Bab 44 Harap Anda Sekarang Mengeluarkan Semangat Membayar Hutang!
Tempat pensil yang dihancurkannya ini membuat mereka berdua teringat masa lalu.
Lanxin berusaha mengalihkan topik dengan canggung, tapi ia tak mau melepaskan, menahan dagunya dan memaksanya menatap pandangan menyala-nyalanya.
"Tempat pensil Dinasti Qing bukan hanya ini. Jika kau suka, aku bisa memenangkannya di lelang untukmu."
Jika dia bersikap manis seperti malam itu, bahkan jika menginginkan dunia, dia bisa mendapatkannya untuknya.
Suara berat yang menggoda membuat suhu ruangan dan kadar keintiman tiba-tiba melonjak.
Tapi, selalu ada yang merusak suasana.
“Menghantam keras tidak perlu, status saya sekarang terlalu mewah menggunakan barang seperti ini. Tapi bos, jika Anda bersedia meminimalkan hutang budak saya dan membebaskan saya lebih awal, saya akan sangat berterima kasih!”
Perkataan Lan Xin efektif menghancurkan gelembung merah muda di dalam ruangan.
Tangan Lei Tingyu yang mencengkeram rahangnya tiba-tiba mengeras.
“Kau sangat ingin pergi dariku?”
Di dekatnya, dia merasa dirinya "tidak bebas"?!
Lan Xin tidak mengerti, mengapa makhluk ini marah lagi.
Mendorong tangannya, menggosok rahangnya yang sakit karena dicengkeram.
“Jika bukan karena hutang budak, mengapa saya harus tinggal di dekat pria berubah-ubah suasana hati sepertimu? Sungguh, tidak bisakah lebih lembut? Sakit sekali!”
Seandainya tidak peduli padanya, biarkan dia mati kehabisan darah! Lan Xin kesal dengan tatapannya.
Perkataan tidak sengajanya bagai pedang tajam, menembusnya dengan dalam.
Dia menyeringai dingin, mundur dua langkah, menatapnya dengan dingin.
Benar, tubuhnya tak bisa dikendalikan sendiri. Di hatinya, dia hanyalah penjahat keji, mana bisa menyaingi Kakak masa kecilnya yang baik hati!
Lan Xin merinding melihat amarahnya yang tiba-tiba. Hidup bersama pria ini sungguh menyiksa.
“Bersihkan tempat ini.” Nada bicaranya bisa membekukan jadi es.
“Ah?” Dia tak paham mengapa tiba-tiba membahas ini.
Pergeseran topik ini sepertinya agak melompat?
“Karena kamu hanya untuk ‘membayar hutang’, tolong tunjukkan semangat membayar hutang dan sebersihkan tempat ini segera!”
Dia ingin menjadi pelayan, dia penuhi keinginannya!
Maka, Lan Xin mulai membersihkan “Medan Tempur” dengan alat kebersihan di bawah tatapan menusuknya, menerima takdir.
Pertama dia berjongkok mengambil file-file yang dia lempar sembarangan satu persatu, lalu mengumpulkan serpihan besar, terakhir menyapu sisa pecahan kecil.
Dia menyilangkan tangan, bersandar di meja kantor, diam seribu bahasa sambil memandangnya dengan tatapan gelap.
Lan Xin merasakan dingin menyelimuti di bawah pengawasannya.
Mengingat dia kreditur dan dirinya si pengutang malang, ditahan keinginan kabur, dibersihkan dengan sungguh-sungguh.
Ruangan sunyi hanya diisi suara sapuannya.
Lei Tingyu memandang profil wajahnya yang serius, dia benci ekspresi ini.
Dia jelas marah, tapi terpaksa tetap di sini karena tekanan, persis seperti sikapnya saat pernikahan dulu.
Tinju dikepal-kepalkan, perban putih di tangan terlihat menyakitkan.
Kebaikannya padaku hanya demi melepaskan hubungan secepat mungkin.
Luka yang sudah dibalut, menusuk sampai ke tulang sumsum.
“Mu Feng akan mengadakan pesta pertunangan sebulan lagi, kau temani aku hadir.”
Saat sedang membereskan serpihan kaca buatannya, tangannya gemetar sampai pecahan kaca menusuk telapak, darah langsung mengalir.
“Sial!” Ia bergegas mendekat, nada kasar yang tak sesuai dengan gerakan hati-hatinya.
Menyeretnya dan menekannya di sofa, menggunakan obat dan perban yang baru saja dipakai untuk membalut lukanya.
“Apa kamu begitu menyukainya sampai panik mendengar dia akan bertunangan?!” Suaranya penuh amarah.
