Perkataan wanita tak bisa dipercaya satu kata pun.
Terutama ketika seekor ikan mati bilang mau tidur denganmu, ini sungguh...
Cheng Yun berdiri di kamar tidur Bos Tang, menggelengkan kepala, pandangannya sedikit menunduk ke bawah, siluet punggung Tang Qingyan yang tengah berbaring di ranjang langsung memenuhi kelopak matanya. Postur tubuhnya yang masih mengenakan pakaian olahraga terlihat sangat menggoda, kepang dua di kepalanya memicu keinginan untuk menariknya.
Baru selesai minum arak dan keluar masih baik-baik saja, seiring penyerapan alkohol dan hempasan angin dingin, ketika Bos Tang sampai di bawah rumah mereka, bahkan menggendong di punggung Cheng Yun pun sudah mulai goyang, akhirnya Cheng Yun yang menggendongnya naik ke lantai atas.
Sekarang benar-benar berubah menjadi ikan mati.
“Ah...”
Cheng Yun menghela napas, menggerakkan tubuh bagian atasnya sambil memandang sekeliling kamar itu dengan kegelisahan.
Syarat rumah tua ini memang buruk, tapi siswi yang memperhatikan kualitas hidup selalu bisa menyusun kamar sewaan menjadi cantik penuh cita rasa.
Dinding ditempeli wallpaper bersih, menutupi plester dinding yang mengelupas atau berjamur akibat kelembapan bertahun-tahun; Di sudut kamar terpasang meja rias dengan cermin besar, di atasnya dia memasang lampu hias menggunakan paku tak berbekas; Di atas arena terpajang berbagai ornamen bernuansa sastra dan tanaman pot kecil, tentu saja juga berbagai produk kosmetik dan perawatan yang familiar bagi Cheng Yun tapi tak bisa disebutkan namanya; Di dinding sebelah ranjang terpasang rak dinding grid yang menggantung plastik bunga, lampu munggil, dan keranjang kecil, plus beberapa sticky note bertulisan...
Dia melakukan banyak modifikasi dekorasi, beberapa benda bahkan tak disangka Cheng Yun selaku bos hotel ternyata ada barang semacam ini, rasanya seperti terkena virus berkebun, ingin membelinya untuk dicoba setelah pulang.
Tang Qingyan memang sangat menyukai dekorasi hiasan buatan ini.
Di meja samping tempat tidur terdapat beberapa buku dengan jejak pernah dibaca. Cheng Yun mengambilnya secara asal dan melihat—semuanya novel, sebagian besar karya detektif Higashino Keigo.
Pada sisi lemari pakaian ditempel beberapa kait yang menggantungkan dua mangkuk berbahan kain berwarna biru langit, tidak terasa familiar.
Cheng Yun juga membuka lemari pakaian untuk melihat isinya...
Tiba-tiba, Bos Tang yang tengkurap di ranjang mengeluarkan erangan malas.
"Hm..."
Cheng Yun sedikit kaget. Saat menoleh, dilihatnya Bos Tang sedang berguling ke sisi lain ranjang, seolah posisi tengkurap membuatnya tidak nyaman. Gerakan dua kaki panjang yang terbungkus celana kompresi selama proses ini membuat mulut Cheng Yun terasa kering.
Dengan mata berkunang-kunang, Bos Tang meliriknya sebentar sebelum kembali tertidur.
Cheng Yun terpaksa maju untuk membantunya melepas pakaian dan sandal.
Meski mustahil melakukan hal mesum, bukankah wajar jika ia mengambil keuntungan kecil yang legal selama proses ini?
Pikiran itu melintas di benak Cheng Yun.
Seketika, tangannya seolah tak bisa dikendalikan lagi.
Sebatang jarinya membidik dada Bos Tang, disentuhkan perlahan seolah menyelidiki antara khayal dan nyata.
Hah~~
Sentuh lagi...
Geser sedikit posisinya...
Setelah sekitar belasan kali menyentuh, akhirnya Cheng Yun memastikan: payudara mereka memang lebih montok daripada dulu.
Alasannya pun sederhana.
