Ini mungkin terakhir kalinya Cheng Yun bertemu Komandan Ke Li dan sang Nyonya.
Mungkin telah menyadari bahwa mereka takkan mendapat jawaban tentang ekspedisi ini dari Cheng Yun, kunjungan Komandan Ke Li kali ini terkesan lebih santai. Hanya sedikit menyentuh topik-topik formal, seolah hanya mampir untuk bersilaturahmi dengan seorang tokoh terpandang. Percakapan diawali dengan basa-basi, berbagi cerita tentang kebahagiaan dan kekecewaan yang umum dialami manusia sepanjang hidup, sesekali melontarkan kritik terhadap diri sendiri, serta berbagi anekdot unik nan menghibur. Saat waktu menunjukkan pukul lima sore, mereka pun berpamitan dengan sopan dan pergi.
Ternyata percakapan akrab bak teman ini justru memberikan kejutan tak terduga bagi Komandan Ke Li.
Cheng Yun yang baru kembali dari Alam Semesta Kayu, selain pengalaman visual, juga membawa renungan mendalam. Ditambah peleburannya dengan node ruang-waktu yang semakin dalam, serta pemahamannya akan lebih banyak hukum alam semesta - beberapa kalimat yang terucap santai dalam obrolan mampu memberi pencerahan besar bagi Ke Li.
Sebut saja konsep "batas umur" dan "belenggu peradaban", beberapa kata singkat ini menyimpan informasi yang bahkan tak terjangkau oleh peradaban tak terhitung di jagat raya.
Belum lagi Cheng Yan dan Tang Qingying - beberapa hari terakhir mereka mempelajari ilmu dasar yang menjadi batu loncatan Teknik Rahasia Panjang Umur dari Cheng Yun. Jika sedikit saja bocor sebagian, ilmu ini cukup memberi inspirasi mendalam bagi peradaban super maju sekalipun.
Saat hendak pergi, Nyonya Lan Si menyiapkan hadiah untuk setiap orang di hotel. Semuanya mainan kecil tak berharga yang tak mengejutkan, sekadar formalitas belaka. Sementara Cheng Yan menghadiahkan rangkaian bunga yang baru ia susun kemarin padanya. Begitulah cara mereka mengantar para tamu hingga ke pintu.
Berdiri di pintu menyaksikan mobil itu menjauh, Cheng Yan tak bisa menahan haru: "Menurutmu, apakah mereka akan kembali?"
Cheng Yun menggelengkan kepala: "Siapa tahu..."
Posisi Bumi di alam semesta sebenarnya sangat terpencil, jauh dari pusat kosmos. Lahir di sekitar sini, kecuali menggunakan lubang cacing, mustahil menemukan domain peradaban maju lain hanya dengan terbang. Armada Penjelajah memiliki ekosistem lengkap seperti planet miniatur. Para awak kapal harus mengandalkan perbedaan kecepatan aliran waktu akibat penerbangan hipersonik dan sistem pergantian shift pod tidur untuk memperlambat waktu, sementara juga mempersiapkan diri untuk hidup turun-temurun di kapal antariksa.
Entah berapa tahun lagi ketika mereka akhirnya kembali.
Mungkin dihitung ribuan tahun, mungkin juga sepuluh ribu tahun, mengingat yang mereka cari bukan hanya peradaban baru, tapi peradaban yang bisa membantu Langit Biru menghancurkan belenggu teknologi saat ini. Selama periode itu, kemungkinan jumlah kali mereka menyentuh bumi terhitung dengan jari.
Kedengarannya lama, tapi bagi alam semesta ini, waktu sebanyak itu hanyalah sekejap mata belaka.
Kedua kakak-beradik itu saling pandang sejenak, lalu berbalik dan kembali ke kamar.
……
Hari ini adalah pertandingan keenam PMG di fase grup, lawannya lagi-lagi saudara besar Amerika Utara.
Dalam beberapa permainan sebelumnya, PMG hanya kalah satu kali - saat itu sejak awal sudah dijebak formula lawan, langsung membuat ritme kolaps total di early game, semua lane bermain pasif.
