Bab 52 Mengangkat batu lalu menghantam kaki sendiri bagaimana solusinya
"Kau bagai api di musim dingin, menyalakan kobaran dalam hatiku, kobaran tak terpadamkan!"
Lan Xin bersenandung dengan lagu karangannya yang campur aduk, menata piring-piring hidangan istimewa di atas meja.
Ia melepas celemek, memandangi hidangan yang ditata indah memesona, mood-nya sangat baik.
Asal semua ini dimakan Lei Tingyu, dia pasti akan MELEDAK~
Membayangkan pria itu gelisah bolak-balik, Lan Xin merasa balas dendam atas lemak 2,5 kg ekstra ini terlampiaskan!
Masih ada waktu sebelum Lei Tingyu pulang kantor, Lan Xin mengeluarkan ponsel.
Pertama tepuk-tepuk wajahnya sendiri, jangan sampai tertawa terbahak-bahak, berusaha menampilkan ekspresi serius.
"Hai, Direktur Lei, Boss Lei, Pengusaha Lei! Ini pelayan setiamu Lan Xin. Begini, aku ada urusan malam ini harus pulang duluan."
"Oh? Tapi sekretariku membeli bakpao kecil isi kuning kepiting dari Toko Zhou, katanya kamu sangat ingin mencoba?"
"Lan Xin terpaku, dia memang sangat ingin makan. Bakpao kecil di Zhou Ji itu terbatas jumlahnya, kalau terlambat datang tidak bisa beli. Sudah beberapa hari ini dia berusaha berebut tapi belum berhasil mendapatkannya."
"Menggigit gigi, melihat hidangan utama lelucon yang sudah dipersiapkan di atas meja. Bakpao bisa dicari lagi nanti, yang penting sekarang harus menjatuhkan Lei Tingyu dulu!"
"Sungguh sangat disayangkan, sepertinya aku tidak bisa makan bersamamu."
"Kamu merasa menyesal?" Suara Lei Tingyu terdengar semakin dekat.
"Aku menyesal! Menyesal sampai hatiku sakit," jawab Lan Xin tanpa pikir panjang.
Tidak bisa makan bakpao kecil, juga tidak bisa menyaksikan momen Lei Tingyu mempermalukan diri di lokasi. Untungnya dia sudah memasang kamera 360 derajat di kamar tidurnya, besok nonton siaran rekamannya pasti sama serunya.
"Hm, aku ini pemilik yang baik. Jadi kamu tidak perlu menyesal."
Lan Xin berbalik badan, Lei Tingyu berdiri di belakangnya sambil membawa kotak makanan. Dia terkejut sampai menjerit dan menjatuhkan ponselnya.
"Kamu... Kamu... Bagaimana bisa kamu kembali?!"
Melihat Boss Lei di jam seperti ini sama seramnya dengan bertemu hantu!
"Setelah urusan kerja selesai, aku langsung kembali."
Lei Tingyu melangkahi dia, melihat nampan makanan yang sudah tersaji di meja. Senyum tipis mengembang di bibirnya, "Makanan sudah siap, efisiensimu bagus."
"Ehm, aku... Aku masih ada urusan! Benar-benar harus pergi dulu!" Lan Xin menunduk sambil geser cepat ke arah pintu.
Jangan main-main! Kalau tidak kabur sekarang, nanti kalau dia sampai mimisan habis makan, bagaimana kalau minta ditanggulangi semangatnya?
"Mendeteksi niatnya untuk kabur, dia menggapai dan menarik kerahnya ke belakang, membuatnya tertarik kembali."
"Mood saya hari ini sangat baik, kamu tetap di sini."
"Nani? Yamete!" Dia menggelengkan kepala.
Dengan senyum mengejek, dia menjentikkan keningnya, "Kalimat ini bisa kamu teriakkan nanti."
Senyum Lan Xin menjadi kaku, kenapa dia merasa boss sudah menembus jebakannya dan bicaranya penuh makna tersirat?
"Biar saya lihat menu apa yang kamu siapkan hari ini?" Dia mendekati meja makan, Lan Xin langsung menyambar.
"Makan tanpa cuci tangan tidak higienis, cepat, silakan ke toilet dulu."
