Bab 27 Kerabat Penyelamat yang Tepat Waktu Tiba
Di layar besar tengah ruang rapat Keluarga Lei, wajah tampan CEO terlihat kaku.
Speaker berkualitas tinggi memutar suara perempuan yang hanya terdengar tanpa terlihat wujudnya.
Seolah ingin meningkatkan suasana canggung menjadi kanker canggung, suara ini terus memperburuk keadaan.
"Tingyu jahat! Menyuruhku berbaring di ranjang sendiri, kamu malah ngadain rapat buruk. Sudah selesai belum~"
Wajah Lei Tingyu semakin kaku.
Para Supervisor Senior pun ada yang menunduk mengatur dokumen, ada yang menatap langit-langit ruangan dengan ekspresi serius mempelajari pola dekorasinya.
Yang lebih ekstrim malah membongkar mikrofon sambil bergumam.
"Aduh, kok tiba-tiba tidak ada suara? Kualitasnya bermasalah nih!"
"Lan Xin berhasil mengacaukan rapat penting Keluarga Lei sendirian, sekaligus berhasil menurunkan tingkat kecerdasan para elit Keluarga Lei yang selama ini menjadi buah bibir dunia luar."
Prestasi terbesarnya adalah, dia bisa membuat Lei Tingyu benar-benar marah~
Selama tiga hari ini diancam potong gaji, menahan amarah di perut, akhirnya meledak semua di sini.
"Rapat hari ini sampai di sini, rapat ditutup." Lei Tingyu mematikan mikrofon.
Meninggalkan legenda misterius bagi para Supervisor Keluarga Lei.
Siapa sebenarnya perempuan pemberani ini?
Qi Lei yang satu-satunya tahu kebenaran mengangkat bahu, Siapa lagi kalau bukan nyonya bos!
Di tengah rapat, dengan terang-terangan kabur pacaran, menyisakan pekerjaan beres-beres untuk asisten sialan seperti dirinya.
Kalau terus begini, CEO pasti suatu hari akan berubah jadi raja lalai yang main-main dengan api!
Lan Xin melihatnya mematikan komputer, lalu berbaring lurus di ranjang sambil memijat kepalanya, "Ah, sakit kepalaku kambuh lagi!"
Kucing liar! Muka-nya sudah dipermalukan di depan bawahan, baru sekarang pura-pura sakit minta dikasihani?
Mata Lei Tingyu berkilat penuh wibawa, dengan mantap mendekatinya.
Meski Lan Xin memalingkan kepala, dia tetap bisa merasakan tekanan tak terbantahkan dari sosoknya.
Dia menghadap ranjang tanpa bicara, hanya menatapnya dalam-dalam. Saat Lan Xin ingin menyembunyikan wajah di bantal, dia memegang dagunya dan menempatkannya dalam posisi nyaman tapi tak bisa kabur, bersandar di bantal lembut.
"Sorot matanya terlalu tajam, Lan Xin merasa seperti dihukum Ling Chi."
Sebelum dia sempat membuka mulut, perempuan itu sudah mengakui kesalahan terlebih dahulu.
"Baiklah, tindakanku barusan memang tidak pantas. Tahan saja gajiku."
"Hanya menahan gaji?" tanyanya dengan suara berat, jari-jari panjangnya menyapu lembut pipinya yang halus.
Setiap sentuhan meninggalkan aliran listrik yang menggelitik.
"Kalau begitu... gaji bulan depan juga kau potong sedikit?"
Wajaknya tersembunyi dalam bayangan, setengah terang setengah gelap.
"Lan Xin ah..."
Nada bicaranya memanjang dengan berat, jemarinya berpindah perlahan dari pipi ke bibirnya.
Seperti buah ceri matang yang bermandikan embun, menggantung ranum seolah akan jatuh kapan saja.
Pupil hitamnya mengerut, dengan suara yang memikat tanpa ampun, "Sebagai manusia, harus menepati janji."
Siluet cahaya membuatnya tak bisa melihat jelas ekspresinya, tapi bisa merasakan pancaran cahaya ekstrem dari sorot matanya.
Tangannya masih tertahan di bibirnya. Saat saling tatap beberapa saat, bahkan tangan sendiri yang menempel di mulut mungilnya yang basah itu terasa mengganggu.
Membungkuklah ia, jarinya bergeser beberapa inci masuk ke rambut hitamnya yang terurai, menggantikan posisi tangan dengan bibirnya sendiri.
Aura mereka menyatu menjadi satu.
Tidak terlalu bergelora, tapi berkelanjutan, cukup untuk membuat orang menahan napas.
Matanya yang berkaca-kaca memantulkan cahaya, bibir jellynya terbuka lemah, meninggalkan benang perak yang memabukkan.
“Aura tidak stabil, nyaris mendapatkan kembali sedikit kewarasan, mendorongnya dengan tangan.”
