Bab 16 Celaka, Boss Kembali Buang Integritas!
Kembali dari Grup Lei, Lan Xin menelepon rumah perawatan. Kabarnya kondisi ibunya hari ini baik.
Dia menemani ibu dan anak perempuan Keluarga Lan menjadi mucikari untuk Lei Tingyu. Meski membuat Bing Shan (Si Gunung Es) kesal dan mengurungnya setengah hari, sebelum berangkat dia sudah bernegosiasi dengan Lan Mantian agar ibunya bisa menelepon.
Telepon kurang dari 1 menit, membuat mood ibu stabil selama beberapa hari, layak dipertimbangkan.
Mengetahui bisa hidup tenang beberapa hari, Lan Xin merasa sangat senang, memasak sendiri beberapa hidangan lezat sambil memfoto dan mengunggah ke WeChat.
Keahlian masaknya dari usia 18 tahun sampai sekarang, melalui 4 tahun pemurnian, sepenuhnya disesuaikan dengan selera Bing Shan. Mengingat kelakuannya yang menyebalkan di perusahaan hari ini, dia membuat Buddha Melompat Tembok dengan dessert kue stroberi mousse.
Semua favoritnya. Membayangkan dia takkan bisa menikmati masakannya lagi, amarah karena pernah dipaksa menyuapi makanan dengan tangannya mulai berkurang.
Makanan yang dibuatnya menggugah selera. Foto-foto diunggah ke lingkaran pertemanan. Fotografi adalah hobi terbesar Lan Xin yang bahkan pernah dipelajari secara sistematis selama setahun.
Di akun WeChat pribadi dan Weibo-nya, terpampang berbagai foto bertema berbeda hasil bidikannya.
Baru duduk, mendapat pesan dari lex yang sembarang ditambahkan di perusahaan Lei hari ini.
lex: Kelihatannya enak
My Ex is Iceberg: Um um, hari ini mood bagus, masak enak buat menghibur diri.
lex: Oh? Mengapa?
Lan Xin awalnya ingin menjawab: Kondisi penyakit ibuku stabil, jadi aku senang.
Tapi ingat mereka tidak terlalu dekat, hanya mengetik sembarangan.
Kediaman Lei
Lei Tingyu dengan muka masam duduk di meja makan gaya Eropa yang panjang, asyik memainkan ponsel tanpa bicara.
Saat kepala pelayan membawa hidangan Jepang yang ditentukan oleh Thunder Yu, tiba-tiba ia melempar ponselnya ke lantai dengan keras.
Kepala pelayan meletakkan nampan makanan dan memberi isyarat pada pelayan wanita yang ketakutan di sampingnya untuk mengambil ponsel yang dijatuhkannya.
"Tuan muda, waktunya makan."
Thunder Yu langsung kesal melihat sushi, "Bawa pergi!"
"Tapi bukankah Tuan yang meminta sushi salmon wasabi saat baru kembali tadi?"
Thunder Yu mendengus. Kejadian siang tadi membuatnya masih punya sedikit rasa suka pada wasabi, tapi setelah melihat pesan WeChat dari perempuan tak berhati nurani itu, sekarang ia sangat membenci makanan ini.
Kepala pelayan yang telah melayani Keluarga Lei selama puluhan tahun, sudah menganggap Thunder Yu seperti anak sendiri dan terbiasa dengan sifatnya yang temperamental.
"Kalau begitu akan kusuruh dapur mengganti menu. Masakan favorit Tuan, Buddha Melompat Tembok sebagai hidangan utama, dessert stroberi mousse—"
Wajah Thunder Yu dingin membeku seperti es.
"Jangan sampai kudengar nama hidangan itu lagi! Beri aku tumis bunga anggrek pedas!"
Pelayan wanita di sampingnya gemetar ketakutan mendengar nada bicaranya yang membeku, sementara kepala pelayan dengan tenang melambaikan tangan menyuruh si pelayan pergi.
"Apakah bertengkar dengan Nyonya muda?" Kepala pelayan menarik kursi dan duduk, "Cuma mendengar nama hidangannya saja sudah tahu Tuan sedang menggerutu."
"Dia tidak pantas!"
"Kalian anak muda zaman sekarang terlalu individualis. Saling berseteru tapi tak ada yang mau mengalah. Entah apakah sebelum saya pensiun bisa melihat tuan kecil masa depan lahir."
Kepala pelayan berpura-pura menepuk lengannya, mata tua penuh bergosip melirik ponsel Lei Tingyu.
Yang berani bersikap seenaknya di hadapannya, selain Lan Xin, hanya kepala pelayan yang telah mengabdi 20 tahun ini.
Lei Tingyu cepat-cepat menahan ponsel di meja, tapi kepala pelayan sudah melihatnya.
Pantas Tuan muda marah sampai begitu, Nyonya muda memang terlalu nakal.