Satu langkah tertinggal, langkah berikutnya terus tertinggal.
Ironisnya saat itu empat rekan Yin Nuxia sedang tidak dalam performa terbaik. Sampai tahap menengah, Yin Nuxia malah bangkit dengan operasional tingkat AlphaGo, bahkan di lane atas sempat 1 vs 4 meraih triple kill melawan kodrat baru akhirnya tumbang, membuat seluruh arena gemuruh.
Sesuai tradisi yang berlaku, selain Yin Nuxia sang Ratu Pembunuhan Tunggal yang tak tersanksi, PMG biasanya memiliki minimal satu pemain yang bangkit di posisi mid-jungle. Performa jalur bawah selalu stabil dan termasuk level menengah-keatas di antara semua tim dunia. Sebelum kedatangan Yin Nuxia, jalur bawah memang merupakan lini terkuat PMG.
Namun kali ini benar-benar terjebak dalam formula yang kejam.
Marksman, mid lane, jungler - jika ada satu saja yang bisa bangkit, game itu masih mungkin dimenangkan.
Kekalahan ini justru menjadi peringatan bagi PMG yang terus menang, mencegah potensi pembengkakan ego, sekaligus menyadarkan bahwa mengandalkan pemain kunci saja tak cukup - mereka harus mandiri.
Dua game berikutnya para pemain muda tampil sempurna. Bahkan tanpa perlu Yin Nuxia menunjukkan kilau ratunya, mereka bisa menang dengan kemampuan sendiri.
Di kedua game tersebut, mid dan bawah berhasil melakukan 1v1 outplay, membuktikan hasil didikan sang kakak sulung selama ini tidak sia-sia.
Sebelum pertandingan, semua anggota tim berkumpul merancang taktik.
Meskipun lawannya adalah saudara besar Amerika Utara yang sebelumnya di-ngegolin oleh PMG, semua orang tetap tidak lengah. Ini adalah pelajaran yang baru mereka dapatkan beberapa hari lalu.
Yin Nuxia mengerut di kursi, terlihat hanya seperti gumpalan kecil. Kedua tangannya bak tupai kecil memegang secangkir teh susu, menunduk sambil mengulum sedotan, bola matanya berputar liar, mendengarkan percakapan semua orang dalam keheningan.
"Kalau menang kali ini, skor jadi 5-1. Kita bisa menyelesaikan fase grup lebih awal," kata pelatih.
"Tapi kalau kalah, mungkin harus tambah satu pertandingan."
"Jangan lengah, semuanya! Meski lolos fase grup sudah terjamin, tetap mainkan dengan lebih baik! Berikan jawaban memuaskan untuk seluruh rakyat negeri!"
"Dua pertandingan sebelumnya kalian tampil sangat baik, terutama Jin Dai, tapi harus terus berusaha lebih keras, jangan sombong, usahakan terus menekan mid lane lawan kali ini, dapatkan solo kill cantik untuk dijadikan highlight oleh netizen domestik. Setelah itu nilai pasarmu baru bisa naik. Dan kesalahan di pertandingan terakhir jangan terulang lagi..." Pelatih berbicara panjang lebar sebelum akhirnya mulai menyusun taktik. Di bagian ini melibatkan permainan strategi antara kedua pelatih tim, para pemain hanya bisa memberi saran, tidak banyak bicara. Tapi saat diterapkan di lapangan nanti pasti akan ada penyesuaian.
"Oke oke, paham."
"Siap!"
"Tenang saja Pelatih!"
"Aku tidak masalah!"
"Nuxia, kamu sudah paham?"
"Paham paham Hikk!" Yin Nuxia memang sedang menyimak, dia berusaha keras mengingat... Teh susu ini rasanya memang beda dengan yang di kampung halaman ya?
“……”
Pelatih tidak mempersulitnya.