Banyak siswi yang mengalami perkembangan sekunder di area dada setelah pacaran, dipengaruhi teknik dan pola makan. Faktor teknik tak perlu dibahas, faktor makanan mudah dipahami. Gadis yang belum pacaran biasanya hidup polos atau teratur, tapi setelah menjalin hubungan, pria dan wanita kerap mengonsumsi makanan berminyak dan asin, berburu kuliner enak. Bahkan saat nonton film untuk hiburan, tetap membeli popcorn dan cola - padahal kalau datang sendiri, mereka takkan beli itu... Kegemukan pun menjadi konsekuensi logis.
Setelah putus, jika dalam waktu lama tidak pacaran lagi, beberapa siswi kembali ke pola hidup teratur, mendaftar ulang kartu gym, mulai mengontrol makan dan memperhatikan postur tubuh. Perlahan kadar lemak tubuh pun turun.
“Ah!”
Cheng Yun merasa agak duka.
Bos Tang tetap tak bergerak, membuat Bos Cheng semakin berani, bahkan sempat mengelus sebentar.
Tiba-tiba, Bos Tang membuka mata dan menoleh ke arahnya. Meski sorot matanya tak jernih, ia jelas sedang menatapnya.
“Gesek!”
Cheng Yun buru-buru menarik tangannya sambil tersenyum kecut: “Kau masih sadar ya...”
Bos Tang tetap tak beremosi, juga tak berniat menanyakan.
Sesaat kemudian, tiba-tiba ia tertawa.
Menatapi "ternak" yang ditahan hampir dua tahun ini, ia hanya tertawa terkekeh tanpa bicara.
Apa yang ditertawakannya, Cheng Yun dengan sendirinya tak tahu.
Setelah berpikir, ia berkata: "Kalau masih sadar, lepas bajumu sendiri. Mabuk pasti tak nyaman, istirahat lebih awal. Aku kembali dulu."
Bos Tang tiba-tiba memiringkan kepala ke sisi lain, lalu memiringkannya kembali, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Seolah berkata: Kubolehkan kau tidur di sisi lain.
Cheng Yun benar-benar merasa hatinya berdesir, namun setelah berpikir, ia menggelengkan kepala: "Sudahlah, aku harus kembali. Si kecil itu pasti panik jika tak melihatku. Kau istirahatlah lebih awal."
Tidak bisa tidur, apa artinya tidur!?
Akhirnya Bos Tang membuka mulut: "Kalau begitu pulanglah!"
Cheng Yun mengangguk: "Sampai jumpa besok!"
"Hm……"
Dengan ucapan memanjang, Bos Tang kembali menutup matanya.
……
Gadis kecil Yu Dian bekerja dengan kecepatan luar biasa, terutama beberapa hari terakhir ini ia sudah mulai mahir. Kecuali bagian plot yang harus dibalikkan total atau paragraf yang perlu direvisi kata per kata, sisanya ia hanya menyapu sekilas.
Kecepatan ini membuat manusia biasa sama sekali tak bisa melihat jelas apa yang tertulis di atasnya.
Tapi loli jelas bukan orang biasa.
Tapi bukan semua lokasi yang bisa dibacanya, beberapa bagian yang tak terlihat ya sudah, dengan berbagai konteks dia sendiri bisa menebak hampir pasti, tapi area penting yang dilompati tak bisa ditoleransi, seperti lokasi ini—
Meski sangat ambang batas, gadis kecil Yu Dian tetap sangat familiar dengan darah hatinya sendiri, terutama yang sudah sampai akhir, bagian ini baru diselesaikannya bulan lalu, belum lama berselang, dia ingat bagian ini tidak ada pelanggaran.
Maka gadis kecil Yu Dian menggunakan jari telunjuk memutar roda mouse, langsung melompati.
Tiba-tiba, sebuah jiojio kecil menekan tangannya, bantalan daging memancarkan sensasi lembut dan kesabaran.
"Hm ada apa?"
Gadis kecil Yu Dian menundukkan kepala, bertatapan dengan si loli.
Si loli menatapnya, sesaat kemudian memalingkan wajah, menatap layar komputer, lalu menoleh lagi padanya.
Gadis kecil Yu Dian berdiri kaku beberapa saat, seolah...
...menangkap maksud benda kecil ini?
"……Baiklah."
Gadis kecil Yu Dian mengucapkan dua kata ini dengan suara gemetar, lalu memutar roda mouse ke atas. Ternyata, si loli langsung melanjutkan pandangannya ke layar komputer.
Sementara Yu Dian mengamati punggung kecil itu, ia menjilat bibirnya yang kering: "Kamu membaca secepat ini?"
