Bab 50: Percakapan Bermakna Ganda
Mu Feng berdiri, "Lan Lan, kali ini aku agak ceroboh, tapi pesanku tetap sama."
Alis tebal Lei Tingyu berkerut.
"Jika kau ada kesulitan, ingat, carilah aku kapan saja. Nomor ponselku belum pernah diganti."
Ia berbalik badan, mengangguk pada Lei Tingyu, "Maaf mengganggu."
Setelah Mu Feng pergi, udara di ruang pasien dipenuhi keheningan yang canggung.
Hati Lan Xin bergejolak tak karuan.
Mengapa dia merasa bersalah pada Lei Tingyu? Memang salahnya makan sembarangan, tapi dia tidak melakukan apa-apa, mengapa tatapannya membuatnya merasa bersalah?
Lei Tingyu menatap wajah penuh rasa bersalah itu, seratus skenario hukuman Ling Chi berkelebat di benaknya.
Bagus, sangat bagus.
Andai dia tidak sakit, andai ini bukan ranjang rumah sakit, pasti akan dia ikat erat-erat, dengan keras, penuh kekuatan——
Imajinasi bernuansa erotis-teror mengalir bebas dari pupil matanya.
Lan Xin mengalihkan pandangan dengan gelisah, tapi segera teringat: atas dasar apa pria ini menatapnya seperti suami yang menemukan perselingkuhan istri?
Saat dia bergaul dengan begitu banyak perempuan, apakah dia protes? Cuma makan semangkuk malatang (makanan pedas) saja...
Dengan sikap tak mau kalah, dia balas menatap. Pandangan mereka bertabrakan di udara, membara... dan terus membara.
"Tuan Lei, Nyonya Lei waktunya pemeriksaan."
Dia menatapnya dalam-dalam, kali ini！(kali ini！)
"Perawat masuk, dengan mahir melakukan serangkaian pemeriksaan pada Lan Xin, mencatat data dengan cermat sebelum mengucapkan 'maaf mengganggu' dan pergi."
"Hanya dalam hitungan menit, amarah Lei Tingyu hampir habis terkikis."
"Melihatnya patuh menjalani pemeriksaan, wajahnya menyeringai menahan ketidaknyamanan, api kecemburuan sebesar apapun di hatinya langsung padam."
"Dia menuangkan semangkuk sup herbal berkhasiat obat dari termos, lalu memerintahkan pada Lan Xin:"
"Tidur telentang, buka mulut!"
"Aku tidak lapar."
"Kau ingin kubuatkan minum paksa?"
"Lan Xin mengerlingkan mata. Lihatlah, tiga kalimat saja sudah menampakkan sifat aslinya."
"Lambungku saja yang bermasalah, tanganku masih baik. Aku bisa minum sendiri."
"Jangan bergerak!" Tangannya menekan tubuhnya, gerakannya masih terasa kaku akibat kejadian tadi, membuatnya kesakitan.
"Lei Tingyu, bisakah kau berhenti seperti ini? Tak bisakah kau bertanya tentang perasaanku?"
"Perasaan?" Ucapan ini justru memantik amarahnya kembali.
"Lei Tingyu menaruh mangkuk dengan kasar di meja samping tempat tidur. Kuah panas menyembur ke tangannya, langsung memerah kulitnya, tapi dia tak peduli."
"Lan Xin, untuk apa aku memedulikan perasaanmu? Sejak awal sampai sekarang, mana ada satu pun perasaanmu yang benar!!"
"Dari perceraian, sampai mesra-mesraan dengan senior hantu itu! Jika aku mengikuti keinginanmu, kau pasti sudah kabur entah ke mana, terluka diinjak-injak orang di luar sana!"
"Apa salahku?"
"Lei Tingyu segera mengarahkan pandangannya ke tong sampah. Dua tas makanan di dalamnya menunjukkan betapa manjanya dia."
Lan Xin batuk dua kali dengan canggung.
"Ini kan cuma kecelakaan, bukan salahku. Coba saja kau makan ramuan obat ini, sebanyak apa pun nutrisinya tetap saja hanya bubur! Aku bukan bayi lagi!"
"Yang dianggap madu oleh A justru racun bagi B! Yang kau anggap baik belum tentu benar-benar cocok! Sembarangan makan tidak baik, sembarangan mencari pria lebih parah lagi!"
"Hubunganku dengan senior bukan seperti yang kau kira—— Sudahlah, untuk apa aku menjelaskan padamu."
"Tunangannya berasal dari grup Lin Hai keturunan Tionghoa di negara E. Menurutmu, di hadapan kepentingan keluarga, dia akan memilihmu?" Selain dirinya sendiri, pria mana yang bodoh sampai menikahi kucing nakal tanpa latar belakang?