“Kalau ada urusan bicaralah, sembarangan mencium orang itu maksudnya apa! Lagipula kita sudah menandatangani kesepakatan kerja, kamu tidak boleh sembarangan melakukan kontak tubuh denganku!”
Ingin menggunakan nada bicara tegas untuk memprotes "pelecehan seksual" di tempat kerja oleh majikan sekaligus mantan suaminya.
Tapi ekspresi seperti ini, ditambah suara yang goyah karena aura tidak stabil, terdengar seperti mengandung sedikit nada merajuk.
Di telinga pria itu, bagaikan anggur premium terbaik, sedikit saja sudah cukup membuat orang mabuk sampai mati.
“Ini bukan kontak tubuh, aku hanya menjalankan ucapanmu tadi. Seorang manusia harus memegang janjinya. Kalau berani mengatakannya, harus bertanggung jawab atas konsekuensinya.”
Tangannya sudah mulai menarik piyama SpongeBob-nya, gaun tidur longgar karakter itu dibuka secara kasar.
Dia sambil melawan radiasi pesona maskulinnya yang luar biasa, sambil melindungi gambar SpongeBob-nya, berusaha agar tidak terbuka.
“Aku bilang apa?!” Bukannya dia cuma iseng mengganggu rapatnya?
“Kamu bilang 'tunggu aku', juga bilang 'biar aku masak mi untukmu di bawah'.” Ujung jari yang sedikit kasar perlahan menggeser lengannya.
Kalimat pertama adalah lelucon yang sengaja dia buat, masih bisa dimengerti.
Kalimat kedua normal saja, dia bilang tidak suka pesan antar, ingin Boss Lei membuatkan mi untuknya.
Cuma ingin sengaja mempermalukan Gunung Es Lei yang sombong itu menjadi ibu rumah tangga di hadapan bawahannya.
"Dia mengakui motifnya tidak murni, tapi ucapan ini wajar, mengapa dia menganggap ini sebagai isyarat untuknya?"
Ekspresi kebingungan yang terlihat di mata pria itu membuatnya menghela napas, "Masih terlalu hijau," sambil menggelengkan kepala.
"Kau hanya bersamaku dua bulan, ini kesalahanku karena tidak mengajarmu dengan baik."
Lan Xin: Ekspresi bingung total.
Mengapa dia merasa hidup dalam dua dimensi berbeda dengannya? Tak satu pun ucapannya yang bisa dipahaminya.
Sedetik sebelumnya nada suaranya lembut, detik berikutnya berubah kasar mendorongnya ke kasur empuk.
Sprei sutra menopang volume dua tubuh, segera mengendur.
"Tak apa, ke depannya semua hal tentangmu akan kuajari sendiri."
Kucing liar kecil yang masih hijau ini terkadang diinjak-injak orang tak berakal di luar. Dia yakin bisa membentuknya sesuai keinginannya.
Akhirnya Lan Xin paham seketika, wajahnya memerah seperti hati sapi.
"Kau... kau tak tahu malu!"
Goblog!
Terlambat, pria yang sudah kelaparan beberapa hari ini bukanlah lawan yang bisa dihadapi Lan Xin hijau.
Cepat sekali SpongeBob-nya terlempar ke lantai, meratapi nasib dengan pilu.
Tubuh berotot setara model puncak itu segera menaunginya.
Lan Xin mendorongnya mati-matian.
"Lei Tingyu jangan begini! Penyewa tak boleh menjalin hubungan dengan karyawan!"
"Jangan nakal, gajimu akan ditambah dua bulan!" Tangannya menekan tubuhnya - mengganggu rapatnya harus membayar harga!
Lan Xin bertarung mati-matian untuk bertahan, tiba-tiba tubuhnya kaku.
Dia mengira perempuan itu menyerah, menunduk dan menempelkan ciuman di pipi mulusnya.
"Dengarkan, kalau tidak nanti kamu akan sangat kesakitan."
Tatapannya aneh, pipinya memerah karena canggung. Perasaan lengket yang tidak wajar ini bahkan membuatnya lupa mendorong tangan nakalnya.
"Tidak boleh, benar-benar tidak boleh."
"Boleh atau tidaknya aku, kamu seharusnya tahu. Patuhlah untukku--"
Pandangannya menyentuh seprai, noda merah yang seharusnya tidak ada di sana membuat suaranya terhenti tiba-tiba.
Dia ingin menangis tapi tak bisa, malu dan marah campur aduk, "Sudah kubilang, benar-benar tidak bisa..."
Tamu bulanan!
Benar-benar tidak tahu harus bersyukur pada "tamu tua" yang datang tepat waktu menyelamatkan integritasnya yang hampir hilang.
Atau sedih karena sekali lagi mempermalukan diri di hadapannya.
