“Benda ini... ada hubungan apa dengan perilakumu yang mengkhawatirkan belakangan ini?” Lin Yuanwu akhirnya berhasil merebut kunci dari tangan Zhu Jiayan. Ia mengamatinya dengan seksama, namun tetap tidak menemukan keanehan apapun—bahkan jika kunci ini berasal dari seribu tahun lalu, tidak ada tanda khusus yang membuktikan nilai purbakalanya. Maka benda ini sama seperti semua kunci kuno berkarat yang telah membusuk atau bahkan berubah menjadi debu, tidak bernilai banyak.
“Jadi benar-benar tidak ada apa-apa, aku cuma iseng melihat-lihat saja!” kata Zhu Jiayan sambil mengulurkan tangan ingin mengambil kembali, “Kembalikan padaku!”
"Aku lihat lagi... Aku kan tidak akan merebutnya!" Lin Yuanwu berkata, sambil melirik ekspresi Zhu Jiayan. Senyum tipisnya yang tiba-tiba memancarkan daya tarik memabukkan bagi banyak perempuan—baik yang awam maupun berpengetahuan. "Kau sangat tegang sekarang, Xiao Jiayan!"
"Eh..." Zhu Jiayan menarik kembali tangan dengan canggung, "Ini hadiah dari seseorang, sangat berharga."
"Begitu rupanya..."
Lin Yuanwu mengangguk, wajahnya terbayang ekspresi berpikir mendalam.
Bagi Zhu Jiayan, ia sangat memahaminya. Anak muda ini hampir tidak memiliki hobi negatif—semua kegemarannya pun tidak menghabiskan banyak uang (setidaknya bagi kalangan keluarga mereka). Lagipula Jiayan berkarakter cerah, menyukai olahraga, akhir-akhir ini malah tergila-gila pada Jalan Pedang. Waktunya habis untuk itu semua. Secara logika seharusnya tidak mungkin tercemar hal-hal kacau-balau, tapi mengapa ia begitu panik membutuhkan sepuluh juta?
Itu sepuluh juta lho!
Belakangan ini Zhu Jiayan terus-menerus membeli pisau-pisau portabel dan perlengkapan outdoor, konon juga belajar intensif ilmu bertahan hidup di berbagai lingkungan, seolah ingin melakukan petualangan di Hutan Amazon.
Lin Yuanwu memiliki banyak pertanyaan yang tak terjawab.
Misalnya, ke mana habisnya sepuluh juta itu, atau apakah akhir-akhir ini dia terpengaruh oleh "ahli" tertentu, atau malah tergila-gila pada permainan baru yang mahal dan berbahaya...
Jangan-jangan... ada hubungannya dengan Naqu Sensei itu?
Atau...
Lin Yuanwu teringat film pembongkaran makam yang pernah ditontonnya dulu, ceritanya cukup Xuanhuan, namun akhirnya karakter-karakternya justru mengejar meteor dari luar angkasa yang memiliki radioaktivitas alami, bisa mengacaukan pikiran dan menimbulkan halusinasi.
Sebagian besar hal-hal Xuanhuan memang hanyalah ilusi.
"Ini agak mistis, tapi kalau dipikir-pikir juga masuk akal. Di provinsi Zhaonan sebelah, setiap musim jamur selalu banyak orang yang kontak intim dengan alien dan makhluk jahat. Jika benar ada benda radioaktif dengan efek serupa, yang efeknya lebih tahan lama dibanding racun halusinogen jamur, mungkin bisa membuat perspektif hidup orang normal collapse total."
Menggelengkan kepala, Lin Yuanwu mengesampingkan pikiran kacau ini: "Kamu belum menjawab pertanyaanku."
"Ha? Masalah apa?"
"Apakah benda ini ada hubungannya dengan keanehanmu akhir-akhir ini?"
"Tidak!"
"Lalu sebenarnya kamu sedang apa belakangan ini? Ke mana uang sepuluh juta itu habis?" tanya Lin Yuanwu, "Semua orang bilang kamu akhir-akhir ini seperti kesurupan."
"Bukan begitu, mereka cuma mengada-ada." kata Zhu Jiayan, "Aku cuma malas keluar rumah saja."
"Hampir saja kamu membeli senjata api ilegal!"
"...Bagaimana kamu tahu?"
"Aku punya saluran informasiku sendiri." kata Lin Yuanwu.
“Benar-benar tidak ada apa-apa!” Zhu Jiayan ragu sejenak, "Aku tahu batasan, aku sadar sedang melakukan apa."
“Semoga saja begitu!”
“Hm.”
“Aku mengajakmu jalan-jalan, kebetulan akhir-akhir ini aku kosong, mari kita rileks sejenak, pergi agak jauh.” Lin Yuanwu menghela napas lega, tak lagi memikirkan hal ini, "Setelah kembali, kita menginap dua hari di Hotel Anju saja."
