berita!” Zhu Jiayan menggenggam kunci erat-erat, mulai bersemangat.
“Hm?” Cheng Yun kurang lebih mengerti situasinya.
“Dia kenapa lagi?” Tang Qingying di samping akhirnya bisa bicara kembali.
“Kabarnya dia melakukan tindakan heroik spontan di jalanan Korea, polisi bahkan mendatangi klub tempatnya, media Korea sudah melaporkan kejadian ini sejak siang tadi, lalu media domestik berduyun-duyun membagikannya, popularitasnya masih tinggi.” Zhu Jiayan tersenyum malu-malu, “Kalian bisa buka ponsel untuk melihatnya. Saya akan pulang untuk mengumpulkan uang, kamar itu malam ini... tidak akan ditempati.”
"Tepat." Cheng Yun berkata.
"Hati-hati di jalan ya!" Tang Qingying telah mengeluarkan ponselnya, memutuskan untuk mengabaikan urusan Zhu Jiayan.
Membuka aplikasi berita, headline utama tertulis "Atlet E-sports Wanita Tiongkok Tangkap Dua Pencuri Mobil Terbang di Korea". Dalam foto, Yin Nuxia tersenyum lebar ke kamera hingga matanya menyipit.
Tang Qingying scroll ke bawah, jumlah komentar meledak.
Setelah membuka, dia melirik Cheng Yun: "Kak, aku bacakan ya..."
Cheng Yun kembali berbaring di kursi santai, menyipitkan mata: "Bagus!"
Meski sudah tahu detail kejadiannya, suara manis dan lembut Tang Qingyang yang membacakan berita di siang hari tetap menjadi hiburan tersendiri.
Saat mereka turun, hampir seluruh penghuni hotel sudah mengetahui kabar ini.
Cheng Yun juga menerima pesan dari Tang Qingyan, berupa screenshot akun resmi Gong Qing Tuan di Weibo yang memberikan jempol pada postingan ini. Bahkan bos tua seperti Tang Qingyan pun mengetahuinya, menunjukkan betapa viralnya insiden ini.
Selain Gong Qing Tuan, masih banyak akun resmi lain yang memberi jempol pada akun Yin Nuxia.
Mudah dipahami, pengaruh e-sports semakin besar. Saat ini sedang berlangsung World Championships di Korea yang menjadi sorotan dunia. Yin Nuxia tidak hanya mewakili Tiongkok, tapi juga satu-satunya peserta perempuan. Aksi heroiknya di jalanan Korea yang masuk berita telah mengharumkan nama negara sekaligus membanggakan kaum perempuan. Konon berita ini juga viral di negara-negara selain Tiongkok dan Korea.
Setelah mengobrol sebentar dengan semua orang di lantai bawah dan memuji-muji Yin Nuxia, baru kemudian Cheng Yun naik ke lantai atas.
Kucing pembawa rezeki juga bolos kerja, mengikuti tuannya dengan gembira.
Kebetulan, Teman Sekelas Zhu sudah booking kamar tapi tidak menginap, Cheng Yun bisa pakai untuk mengatur Kakek Ji.
Cheng Yun mendorong pintu masuk ke kamar, melihat Kakek Ji sedang duduk di sofa dengan kacamata baca, terlihat sangat pengasih sambil memegang selembar kertas surat kekuningan.
Melihat Cheng Yun datang, ia mengangkat kepala dan meletakkan kertas surat itu.
Sang loli lincah melompat ke meja kopi, "Huu~" sambil melirik kertas surat itu, lalu berguling satu putaran dan berbaring di sebelahnya.
"Lagi lihat apa, Kakek?" tanya Cheng Yun sambil lalu.
"Hmph, cuma surat lama saja."
"Oh, saya mau kasih tahu. Kunci Kakek sudah saya jual murah, sepuluh juta. Saya rasa si anak itu memang ditakdirkan punya kunci ini." Tashan masih memutuskan siapa yang 'ditakdirkan'.
"Kau yang tentukan saja." Kakek Ji sudah siap mental.
"Beberapa hari lagi saya akan serahkan uangnya," kata Cheng Yun.
"Baik... baik... baik..." Kakek Ji terus mengangguk.
Cheng Yun duduk di sebelahnya, melirik sekilas kertas surat itu. Tulisan anggun tersusun rapi membuat keseluruhan tampak indah. Saat menggunakan bola kristal untuk menerjemahkan bahasa Bumi kepada Kakek Ji, dia juga memperoleh bahasa dari dunia sang kakek sehingga bisa memahaminya.
"Ini... surat cinta?" tanya Cheng Yun sambil berseloroh, hanya dengan sekali pandang.
"Haha!" Kakek Ji tertawa lepas. Di usianya yang senja, hal seperti ini tak lagi membuatnya risi. "Bukan surat cinta. Dulu saat kami muda, teknologi belum maju. Untuk berkomunikasi, harus lewat surat."
Dia berhenti sejenak: "Tapi isinya pun bukan urusan penting, cuma obrolan ngelantur yang ditumpahkan jadi tulisan."
Cheng Yun pun paham. Kertas-kertas ini bagai foto-foto itu - keduanya merupakan wadah yang merekam perjalanan hidup. Proses alami manusia biasa dari masa remaja ceria hingga senja kelabu, sekaligus pengalaman makhluk paling ajaib di semesta sejak kelahiran hingga kepunahan.
Di usia Kakek Ji seperti ini, memang sudah waktunya untuk bernostalgia.
"Kemonotonan itu justru berharga." kata Cheng Yun.
