Bab 19 Memohon Bantuan Harus Disertai Sikap yang Pantas
Kemacetan di jalan sangat parah.
Lan Xin melihat waktu sudah terlewat, dia menelepon, Lei Tingyu belum naik pesawat.
Berlari sepanjang jalan, terengah-engah, akhirnya di ruang VIP melihat Lei Tingyu yang beraura bangsawan, serta Qi Lei yang wajahnya penuh kekesalan di sampingnya.
“Lei, Lei Tingyu!” Dia terengah-engah, menahan pinggang yang hampir patah karena lari, menatapnya dengan wajah penuh kelegaan.
Tubuhnya terangkat ringan, diseret masuk ke kursi kulit lembut. Saputangan dengan aura maskulinnya perlahan menyusur keringat di pelipisnya.
“Lan Xin terkaku, melihat Asisten Qi yang berdiri di samping dengan rasa canggung yang hampir mematikan, segera tersadar.”
“Oh, jadi Bing Shan Lei berpura-pura mesra karena ada orang di sekitarnya?”
“Aku ada hal yang ingin kubicarakan. Apakah ini akan mengganggu waktu naik pesawatmu?”
“Saat masuk, dia melihat papan petunjuk sepertinya sudah lewat waktu.”
“Tidak akan.” Lei Tingyu mengabaikan ekspresi terdistorsi asistennya, berkata tenang, “Pesawatnya delay.”
“Oh, itu bagus sekali.”
“Bagus apa?! Nyonya, tidakkah kau dengar suara pengumuman di belakang? Tidak dengar penghentian pemeriksaan? Tidak dengar...” Gelombang protes dalam hati Qi Lei langsung dibungkam oleh sorot mata tenang Lei Tingyu.
“Baiklah, CEO, terserah Anda!”
“Ada perlu apa mencariku?” Lei Tingyu melirik asistennya, memberi isyarat untuk mundur.
Sekarang, area VIP hanya menyisakan dia dan Lan Xin.
“Aku ingin bicara tentang perbaikan mobil. Sekarang aku tidak punya cukup uang tunai. Bisakah aku membayar 2 juta dulu, sisanya dicicil?”
“Setelah membunuh dan membakar, bisakah penjara juga dicicil?”
Perkataannya membuat semua argumen yang telah disiapkannya mentah di mulut.
“Aku akui, menggores mobilmu salah. Tapi kau juga harus bertanggung jawab sebagian!”
“Oh?” Nada suaranya melengkung.
“Saat itu, kalau kau sengaja tidak datang, mana mungkin aku marah sampai mencari barang pelampiasan.”
“Kalau marah bisa menggaruk dinding. Tapi jangan menggores mobilku.”
Ekspresinya yang terlalu formal membuat Lan Xin meledak.
“Lei Tingyu, haruskah kau bertindak begitu kejam? Mobil itu bagimu cuma setetes air di samudera, aku tidak menghindar dari tanggung jawab, hanya ingin meminta waktu untuk mencicil.”
“Kita sudah ‘bercerai’, menurutku tak ada lagi persahabatan. Bagi pedagang sepertiku, Waktu adalah uang.”
“Mengapa tak ada persahabatan? Malam hujan itu kau memaksaku melakukan hal yang melampaui ‘persahabatan’. Saat itu kita sudah bercerai, aku tak menyalahkanmu telah melanggar batas, bagaimana bisa kau membasmi habis-habisan!”
Bola matanya mengerut mendengar perkataannya.
“Ucapanmu mengingatkanku, memang ada ‘persahabatan’ antara kita.” Pandangannya pada Lan Xin penuh arti.
Kalimat biasa saja, tapi saat keluar dari mulutnya, mengandung nuansa yang tak terdefinisikan.
Lan Xin memerah, menguatkan hati, melanjutkan negosiasi.
“Kecuali hal yang melampaui batas toleransi moral, masalah ganti rugi bisa didiskusikan. Meski sudah bercerai, kita pernah jadi suami-istri selama 2 bulan. Pertimbangkan aku tak merepotkanmu dan tak menggunakan Klan Lan untuk membebanimu, bisakah kau beri waktu untuk mencicil?”
Ia tak menjawab, hanya menyematkan tatapan misterius yang mengikatnya erat.
“Dengan cara begini, sulit untuk membujukku.”
Nada dinginnya cukup membuat orang mundur, tapi Lan Xin adalah gadis tangguh yang terus bertanya tak henti, mengabaikan jarak yang sengaja ia ciptakan.
“Kalau begitu, beri tahu aku, bagaimana cara meyakinkanmu?”