"Aku juga tidak berencana mencari pria lagi untuk diri sendiri."
Hati Lei Tingyu cerah seketika, tapi langsung berubah mendung oleh satu kalimatnya.
"Aku sudah menikah lalu bercerai. Sekarang aku mengerti pria adalah makhluk paling tak berperasaan di dunia, persis sepertimu——mencabut tanpa perasaan, saat ada masalah langsung menyangkal istri demi menyelamatkan diri."
Saat mengobrol dengan Mu Feng tadi, Lan Xin benar-benar merasa ringan seperti kembali ke zaman siswa yang harmonis. Perkataan Mu Feng membuatnya merasa masih ada yang peduli.
Tapi, hanya sampai di situ.
Yang sudah berlalu, tetap tidak bisa diulang.
"Mencabut apa yang tanpa ampun, dia sudah bilang lebih dari sekali." Lei Tingyu menyipitkan matanya, lalu berkata dengan tenang.
"Kalau tidak mau mencabut, juga boleh."
"Apa?" Lan Xin tidak mendengar jelas.
Lei Tingyu mendengus, menyatakan jika kondisi fisiknya sekarang tidak bermasalah, dia seharusnya langsung merobohkan orang itu...
"Tanganmu sudah merah karena panas, cari perawat minta salep lah."
Dia tidak mengapa tuan ini tiba-tiba mengeluarkan aura dingin, menggenggam tangan pria itu dengan natural lalu meniupnya berulang kali.
Amarah Lei Tingyu secara ajaib mereda sedikit.
"Mau pamer keren atau apalah, aku tak mau ikut campur. Tapi tubuh dan kulit ini warisan orang tua, kenapa selalu tidak dihargai? Waktu menghantam lemari sampai tangan terluka, sekarang kepanasan. Udah dewasa kok masih kayak anak kecil..."
Jika orang lain berani mencaci seperti ini di hadapannya, pasti langsung dicengkram Boss Lei dan dilempar keluar dengan berbagai cara eksekusi.
Tapi, ini Lan Xin.
Ia menghela nafas pasrah, mengambil mangkuk sup di meja samping tempat tidur dengan kasar tapi gerakannya luar biasa lembut.
"Minum!"
Sendok disodorkan, dia menjilat kecil-kecil dulu lalu mengerutkan hidung.
"Sup ayam lagi, pakai ginseng? Rasanya tidak enak."
"Sate memang enak, tapi sekarang bisa makan? Yang tidak enak ini baik untukmu, minum! Habiskan sampai tetes terakhir! Sisa setetes, potong gajimu sebulan!"
Lan Xin pasrah meneguknya perlahan-lahan. Entah mengapa, dia selalu merasa perkataan Lei Tingyu sepertinya ada makna tersembunyi......
Setelah berbaring seminggu dan dipaksa makan seperti bebek oleh Bos Lei sampai beratnya naik hampir 2,5 kilogram, Lan Xin akhirnya pulang dari rumah sakit.
Beberapa hari ini Lei Tingyu seakan menemukan kesenangan baru dalam hidup - menyuapi Lan Xin dengan cara yang bervariasi!
Melalui pengalaman langsung, Lan Xin memahami arti sebenarnya dari "tidak olahraga dan hanya berbaring mudah menambah berat badan". 2,5 kilogram! Beratnya naik 2,5 kilogram!
Bayangkan, 2,5 kilogram lemak menumpuk di depan mata. Itu seperti apa?
Meski beratnya belum sampai 45 kilogram dan kenaikan 2,5 kilogram itu belum mencapai 50 kilogram, Lan Xin tetap terkejut melihat angka di timbangan.
Di saat dia ingin diet, Bos Lei tiba-tiba menunjukkan keanehan lagi.
Seperti kecanduan menyuapi sup saat di rumah sakit, kebiasaan Bos Lei menyuapi sup tetap berlanjut meski Lan Xin sudah pulang!
Pagi hari, tugas pertama Lan Xin saat datang ke rumahnya bukan membersihkan, tapi duduk di meja makan menghabiskan sup tonik dengan suhu yang pas. Diam-diam ingin menuangkannya pun tak bisa.
Karena Lei Tingyu akan duduk di seberang dengan wajah penuh teka-teki, memastikan dia menghabiskan sampai tetes terakhir. Baru setelah itu dia akan makan sarapan lalu berangkat kerja. Kurang setetes, gaji sebulan langsung dipotong.
Beberapa kali Lan Xin protes, bukannya berhasil menghentikan ritual minum sup malah hampir kena potong gaji. Tiba-tiba, sebuah pikiran mengerikan muncul di benaknya.
Mungkinkah, perubahan tingkah laku mendadak Boss Lei, karena..... itu?!
