Bab 18 bos kembali merendahkan orang
Setiap kali meninggalkan Lei Group, Lan Xin selalu berharap ini yang terakhir. Tapi ketika kembali menginjakkan kaki, beban psikologis langsung menyergap.
Membawa kue stroberi buatan sendiri, Lan Xin menepuk wajahnya yang kaku karena kurang tidur dengan satu tangan.
Semalam dia insomnia, alasannya memalukan.
Ternyata dia memimpikan Lei Tingyu yang selalu mengganggunya, dengan pose seksi menopang lengan, menindihnya sambil melakukan ini dan itu...
Fragmen mimpi mesum mengambang di pikirannya. Lan Xin memerah, buru-buru mengeluarkan Kit Rahasia dari saku, membaca isinya untuk mengalihkan perhatian.
"Kitab Preferensi Lei Tingyu" ini telah menemani selama hampir 4 tahun. Sebagian besar isinya sudah dihafalnya.
Setelah membaca berulang, tercatat jelas: Lei Tingyu menyukai wanita lembut. Tapi semalam dalam mimpinya, dia terus memanggil: "Kucing liar kecil, kamu bisa lebih liar lagi, sayang!"
Suara berat nan seksi yang parau.
Hati Lan Xin berdebar, nyaris tak bisa memusatkan kesadaran.
Saat mereka bersama... melakukan 'itu', dia seperti berkali-kali membisikkan kalimat itu di telinganya.
Kenangan itu terlalu panas, bahkan tubuhnya merasakan reaksi kimia yang seharusnya tidak muncul karena ingatan-ingatan ini......
Dia menjepit wajahnya dengan kedua tangan, "Berhenti, Lan Xin, kumpulkan harga dirimu!"
Pria itu terus memaksanya sampai jalan buntu, tapi dia malah memikirkan hal-hal yang tidak penting!
Kali ini meski Bing Shan memanfaatkan kesempatan untuk merendahkan, tapi memang dia yang salah duluan.
Lan Xin adalah orang yang berani bertanggung jawab. Dia berencana menanggung malu dan beban berat untuk mendapatkan kelonggaran dari Bing Shan. Jika tidak bisa mendapat pengampunan, setidaknya harus mensyaratkan pembayaran cicilan.
Dalam mimpi berwarna, dia menggoda dengan jahat memanggilnya "kucing liar kecil", tapi Kit Rahasia jelas-jelas menulis bahwa dia paling benci wanita tomboi yang kasar.
Lan Xin sempat bimbang, tapi akhirnya memutuskan mengikuti petunjuk Kit Rahasia.
Kit ini dibuat keluarga Lan dengan susah payah, mengumpulkan data yang cukup menyeluruh. Dibandingkan ocehan tak karuan pria di bawah ranjang, dia lebih percaya ini.
Setelah berkali-kali mengecek ekspresi lembut dan anggun di panel pemantul cahaya elevator, barulah Lan Xin keluar.
Kali ini dia tidak menunggu lama, sekretaris segera membawanya ke kantor CEO.
Lei Tingyu seperti biasa sibuk bekerja. Hanya meliriknya sekilas, bahkan malas bicara, langsung menunduk kembali ke dokumen.
Aroma manis mousse segar yang dibawa Lan Xin sampai ke hidungnya. Dia menengadah, mengerutkan kening.
"Apa ini?"
“Kue mousse stroberi buatan tanganku, aku ingat kamu paling suka makan ini.”
“Aku sangat tidak suka.”
“Oh, kalau begitu akan kubuang.” Pujiannya malah ditolak, Lan Xin merasa agak sayang. Kue mousse ini dibuatnya dengan sangat tekun, sayangnya Si Gunung Es Lei terlalu rewel.
Kotak makanan elegan itu sudah tergantung di atas tong sampah.
Tiba-tiba, tangannya kosong. Ketika melihat lagi, kotak makanan sudah direbutnya dengan cepat dan ditaruh sembarangan di meja.
Lan Xin: ...
Sebenarnya mau apa sih? Yang bilang tidak suka kan dia, yang melarangnya membuang juga dia?
“Kamu mengganggu kerjaku, minggir.” Dia mengeluarkan ultimatum.
Lan Xin terpaksa duduk kembali di sofa, menunggu dengan diam sampai dia menyelesaikan pekerjaannya.
Kue mousse stroberi adalah salah satu kudapan andalannya.
Lei Tingyu yang sudah beberapa hari tidak makan tepat waktu, mencium aroma menggoda dari kotak makanan yang sulit ditutupi, ditambah wangi manis khas dari perempuan di sofa itu, membuat konsentrasi kerjanya terpecah separuh.
Menyadari efisiensi kerjanya yang super tinggi kembali turun karena perempuan ini, Lei Tingyu melotokinya dengan tajam.
Lan Xin yang sedang asyik meneliti dekorasi kantornya, tiba-tiba dilotoki, hanya bisa mengedipkan mata dengan polos.
Dia tidak melakukan apa-apa, tuan ini gila lagi kenapa?
Ketika akhirnya selesai bekerja, dia menengadah mengusap leher yang kaku. Perempuan di sofa itu ternyata tertidur selama proses menunggu.