Yin Nuxia adalah senjata mematikan yang stabil di tim. Kemampuannya dalam membuat lawan di top lane kehilangan semangat sekaligus memastikan performanya sendiri bangkit kembali, benar-benar mengurangi tingkat kesulitan permainan tim. Namun, ada juga jiwa lain di tim yang berhasil mengkonsolidasikan seluruh regu. Dalam pertandingan eliminasi berikutnya, menghadapi lawan sekuat PMG, mengandalkan Yin Nuxia saja membuat tingkat kesulitan meningkat signifikan. Untungnya, selama periode ini para anggota tim lainnya menunjukkan peningkatan besar dalam stabilitas mental, kualitas kerja sama, maupun kemampuan individual.
Dalam sejarah kompetisi dunia, banyak tim pemenang yang hanya mengandalkan satu pemain yang bangkit. Jika ada dua jalur yang berhasil bangkit, kemenangan sudah terjamin - kecuali jika jalur lain yang gagal bangkit mengalami collapse total hingga tak mampu bertahan sama sekali.
Bagi PMG saat ini, mencapai kondisi seperti itu tidak sulit.
Pelatih tampaknya cukup tenang dengan situasi ini.
Di akhir, ia menatap dalam-dalam mid laner Jin Dai. Ia merasa potensi anak muda ini telah benar-benar tersulut. Dalam taktik permainan ini, ia juga menempatkan prioritas tinggi di jalur tengah. Bahkan dengan mengorbankan intensitas jungler dalam melindungi jalur atas di menit-menit awal, demi membuka peluang di mid lane.
Jin Dai mengangguk penuh percaya diri: "Tenang saja!"
Pelatih kembali menatap Yin Nuxia. Baru ingin menghiburnya agar tak jijik, meyakinkan bahwa tetap menjadi inti strategi. Namun sebelum sempat berbicara, Yin Nuxia sudah mengangkat cangkir teh susu di tangannya: "Pelatih, benda ini bisa dibawa pulang nggak? Aku pengin kasih ke kepala stasiun cicip!"
Pelatih: "……"
Diabaikan begitu saja oleh pelatih……
Tapi siapa Yin Nuxia? Sudah biasa omongannya tak didengar. Ia sama sekali tak jijik, hanya menggoyang-goyangkan kepala sambil tersenyum: "Tenang saja, pasti bakal kukerahkan semua! Seluruh penghuni hotel juga pada nonton kita loh!"
Burung kecil di samping menambahkan dengan suara pelan: "Kakak sulung, sore ini Armada Penjelajah akan meninggalkan planet, diperkirakan takkan ada orang yang menonton live streaming kita."
Gesek!
Yin Nuxia sekejap memalingkan wajah, menatap tajam padanya sambil berkata: "Para maestro pasti akan menonton kompetisiku!"
Burung kecil panik: "Iya iya, pasti pasti..."
Yin Nuxia baru kemudian mendengus pelan, melanjutkan menundukkan kepala menyusu teh susu. Dengan cepat cangkir mengeluarkan suara Guluk guluk, menunjukkan sudah kosong.
Burung kecil buru-buru menjilat: "Kakak sulung, aku akan minta segelas lagi untukmu!"
"Jangan, aku khawatir gemuk!"
"Hah......"
Bawah sadar burung kecil melihat ke bawah: Pinggang Yin Nuxia masih memiliki lekukan ramping, tidak memiliki sedikitpun lemak berlebih. Bahkan kaos oblong ketat dari bahan tipis dan lembut memperlihatkan garis otot perut yang terlihat sangat seksi! Hanya bagian sedikit di atasnya yang agak gemuk...
Hah~~
Bocah itu buru-buru menarik kembali pandangannya, tak berani melihat lebih lama, kalau tidak Kakak sulung akan melemparkannya ke sungai!
Yin Nuxia tentu merasakan sorotan matanya. Ia pun menunduk melihat perutnya sendiri, bahkan mengulurkan tangan meraba perutnya, agak bingung: "Mengapa aku tidak bisa menimbun lemak?"
Seluruh manusia di planet ini menumpuk lemak, semua gadis di bumi resah ingin diet, kenapa justru aku tidak bisa gemuk?
Bukan hanya dirinya, di dunia asalnya pun sepertinya jarang terlihat orang segemuk pria besar itu.
Berdasarkan hal ini, Yin Nuxia sengaja bertanya pada orang paling berpengetahuan luas yang dikenalnya.
