Pagi ini makan mi menggunakan banyak irisan bawang prei. Cheng Yan bilang kalau bagian akar bawang prei disimpan, ditancapkan ke tanah lalu disiram air, beberapa hari lagi akan tumbuh daun bawang baru.
"Jika ini benar, berarti nanti kita tidak perlu lagi ke pasar hanya untuk beli bawang prei? Kalau butuh tinggal ke balkon atau atap gedung lalu petik saja."
"Bisa juga dijadikan tanaman hias!"
Dengan bersemangat dia langsung berbagi ide ini kepada Cheng Yun.
Namun Cheng Yun terpaku: "Aku akhir-akhir ini sama sekali tidak pernah membeli bawang prei lho!"
"??" Cheng Yan malah lebih bingung darinya.
"Memang begitu, semuanya pemberian bos. Benda ini sudah tidak ada harganya, sekali masak juga tidak perlu banyak, wajar saja." Cheng Yun menguap.
"Tapi... bukannya biasanya... jahe dan bawang putih dijadikan pelengkap, untuk membulatkan jumlah atau kembalian?" Cheng Yan yang sering disuruh belanja ke pasar ini tidak bisa dibohongi, "Sejak kapan mulai dibagiin gratis?"
"Para pedagang di pasar tidak pernah memberikannya kepadamu?"
"Sama sekali tidak." Cheng Yan menggelengkan kepala.
"Tidak sekalipun??" Cheng Yun melirik wajahnya dengan cermat.
"Tidak sekalipun."
“Para bangsat ini, pasti mereka semua buta ya!” Di dalam hati Cheng Yun agak keberatan, orang secarik beradab seperti dirinya pun tak tahan lagi mengumpat——Berdasarkan apa sih Bos Tang beli sayur selalu dikasih seikat bawang prei, tapi ke Cheng Yan sama sekali tidak dikasih apa-apa?
Dari segi tingkat kecantikan, Cheng Yan sama sekali tidak rendah!
Cheng Yun sangat percaya diri akan tingkat kecantikan keluarga Cheng, dan kecantikan Cheng Yan seharusnya yang tertinggi di generasi ini. Hanya bicara soal wajah, dia bahkan lebih sempurna dibanding saudari seperguruan keluarga Tang, cuma gaya mereka berbeda saja. Singkatnya Cheng Yun PASTI TIDAK mau mengakui bahwa kecantikan Cheng Yan yang gennya mirip dengannya kalah dari siapa pun. Tentu saja, Liu Da Nüshen dikecualikan, jelas-jelas Liu Da Nüshen sudah DIHANCURKAN habis-habisan oleh keunggulan besar jahe, bawang putih, dan cabe rawit milik Bos Tang.
Setelah bertanya-tanya beberapa kali, Cheng Yun berkomentar: “Pasti begitu. Begitu kamu masuk pasar langsung cemberut, bosnya jadi takut ngasih.”
Cheng Yan: “……”
Cheng Yun berpikir sejenak, lalu menambahkan: "Tapi ide kamu ini cukup bagus. Sebagai orang tua, aku harus mendukung kreativitas aneh-anehmu ini. Ini bisa membantu membina... Eh-eh, taruh kembali bantal itu!"
Cheng Yun menyusun ulang kata-katanya: "Lagipula, aku izinkan kamu membuka lahan seluas seperempat meter persegi di atap gedung. Boleh mencabut sedikit tanaman bunga, tapi jangan fokus pada satu jenis saja. Pertahankan keanekaragaman..."
Garis hitam muncul di dahi Cheng Yan: "Tahu, tahu. Semua ini spesial... semuanya harta karunmu!"
Cheng Yun mengangguk: "Pintar..."
Cheng Yan menghela napas dan hendak pergi, tiba-tiba berbalik memanggil loli: "Loli, ayo kita menanam bawang prei. Biar kamu belajar dulu tentang biologi alami."
Loli tetap lesu merangkak, hanya mengangkat kepala meliriknya sebentar sebelum kembali menunduk.
Cheng Yan merenung sebentar, lalu mengganti istilah: "Kita menanam bahan makanan, nanti kalau sudah tumbuh, bisa jadi makanan enak!"
Gesek!
Si loli langsung berdiri dalam sekejap.
Maka Cheng Yan mengambil sutil kecil, menggenggam beberapa bawang prei, dan mengajak si loli naik ke lantai atas.
Bawang prei sekitar belasan batang, sama sekali tidak membutuhkan seperempat meter persegi. Area sebesar setengah kertas A4 pun sudah cukup. Kalau sampai seperempat meter persegi, Cheng Yan juga berat hati menghancurkan begitu banyak tanaman. Dia tahu ini semua adalah jenis dari dunia paralel yang sangat berharga.
Akhirnya Cheng Yan memilih pot bunga pusat. Di sini selain Pohon Empat Musim, hanya ada beberapa tanaman. Jenis-jenis yang jumlahnya hanya ada beberapa batang itu memang tidak ditanam di area ini.
Dia hanya asal memetik beberapa kuntum bunga, memasukkan ke dalam vas bunga berisi air, bersiap mengantar turun untuk diletakkan di resepsionis. Lalu dengan hati-hati mencabut beberapa batang tanaman tersebut, sambil menanam bawang prei menjelaskan dasar-dasar botani dan konten menarik kepada si loli.