Dia berjalan mendekat, menundukkan kepala memandangi wajah tidurnya, di matanya muncul kelembutan. Hanya saat tidur, barulah dia bersikap sangat penurut.
Lan Xin sedang mengalami mimpi buruk yang menyeramkan.
Dia bermimpi dirinya diikat tali, berubah menjadi yo-yo kartun, versi diperbesar Lei Tingyu dengan tanduk iblis dan gigi hantu kecil yang menarik tali sambil tertawa licik padanya.
Setiap kali dia mengira akan lepas dari kendalinya, seketika ditarik kembali oleh tali itu.
Merasa Lan Xin tidur tak tenang, Lei Tingyu melepas jasnya dan menyelimutkannya dengan lembut. Lingkaran hitam di matanya sangat pekat, rupanya beberapa hari ini dia kurang istirahat.
"Kakak selamatkan aku, ada hantu!"
Lan Xin mengigau dalam tidur. Panggilan "Kakak" ini membuat wajahnya berubah pucat. Apakah dia sudah ingat?
Dia menunduk, menempelkan wajahnya dekat mulut Lan Xin.
"Xin Xin, apa yang baru kau katakan tadi? Ulangi sekali." Pria yang biasanya dingin ini tak disangka menunjukkan harap tanpa sadar.
Alis kecilnya mengerut keras. Tiba-tiba, dia mengayunkan tinju mungilnya ke arah wajah Lei Tingyu.
"Lei Tingyu, kau tuan tanah rakus, kapitalis tak tahu malu, roh jahat minggir!"
Tinju yang tepat mengenai mata itu membuat wajah Lei Tingyu menghijau.
Dia bangkit, mengepal tinju sambil menahan dorongan untuk menarik Lan Xin dan memukul pantatnya. Dengan wajah tegang, dia merenggut kembali jas yang menyelimuti Lan Xin. "Hmph, tidak akan kuberikan!"
Saat Lan Xin terbangun, sudah 2 jam kemudian.
"Ah! Bagaimana aku bisa tertidur!" Dia menepuk pipinya sendiri, di kantor yang luas hanya tersisa dirinya seorang, Lei Tingyu tak tahu ke mana pergi.
Bahkan kue mousse yang dipesannya juga menghilang.
Setelah bertanya ke sekretaris, barulah tahu Lei Tingyu sudah berada di bandara, dia membuat keputusan dadakan untuk dinas luar kota selama 3 hari.
Lan Xin tak bisa tidak menyalahkan diri sendiri karena tidur yang terlalu lama ini telah menyusahkan.
Jika menunggu Lei Tingyu kembali dari dinas, sudah terlambat. Dia pernah bilang jika tidak membayar ganti rugi dalam 3 hari, akan menuntutnya.
Semua salah mimpi berwarna tadi malam, membuat tidurnya tidak nyenyak!
Lan Xin menelepon Lei Tingyu, telepon tersambung tapi tidak diangkat.
"Pesawatnya jam berapa?"
"Jam 5, Nyonya. Jangan-jangan Anda mau bergegas ke bandara?" Sekretaris itu sangat sopan pada Lan Xin.
"Um, aku ada urgen harus berunding matang dengannya!"
"Saya akan menyiapkan mobil untuk Anda, hanya saja jam segini ke bandara mungkin akan macet."
"Terima kasih, tolong, hari ini aku harus bertemu dengannya!"
Di area VIP bandara, asisten khusus Lei Tingyu Qi Lei berulang kali melihat jam.
"CEO, Anda menunggu seseorang?" Waktu naik pesawat sudah tiba, tapi Lei Tingyu masih duduk mantap, tidak ada tanda-tanda akan bergerak.
Perjalanan ke Kota F ini untuk menandatangani dokumen penting bagi Grup Lei, tapi Asisten Qi tidak mengerti manifestasi Sang Tuan saat ini.
Lei Tingyu tidak membalas, hanya memandang pintu masuk dengan tenang.
Ponselnya berdering, ini telepon pribadi, Qi Lei tidak berani ikut campur.
“Dalam setengah jam terakhir, ponsel CEO berdering lebih dari sepuluh kali. Dia pernah mengingatkan, mendapat dua tatapan Pisau Es dari Lei Tingyu, ditambah satu kalimat, 'Apakah aku tidak punya telinga?'”
Tapi kali ini, Lei Tingyu menjawab.
“Lei Tingyu, kamu di mana?” Lan Xin terjebak macet sebentar, akhirnya tiba.
“Ruang VIP Area C.”
“Tunggu 2 menit, aku sudah sampai di pintu!”
Qi Lei terpaksa mengingatkan, “CEO, waktu boarding pesawat sudah hampir terlewat—Umm!”
“Lei Tingyu, suara apa itu di sekitarmu?”
“Tidak apa-apa, seekor bebek yang sangat berisik.”
Qi Lei menahan air matanya, Sang Tuan Yang Mulia, bisakah tangan mulia Anda diangkat dari mulut hamba?!
Menutup mulut orang saja sudah keterlaluan, masih menyebut orang sebagai bebek, apakah perlu merendahkan orang seperti ini?!