Namun Sang Kepala Stasiun hanya kebingungan menjawab tidak tahu, lalu malah balik bertanya penuh minat: "Iya! Kenapa ya?"
Nggak bisa nolak, Yin Nuxia memilih alternatif kedua.
Saat itu si mage payah sempat mempelajarinya lalu bilang... Eh, apa yang dia katakan waktu itu? Metafisik segala, ia sudah lupa, yang pasti tidak ada cacat pada dirinya.
"Kemudian dia tidak terlalu yakin, bertanya lagi pada Cheng Yan. Cheng Yan juga bilang tidak ada cacat, bahkan mengatakan banyak hewan herbivora yang tidak olahraga tapi tetap berotot, yang membuatnya sangat iri. Baru ketika Yin Nuxia bertanya pada Guru Yao Yao yang sangat dipercayanya, jawaban sang guru akhirnya bisa dia pahami. Guru Yao Yao berkata orang-orang seperti mereka memiliki gudang lemak alami di tubuh, lemak akan terkumpul di situ dan tidak kemana-mana."
"Tak lama kemudian, mereka akan masuk ke arena."
"Dibandingkan dengan PMG yang penuh keyakinan, ekspresi saudara-saudara dari Amerika Utara tampak sangat serius. Adegan pertandingan sebelumnya masih jelas terbayang, meninggalkan bayangan psikologis yang dalam pada mereka."
"Saat duduk di kursi dan mengenakan headset, Yin Nuxia tiba-tiba tertegun. Ia memalingkan wajah ke Yang Xi dan berbisik: 'Eh ngomong-ngomong, pelatih suruh kita pilih apa tadi?'"
"'...Happy Wind Man.'"
"'Oh oh oh!' Yin Nuxia mengangguk mantap."
"'Ahem!'"
“Eh aku dengar batuk pelatih!”
“Headset sudah tersambung...”
“Hush!”
“……”
Sementara itu, seluruh penghuni hotel berdesakan di resepsionis kecil, berkerumun mengelilingi layar komputer mini.
Menonton berita.
Bahkan Kakek Ji juga berdiri dengan tangan terkunci di belakang punggung di barisan paling belakang, ikut nimbrung. Setelah mengamati cukup lama, barulah ia pahap mengapa hari ini kaum muda semua berkumpul menonton berita di sini.
“Planet kita ini pernah dikunjungi alien!?” tanya sang kakek dengan heran.
“Iya, tiba-tiba datang,” jawab Tang Qingying.
“Sejak kecil aku bermimpi melihat alien, tapi sampai tua tak juga terkabul.” Kakek itu menggelengkan kepala, lalu tiba-tiba menunjukkan rasa ingin tahu layaknya anak muda, “Mereka datang untuk apa? Tidak menyerbu kalian?”
“Tidak, mereka cukup bersahabat,” ujar Cheng Yan sambil melirik Cheng Yun yang sedang duduk manis.
“Ohhh~~” sang kakek mengeluarkan suara panjang penuh makna.
“Mereka sama sepertimu.” Suara Cheng Yun tiba-tiba terdengar. Ia menatap latar belakang _No Man's Land_ barat laut yang familiar di layar, badai pasir menari-nari di angkasa, namun pondok-pondok kecil logam yang sebelumnya memenuhi daratan kini lenyap, hanya menyisakan jebakan-jebakan kecil yang membuat bumi ini tampak semakin tandus. Gumamnya berlanjut, "Semuanya adalah para pengembara, dengan keberanian yang tak dimiliki orang lain untuk menjelajahi ketidaktahuan di kejauhan, dan mungkin takkan pernah kembali selamanya."
“Gemuruh...”
Kapal pendarat pertama terangkat ke udara, mendominasi pusat kamera. Pembawa acara di pojok kiri bawah juga bersinar merah oleh kegembiraan, tak kuasa menahan gejolak hatinya menyaksikan momen bersejarah ini.
Segera menyusul kapal kedua, ketiga...
Rangkaian kapal pendarat dengan cepat menyusut di angkasa luas, menghilang dari jangkauan lensa.