Cheng Yan berusaha memerankan peran sebagai mentor yang lulus.
Di usia loli ini, kita tak boleh memaksakan arah pengembangan tertentu. Juga tak bisa bilang "Kuharap kelak kau terjun di industri tertentu". Jangan terlalu dini membatasi dengan berbagai aturan. Sebaliknya, biarkan ia mengekspos sebanyak mungkin ilmu baru. Tak perlu mendalam, cukup pengenalan dasar. Dengan sendirinya ia akan menemukan minat dan preferensinya dalam proses ini.
Pembelajaran lanjutan nanti, biarlah diputuskan sendiri olehnya.
Begitulah yang Cheng Yan pikirkan.
Tampaknya loli sangat tertarik pada tumbuhan. Saat Cheng Yan menanam, ia berdiri di sebelah, mendekat dan menatap dengan sorot mata berkilauan.
Seolah ia sedang membayangkan bagaimana bawang prei itu akan tumbuh nanti.
Bahkan kemudian ia menggunakan cakar kecilnya menggali lubang, mendengkur meminta Cheng Yan memasukkan bawang prei. Cheng Yan tidak mencegahnya meski tanahnya kotor, malah dengan penuh minat menemani dan berkoordinasi dalam permainan ini, sesekali berbicara dengannya.
Maka bawang prei yang ditanam di sudut kanan bawah ini menjadi istimewa di mata loli. Setelah ditanam, ia menatapnya lama-lama, mengingat baik-baik posisi tanaman ini.
Tumbuhan yang baru terlihat ujung putih kecil ini dalam beberapa hari akan menghasilkan potongan banteng yang lezat!
Tiba-tiba, telinga loli berkedut. Ia mendengar keributan dari belakang, segerombolan orang biasa sedang mendekat.
“Aku sudah menyelidiki sekali lagi, benar-benar tidak ada jenis-jenis ini……”
“Saya dan Profesor Yang juga sudah memeriksa, semua varietas di sini belum pernah ditemukan sebelumnya.”
“Ini… ini mustahil!”
“Tak disangka datang ke Jinguan kali ini malah menemukan hal sebesar ini!”
“Saat ini masih belum diketahui dari mana bos hotel ini mendapatkan tumbuhan-tumbuhan ini… nilai tumbuhan ini……”
“Hei! Kalian sedang apa!”
Suara bergemuruh seperti petir mengagetkan Cheng Yan. Ia memalingkan wajah, melihat sekelompok pria paruh baya berpenampilan berminyak berjalan megah mendekatinya, sementara di tangannya masih tergenggam sutil plastik.
Cheng Yan tetap tenang, alisnya berkerut halus saat menatap gerombolan pria yang tiba-tiba memancarkan aura mengintimidasi ini.
Dia sama sekali tak bersuara, hanya mengamati mereka dengan ekspresi datar.
Melihat kelompok pria berminyak ini mendekatinya, pandangan mereka menyapu sekilas wajah loli kecil yang belingut, terpesona sebentar oleh kecantikannya, tapi segera mengalihkan pandangan ke vas bunga berhias yang ditempatkan di tepi pot bunga, beberapa batang tanaman yang tercabut...
Semua orang menarik napas tajam!
Saat melihat bekas tempat bunga itu, di tanah basah tertancap rapi tiga baris bawang prei, hampir saja mereka memuntahkan darah marah!
"Kau!! Apa yang kau lakukan!"
"Siapa kau?!"
"Tidakkah kau tahu setiap batang bunga ini sangat berharga, mereka semua spesies yang belum pernah ditemukan!!"
"Tidakkah kau mengerti..."
"Plak!" Cheng Yan mengibaskan tangannya, menepis jari yang menudingnya. "Bicara dulu siapa kalian, baru berani mengacau di tempatku!" Bukanlah gadis mudah ditakut-takuti.
"Kau..."
“Sudahlah, Profesor Yang! Gadis kecil, kami adalah ahli botani dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok Zhaonan yang datang ke Jinguan untuk menghadiri Konferensi Pertukaran. Kami meneliti tumbuhan, tertarik datang ke taman di atas hotel kalian karena reputasinya, tapi ternyata jenis-jenis tumbuhan di sini sangat asing...” Seorang pria botak berkacamata berbicara panjang lebar.
“Kamu adalah...” ujar si Botak setelah selesai berbicara.
“Hotel ini adalah rumah kita.”
“Eh tidak benar! Pagi tadi gadis kecil itu juga bilang begitu, kalian berdua bukan orang yang sama kan?” Si Botak mendorong kacamatanya, mengamati Cheng Yan dengan saksama.
“？？”
Melihat Cheng Yan diam, semua orang langsung berbicara dengan riuh: “Boleh tanya, nona kecil, dari mana kamu menemukan tumbuhan-tumbuhan ini?”
“Apakah kamu yang memindahkan semua tumbuhan ini?”
“Apa kamu tahu jenis-jenis tumbuhan ini?”
“Apakah ini varietas khas Yizhou? Atau kamu membelinya di mana?”
“？？？”
Cheng Yan tetap dengan kepala dipenuhi tanda tanya.