“Ke mana?”
“Berburu, ke Xiling.”
“Xiling ya…” Zhu Jiayan hampir bertanya "Bukankah baru pergi tahun lalu?", tapi segera menyadari sesuatu. Ia hanya bergumam lirih sambil memandang Lin Yuanwu dengan penuh empati, “Baiklah! Aku merapikan barang dulu!”
“Hm! Jangan mengulur-ulur waktu.”
“Hm!... Itu... Kunci!”
Zhu Jiayan akhirnya mengambil kembali kunci itu, menyelipkannya dengan hati-hati di tubuhnya, baru kemudian berjalan menuju lantai atas.
Dia ingat Sang Kepala Stasiun pernah berkata, benda ini setidaknya baru akan dinyalakan satu dua bulan kemudian. Jadi dalam satu dua bulan ini, dia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dalam imajinasinya, dia mungkin akan menghadapi berbagai macam situasi tak terduga. Dia harus menjamin dirinya memiliki kemampuan untuk merespons. Selain itu, mengingat dia sudah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan tak tahu apakah bisa kembali, dia juga harus mencari kesempatan untuk memberi penjelasan pada orang-orang di sekitarnya.
Ini juga termasuk dalam bagian "persiapan" yang harus dia lakukan.
Namun hal ini terlalu unik, Zhu Jiayan tak berani bicara terus terang. Dia hanya bisa menyampaikan kabar "mungkin akan meninggalkan mereka beberapa waktu" secara samar di saat yang tepat, atau menggunakan cara lain agar orang-orang terdekatnya tidak khawatir.
Perjalanan ini jelas mengandung bahaya.
Hanya saja dia sudah memiliki semangat untuk terus melangkah maju tanpa ragu.
Anggap saja ini kali terakhir bermain bersama dua kakak laki-lakinya. Tak lama lagi, mungkin dia tak akan menjadi Zhu Jiayan yang dulu lagi.
……
Waktu dua hari berlalu secepat kedipan mata.
Yin Nuxia telah memulai pertarungan eliminasi, yang juga disebut pertandingan delapan besar atau perempat final. Selanjutnya akan masuk ke babak semifinal. Semua penghuni penginapan termasuk Bos Tang di seberang jalan memberikan perhatian tinggi pada kompetisinya.
Dalam dua hari ini, para penghuni penginapan juga menyadari kondisi mental gadis kecil Yu Dian dan si loli yang tampak bayangan keraguan.
Cheng Yun tidak bisa terlalu banyak mengintervensi urusan gadis Yu Dian. Namun untuk si loli, ia selalu mengira bahwa kontak berlebihan antara dirinya dengan Bos Tanglah yang membuat benda kecil ini terus-terusan berimajinasi liar hingga menjadi muram. Maka setiap hari ia bermain variasi untuk menghiburnya: memasakkan daging sapi kesukaannya, menemani bermain dengan tikus kecilnya, mengerjakan PR dan melukis bersama, membantu mencuci hiu kecil dan lumba-lumba kecilnya hingga bersih berkilat... Sayangnya tanpa sengaja merusak bingkai merah di dalamnya...
Pada momen-momen seperti itu, si loli tampak bahagia. Namun begitu ia pergi, sang loli kembali muram.
Cheng Yun juga merasa sangat kepasrahan akan hal ini.
……
Pukul sepuluh pagi.
Cheng Yan dan Tang Qingying baru saja kembali dari sekolah, mereka berdua duduk di atap gedung, membawa sepiring buah-buahan, menyeduh sekopp teh hitam dengan madu dan mawar, menikmati waktu yang tenang.
"Eh, menurutmu..." tiba-tiba Cheng Yan berkata, "Apa Kak Yu Dian baru putus cinta atau bagaimana?"
“？？？”
"Ekspresimu yang seperti apa itu?"
"Kapan Kak Yu Dian sempat pacaran? Bukankah dia seorang ibu tunggal?" Tang Qingying terpaku.
"......" Cheng Yan agak tak tahu harus berkata apa, "Maksudku, akhir-akhir ini kondisi Kak Yu Dian agak tidak biasa, dan juga terlihat sangat santai. Mungkinkah sebelumnya dia diam-diam punya pacar, mungkin cinta online, lalu putus?"
"......Mengapa kamu tidak menanyakan apakah kakakmu sedang berpacaran dengan Tang Qingyan?"
"Aku tidak peduli."
“Kak, itu kan kakakmu satu-satunya!” Garis hitam muncul di dahi Tang Qingying, “Karakter calon kakak iparmu akan langsung menentukan kualitas hidupmu di masa depan!”
“Sudah ada yang peduli menggantikanku.”
“Pfft...”
Tang Qingying tak tahu harus berkata apa.