Sengaja menggosok obat lebih keras, berhasil memancing desisan kesakitan darinya.
“Pelankan.......Siapa yang panik? Kalau kau tidak tiba-tiba bicara, mana mungkin aku kaget?”
Awalnya kondisinya tenang, tiba-tiba dia bicara dingin-dingin seperti itu, wajar orang biasa akan terkejut!
“Dia akan bertunangan, kamu tidak peduli?”
Matanya tak berkedip menatap, mencoba membaca apakah ekspresinya berbeda dengan perkataannya.
“Peduli atau tidak tetap tak bisa mengubah realitas kan? Bos, kalau mau aku temani hadir, jangan lupa naikkan gajiku.” Ekspresinya datar.
Ia tak bisa membedakan dari raut tenangnya, apakah benar sudah tak peduli lagi pada mantan teman masa kecil itu.
Di laci mejanya, tersimpan diam-diam satu lembar data dari biro detektif.
Isinya mencatat jelas kisah masa lalu perempuan itu dengan pria tersebut, tapi ia tak pernah membukanya.
Sekilas pun tidak.
Meski sudah menyelidiki, tapi tak ingin melihat.
Perkataannya ternyata tidak dibuat-buat, bahkan ia sendiri heran bisa menerima kenyataan ini dengan begitu lapang.
"Mungkin, sejak dia bertemu Mu Feng, dia lebih paham daripada siapa pun bahwa kakak sepupu yang dulu mengendarai sepeda mengantarnya melewati jalan-jalan kecil itu, tak akan pernah kembali."
"Dia pun sama, perahu kecil telah melewati ribuan gunung—saat menoleh kembali, tubuhnya tak lagi bisa dikendalikan sendiri."
Tidak puas dengan ekspresinya yang tidak jelas, dia menggenggam tangan wanita itu lebih kuat sampai air matanya hampir keluar, lalu dengan hati-hati meniupnya berulang kali.
"Wanita bodoh yang terus-terusan seperti ini, kau memang tak pernah sekalipun menjadi pintar." Desahnya dalam hati.
Lan Xin mencibir, "Sekarang siapa yang sebenarnya tidak masuk akal?"
Lihat saja luka-luka di tubuhnya—luka di kakinya belum sembuh, tangan sudah bertambah satu lagi.
Sedangkan si biang kerok ini, berani-berainya masih menganggap dia bodoh?
"Kamera, masih nyaman digunakan?" Dia mengikat simpul indah di pergelangan tangannya.
"Sangat bagus! Aku belum pernah pakai kamera sehebat ini—Lei Tingyu, benarkah ini cuma versi sederhana?"
"Tentu saja." Kebenaran yang akan dia bawa sampai mati.
Dengan lutut saja bisa ditebak—andai dia tahu kamera itu harganya setara sebuah vila mewah.
Reaksi pertamanya pasti bukan kegembiraan meluap-luap.
Tapi langsung dijual lagi, lalu buru-buru berusaha memutus hubungan dengannya!
Memikirkan ini, dia melototi wanita itu keras-keras.
"Wah, kamera ratusan juta bisa memiliki kualitas seperti ini? CEO EF ini sambilan jadi malaikat industri dong. Eh, katanya kalian sahabat ya? Bisa aku temui nanti?"
“Dia meliriknya dengan waspada, ‘Mau ketemu Gong Yun buat apa?’”
“Master Gong Yun dulu pernah juara kompetisi fotografi internasional. Karyanya megah dan luar biasa, aku sangat suka. Kalau ada kesempatan——”
“Dia itu playboy.”
“Hah?” Cuma ingin mengagumi bakatnya dan bertukar pikiran profesional, kenapa Lei Bing Shan bicara begini?
“Orang itu gonta-ganti 3 wanita dalam sehari. Bisa jadi punya penyakit menyeramkan. Jauhi dia!”
Seandainya Gong Yun ada di sini dan mendengar penilaian ini, pasti akan menangis terisak dan merasa difitnah.
Lihat Lei Tingyu kalau mau tahu arti "menusuk teman demi perempuan"!
“Hah? Benarkah? Tak kusangka Master Gong seperti itu?”
“Kalian dekat? Kau tahu banyak soal dia?” Suaranya terdengar berat.
“Aku cuma suka fotonya. Bisa minta tanda tangannya?”
Bukankah Lei Tingyu dan Master Gong teman baik?
“Kehidupan pribadinya kacau. Berbagai perempuan ditampung, tak pernah ditolak. Bisa meniduri banyak wanita dalam semalam.”
Saat Lei Tingyu hendak menghancurkan reputasi sahabatnya, sesuatu yang memalukan terjadi.