Meski tidak main WeChat, foto Nyonya muda di profil jelas fotonya sendiri, tidak mungkin salah kenal.
Nyonya muda bilang, kalau tidak kenyang minum dan makan, mana ada tenaga ke bar cari jodoh~ Banyak pria ganteng, pengin coba mendekati.
"Nyonya muda bukan perempuan sembarangan, kalau ragu telepon saja untuk konfirmasi. Merajuk sendiri di rumah sampai perut sakit."
Lei Tingyu yang ketahuan rahasia kecilnya langsung kemarahan memuncak.
"Chen Shen, kamu sudah waktunya pulang!"
"Zieeett, Waktu belum habis. Menurutku maksud Nyonya muda bukan begitu."
"Drama hantu yang kamu tonton itu sepertinya mau mulai." Lei Tingyu tak sabar mengusir. Kalau bukan kepala pelayan, sudah dilempar keluar.
Kepala pelayan menepuk keningnya lalu berdiri, "Hampir lupa. Dulu saat Nyonya muda di rumah, kami sering Kejar drama bersama. Dia paling suka Sang Zirui, aktor utama drama ini."
"TV kabel di rumah rencananya bulan depan saya matikan." kata Lei Tingyu dingin.
“Ya ampun! Istri tua ini hanya punya hobi segini saja kau masih mau mencabutnya!” Kepala pelayan bergumam pelan, terus melesat ke ruang tamu untuk mengejar drama.
Lei Tingyu mengeluarkan ponsel, menghubungi manajer departemen perencanaan.
“Segera batalkan rencana endorsemen Sang Zirui dengan Grup Lei, ganti orangnya.”
Menutup telepon, dia kembali menekan nomor lain.
“Kepala Kepolisian Zhang, ada hal yang perlu kubicarakan denganmu...”
Setelah menutup telepon, wajah suramnya sedikit mereda, sorot matanya memancarkan senyum haus darah.
Bagus, masih berani pergi ke bar merayu-rayu cari petualangan, sepertinya waktunya sangat longgar.
Berdiri menuju kamar, mengambil beberapa lembar dokumen, memotretnya dengan dingin lalu mengirim ke surel Lan Xin.
Lan Xin menikmati makanannya dengan puas.
Lex masih belum memberi tanggapan, mungkin ketakutan oleh ucapan vulgarnya.
Sebenarnya dia hanya bercanda, tapi rencana pergi ke bar memang benar adanya.
Sahabatnya Mi Feifei baru saja menelepon, bar yang mereka investasikan bersama hari ini grand opening, dia harus datang memberi dukungan.
Saat sedang bersiap ganti pakaian, tiba-tiba telepon berdering.
“Fei, aku sedang ganti baju kok.” Kira-kira Feifei sedang mendesaknya.
“Jangan ganti pakaian, ada sedikit masalah.” Suara Feifei terdengar lesu.
“Ada apa?”
“Jangan diungkit lagi, atasan tiba-tiba dapat angin apa, kami mendadak dapat pemberitahuan malam ini akan ada inspeksi kebakaran dadakan di seluruh bar kota. Acara pembukaan harus ditunda. Skala sebesar ini, semua bar di kota wajib tutup!”
“Kenapa bisa kebetulan begini?”
Kejadian ini persis seperti karakter Bing Shan yang berubah sekejap mata - dari cuaca cerah tiba-tiba berubah menjadi angin meraung.
“Siapa yang tahu? Mungkin ada rekan seprofesi menyinggung pejabat atas sampai kami jadi korban. Eh, katanya bos besar Lei Tingyu-mu dekat dengan Kepala Biro Kota Zhang. Bisa tolong tanyakan?”
Lan Xin belum mengumumkan perceraiannya. Dengan alasan seadanya, dia menutup telepon sambil menarik napas lega.
“Huss, bertanya apaan? Aku baru saja melepaskan diri dari pria itu. Lebih baik tak ada hubungan lagi seumur hidup!” gumam Lan Xin sendiri.
Sambil memeluk kue strawberry mascarpone, dia nyaman bersandar di sofa sambil menyalakan TV untuk menonton drama baru Sang Zirui.
Sang Zirui memerankan CEO yang otoriter dengan tokoh utama wanita kelinci putih yang cintanya bak hidup dan mati. Tanpa sadar, Lan Xin mengganti wajah aktor itu dengan Lei Tingyu.
Secara objektif, Lei Tingyu lebih tampan dari idola manapun. Auranya juga tak bisa ditiru selebriti mana pun, sayang karakternya terlalu menyebalkan...
Lan Xin menggelengkan kepala. Kenapa lagi-lagi memikirkannya? Apa dia punya kecenderungan masokis? Sudah diperlakukan semena-mena, masih juga terpikir.
Ponsel memberi notifikasi ada surel, dia membuka, matanya tiba-tiba membesar, menarik napas dalam-dalam.
Thunder Yu, berani mengirim ini padanya?!