Cheng Yan masih penasaran: “Menurutmu ada apa dengan Kak Yu Dian?”
“Entahlah, mungkin lagi datang bulan.”
“Tapi dulu dia tidak pernah seperti ini.”
“Mungkin ini datang bulan besar setahun sekali.” Tang Qingying menjawab asal sambil mengingat pasangan pria-wanita yang sedang memasak di lantai bawah, dadanya terasa sesak, “Beberapa cewek memang begitu. Biasanya baik-baik saja saat haid, tapi sesekali bikin nyaris tewas!”
“Ada kasus seperti itu?” Cheng Yan terkejut.
“Kau mana mungkin tahu, sikapmu kaku seperti pria!” Tang Qingying berkata dengan ekspresi datar.
“Percakapan selesai di sini.”
“Hmph!”
“Ngomong-ngomong, sudahkah kau ajari Kakek Ji menggunakan ponsel kemarin?” Cheng Yan tiba-tiba bertanya lagi.
“Percakapan sampai di sini.” Tang Qingying mengulangi ucapan yang barusan dia katakan.
“……Benar-benar layak dipukuli!”
“Ayo!” Tang Qingying menutup mata dengan erat, “Aku mengedip sekali saja, hitungannya aku kalah!”
“……”
Waktu berlahan-lahan, tak lama kemudian Bos Tang dan Liu Da Nüshen membawa lauk naik ke lantai atas, di belakangnya diikuti Kakek Ji yang memanggul rice cooker.
Tang Qingying dan Cheng Yan juga buru-buru berdiri, membersihkan meja kopi dan menyusunnya, lalu turun untuk mengambil lauk.
Hidangan di meja terlihat sangat berwarna-warni.
Kakek Ji melirik ke meja, hatinya tersentuh, lalu berkata pada semua orang: “Terima kasih banyak atas bantuan kalian beberapa hari ini, sungguh membuat kakek tua seperti aku merasa tidak enak!”
Semua orang terus-menerus menyuruhnya jangan sungkan-sungkan.
Hanya Tang Qingying yang tidak bersuara. Beberapa hari terakhir dialah yang paling sering kontak dengan kakek. Bukan hanya dia yang membantu kakek memahami budaya planet, sang kakek juga banyak membantunya. Yang paling membuatnya berterima kasih adalah kenyataan bahwa bahkan setelah mendengar kisahnya berebut kakak ipar dengan kakak kandung sendiri, sang kakek sama sekali tidak menunjukkan ekspresi heran apalagi prasangka berlebihan, seolah ini hanyalah urusan biasa baginya.
Bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang sepenuhnya bebas dari prasangka duniawi seperti ini, Tang Qingying selalu yakin ini adalah keberuntungannya. Hanya dengan cara inilah dia bisa sepenuhnya mengungkapkan keresahan hatinya, tanpa perlu khawatir pihak lawan akan menganggapnya aneh.
Sedangkan Kakek Ji berperilaku persis seperti... seorang lansia yang polos menyukai obrolan dengan anak muda. Sesekali memberi nasihat bijak yang kebetulan tepat sesuai standar, membuatnya merasa semua perkataan kakek selalu berada di pihak benar.
Karena itulah Tang Qingying sangat berterima kasih pada sang kakek.
"Bersamaan dengan itu, dia juga tahu, setelah menghabiskan makan siang, Kakek Ji akan pergi, terus membawa istrinya, teman-teman lamanya, untuk mengejar mimpinya."
"Sekitar pukul satu."
Tang Qingying berdiri di pintu hotel, menatap Kakek Ji yang kikuh memasukkan ponsel ke dalam penyangga, dia berkata: "Jika masih ada yang belum Anda pahami, langsung telepon saya saja. Kalau saya ingin mengobrol lagi, saya juga akan menelepon Anda."
Kakek Ji mengangguk: "Bagus!"
"Sentuh dokumennya."
"Tenang saja, semuanya sudah lengkap."
Dengan gemuruh, motor tua itu telah dinyalakan, tangan keriputnya menggenggam setang, urat-urat di tangannya terlihat jelas-jelas.
Cheng Yun melambaikan tangan ke Kakek Ji: "Kalau ada masalah apa pun, langsung hubungi saya."
"Baik, terima kasih kalian, anak-anak muda." Kakek Ji juga melambaikan tangan, "Saya pergi dulu, tidak usah banyak basa-basi. Waktu yang tersisa tidak banyak, harus dihemat."
"Selamat tinggal."
"Hati-hati di jalan."
"Selamat tinggal."
Kakek Ji mengenakan helm, tersenyum memandang Tang Qingying yang enggan melepaskan, sepeda motor perlahan mulai bergerak.
Turun dari trotoar, ia menoleh tajam ke arah semua orang, sedikit memutar pedal gas, tak lama kemudian menghilang di ujung jalan.