“Sangat sederhana, asalkan kau——”
Matanya seolah bisa berbicara, berbahaya namun memikat. Tangan panjangnya menyentuh wajah mungilnya yang halus, memikat pikirannya dengan sorot mata. Suasana tegang hingga puncaknya——
“CEO, telepon darurat dari Kota F!” Qi Lei masuk sambil membawa ponsel kerja Lei Tingyu.
Seketika merasakan tatapan menusuk Lei Tingyu yang membuatnya seperti ditembus ribuan panah.
Menyadari telah merusak mood sang bos dalam menggoda wanita, Qi Lei ingin menangis tapi tak keluar air mata.
Hu hu hu, di zaman sekarang, menjadi asisten khusus yang kompeten, kok susah sekali ya!
Tangan Lei Tingyu bergeser beberapa senti, mengetuk keningnya dengan ringan.
“Selama aku pergi, gunakan otakmu untuk mencari cara meyakinkanku.”
“Lalu waktu penuntutan——” Tatapannya penuh harap, mata berkilauan.
“Aku akan minta pengacara untuk menunda, semuanya tunggu aku kembali——” Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan.
“Dengan syarat, kau harus baik.”
Misalnya, klub malam, pria tampan, semuanya dilarang dikunjungi.
Dalam perjalanan pulang, Lan Xin merenung dengan serius.
Makna "baik" yang ditekankan Lei Tingyu, sebenarnya apa sih?
Saat masih menikah, setiap kali mereka berguling di ranjang, dia selalu memeluknya sebelum kehilangan kendali, berbisik di telinganya untuk "bersikap baik".
Menurutnya dirinya sudah sangat "baik", setiap tindakan dan ucapan selalu mengikuti "Pedoman Kesukaan Lei Tingyu".
Tapi sepertinya dia tidak tertarik pada dirinya sendiri.
Setelah bercerai, kata "baik" yang dia tekankan berkali-kali membuatnya bingung.
Di dalam hatinya, wanita seperti apa yang bisa dianggap baik.....
Lan Xin memiliki dua akun WeChat. Satu hanya menambahkan Lei Tingyu dan beberapa orang kalangan atas dengan nama yang formal, jarang update.
Akun satunya khusus untuk curhat, sekalian memposting berbagai foto hasil jepretannya. Dengan akun ini dia bertanya pada beberapa koneksi cara membujuk pria.
Semua memberikan berbagai ide, hanya teman baru bernama lex yang memberi jawaban sangat aneh.
Cara terbaik membujuk pria adalah telanjang di ranjang sambil meniup angin bantal.
Pesan ini langsung diabaikan Lan Xin.
Dia menganggap kerinduannya yang disengaja maupun tidak akhir-akhir ini berasal dari kontak tak pantas mereka di malam hujan itu.
Sekali salah, efek sampingnya adalah insomnia berkepanjangan. Dia tak ingin salah kedua kalinya. Sudah bercerai, seharusnya tidak ada kontak fisik lagi.
Akhirnya Lan Xin memutuskan mengikuti saran sahabat Feifei: kebijakan lunak, merendahkan sikap, dan memenuhi keinginannya.
Menggunakan akun alternatif, dia mengirim pesan bertanya kapan pulang. Dibalas: "Sudah di bandara."
Lan Xin tak enak langsung menagih ganti rugi, hanya bertanya "Sudah makan?"
Membicarakan urusan saat makan mungkin lebih mudah Berhasil.
Di bandara, Asisten Qi yang ikut boss pulang menang, satu tangan menarik tas, satu lagi memeriksa rute perjalanan.
“CEO, Yang Shao dari Grup Yangtze telah menjadwalkan makan siang bisnis dengan Anda untuk membahas kerja sama kali ini. Saya sudah menyiapkan file yang bisa Anda tinjau di mobil.”
Lei Tingyu memegang ponsel segera setelah turun dari pesawat. Asisten Qi yang malang hendak mengulangi penjelasannya, tapi tiba-tiba boss berkata dengan datar.
“Tolak.”
“CEO, meski kerja sama dengan Yang Shao terlihat seperti dia yang membutuhkan kita, tapi jika terlaksana akan memberikan keuntungan besar bagi Grup Lei.”
Kontrak bernilai miliaran, begitu mudahnya ditolak!
Qi Lei benar-benar ingin berteriak ke langit: Media yang menyebut CEO sebagai workaholic, datanglah kemari dan lihatlah!
Lei Tingyu mengetik beberapa karakter di WeChat lalu menengadah dengan nada arogan.
“Kalau memang membutuhkan bantuanku, harus tunjukkan sikap yang baik!”
Qi Lei merinding. Kenapa dia merasa perkataan CEO ini sebenarnya bukan tentang kerja sama dengan Yang Shao?
Dan lagi, sorot mata penuh nafsu seperti serigala lapar ini... ada apa sebenarnya......