Si loli tidak menghiraukannya, tetap fokus membaca.
Yu Dian kembali berpikir, tiba-tiba berkata: "Sebenarnya selain mengedit, saya juga harus memeriksa kata yang salah. Jadi saya ingin meminta bantuan Yang Mulia Loli."
Si loli masih mengabaikannya.
Hingga Yu Dian mencoba bertanya: "Saya tahu Yang Mulia Loli bisa membaca karakter dan memahami percakapan kami. Karena Yang Mulia membaca begitu cepat, akankah bisa membantu saya memeriksa kata yang salah?"
Barulah si loli terkejut, menoleh tajam sambil tertegun memandanginya.
Yu Dian mengangguk berat: "Benar, saya sudah mengetahui, tidak menipu Anda!"
Loli kecil terhisap masuk ke dalam Keraguan……
“Kalau gitu kita sepakat!” gadis kecil Yu Dian berkomentar, “Terima kasih Yang Mulia Loli, besok saya akan membeli dendeng sapi kering untukmu!”
“w……Huu……”
Tiga menit kemudian, telapak tangan kecil loli menekan layar, memalingkan wajah dengan sepasang mata bersinar menatap gadis Yu Dian.
Gadis Yu Dian juga sekejap menghentikan mouse-nya.
Ternyata memang, ada satu kata yang salah.
Otot perut tertulis sebagai kutub negatif……
Yu Dian agak terpaku, di satu sisi merasa harus terguncang, tapi di sisi lain merasa ini seharusnya sudah jadi kebiasaan.
Baru sekarang dia menyadari.
Tapi juga seperti sudah tahu sejak lama.
Namun di dasar kalbunya masih berbisik: “Ya Tuhan!”
Sekitar lewat pukul sepuluh pagi, loli kecil kembali memberi salam, lalu melesat naik ke lantai atas.
Yu Dian kebingungan, tanpa alasan tiba-tiba berhenti mendadak.
Kurang dari satu menit, Bos Cheng masuk ke dalam.
Otak gadis kecil Yu Dian berputar kencang memikirkan kejadian, sambil mulutnya tetap menyapa seperti biasa: "Bos sudah kembali?"
Cheng Yun mengangguk: "Hm, sudah bekerja keras. Istirahat lebih awal ya, akhir-akhir ini kondisimu kurang baik."
"Mengerti, terima kasih bos."
"Baik."
Bos Cheng naik ke atas. Beberapa menit kemudian, si loli malah masuk dari luar pintu dengan menyelinap. Gerakan ini benar-benar membuatnya tertegun.
Begitu loli melompat ke meja, manusia dan makhluk itu mulai dengan kecocokan hati.
Di tengah jalan loli naik lagi ke atas. Gadis kecil Yu Dian tetap berhenti menunggu. Kali ini lebih lama, sampai makhluk itu berhasil menanggapi bos, baru turun lagi untuk menemaninya.
Mata gadis kecil Yu Dian berbinar penuh kekaguman...
Berlangsung sampai pukul dua subuh.
Gadis kecil Yu Dian mengetik tanda titik terakhir, di depan tanda titik itu terbuka dengan jelas tertulis tiga kata "Tamatan Buku". Dua bab ini baru saja ditulisnya setelah proses pengecekan dan perbaikan. Darah hatinya yang bertemu angin kencang ini sudah tidak memiliki harapan apapun, ini bisa dibilang memberikannya sebuah akhir.
Meskipun pembaca memang sedikit, dan di dalamnya ada seekor kucing, tapi pasti harus bertanggung jawab sampai akhir.
Gadis kecil Yu Dian meregangkan badan, menunduk melihat si loli, namun hanya melihat si loli terpaku, memalingkan wajah sambil menatap tajamnya, sorot matanya penuh ketidakpercayaan!
"Huu？？？？”
Gadis kecil Yu Dian merasa agak bersalah tanpa alasan, berkata: "Nggak bisa nolak, sudah tidak bisa ditulis lagi, ini sudah diubah sampai tak lagi dikenali, hanya bisa diakhiri secara tergesa-gesa seperti ini. Ah, setelah ini aku tidak akan menulis genre seperti ini lagi."
Si loli terus menatapnya tanpa berkedip, setelah lama baru ia memverifikasi ini benar-benar nyata, kisah ini benar-benar tidak memiliki...
Maka, ia tertunduk.
Depresi.