"Benar juga. Jangan coba-coba kabur, kalau tidak—"
"Potong gaji!" Lan Xin menyambung, dalam hati berpikir meski dipotong gaji harus kabur juga, kalau tidak masalah akan besar.
Dia mengangguk puas lalu pergi ke toilet.
Lan Xin secepat kilat memanfaatkan kesempatan, menganggap sandal sebagai roda angin-api, berlari kencang ke pintu lalu memutar gagangnya—pintu tetap terkunci rapat.
Ada apa ini? Dengan gigih Lan Xin menarik-narik pintu yang tak mau terbuka.
"Berita terakhir menyebutkan ada narapidana kabur, untuk keamanan semua pintu harus dikunci rapat."
Suaranya bergema di belakangnya, membuat Lan Xin ingin menangis tapi tak bisa.
"Bukannya berita itu dari kota tetangga?" Sistem pengamananmu terlalu ekstrim bukan?
Lei Tingyu pura-pura merenung, "Mungkin saya salah ingat. Kamu mau apa? Mangkir kerja?"
“Tidak, cuma tes kekerasan pintu, hehe, sistem anti malingnya bagus banget.” Lan Xin tertawa kaku.
“Mari makan bakpao, kan kamu sudah lama ngidam?”
Lan Xin ingin menangis. Dia memang ingin makan bakpao, tapi bukan dimakan boss!
Sampai di titik ini, dia terpaksa menunda "rencana balas dendam". Hidangan tambahan di meja ini mustahil dibiarkan dimakannya.
Kalau benda ini dimakannya sendirian di rumah, yang celaka ya diri sendiri.
Tapi kalau dia juga ikut makan...
Laki-laki dan perempuan, habis makan beberapa piring masakan peningkat stamina... Ya ampun, takkan bertahan!
Lan Xin membayangkan serangkaian adegan beraura panas. Semakin dipikir, ekspresinya semakin tegang.
Lei Tingyu memperhatikan reaksinya. Bodohnya kucing ini, raut wajahnya selalu jujur!
Begitu Lei Tingyu menarik kursi untuk duduk, Lan Xin langsung berlari menghalangi meja makan dengan pose heroik ala Huang Jiguang menutup lubang senapan.
“Aku ingat! Masakan ini tidak boleh kamu makan!”
“Oh? Kenapa? Sup kura-kura, kerang panggang... Sepertinya kamu masak dengan tekun. Kalau tak salah ingat, semua hidangan ini punya fungsi yang sama——”
“Sama sekali tidak ada fungsi! Aku baru ingat, tadi masaknya belum cuci tangan habis dari toilet! Bos, aku salah! Potong gajiku 1 bulan, eh 2 bulan juga boleh! Apa saja asal jangan dimakan, ya?”
Kalau dia sampai memakannya, mungkinkah dirinya keluar dari sini dengan selamat?
Dia duduk, dia berdiri. Jarak antara mereka tak sampai 20 cm.
"Dia bisa mencium aroma segar yang membaur dengan bau minyak goreng samar di tubuhnya, sebuah rasa yang merupakan ciri khas rumah."
Lan Xin menatapnya yang tak bergerak memandanginya, pupil matanya gelap seperti tinta yang tak kunjung pudar. Ia mengira Tuan ini murka atas penjelasannya tadi, lalu berusaha menjelaskan dengan canggung.
"Sebenarnya aku tidak bermaksud begitu, aku hanya... yaa begitu lah!"
Bibir merahnya yang kecil bergerak membuka dan menutup, memperlihatkan gigi putih mungil. Segala alasan yang dicari tetap tak bisa menutupi kesalahan.
Tenggorokannya mengencang. Semua kata-katanya tak masuk ke telinga. Seperti kucing nakal yang ketakutan, terus mencari-cari dalih dengan aura menggemaskan. Sekarang hanya satu yang ada di pikirannya.
Menguasainya, menggasaknya tanpa ampun!
Tiba-tiba pandangan Lan Xin gelap, tubuhnya terdorong dengan kekuatan besar.
Punggungnya menempel pada marmer dingin. Pria itu membenamkannya di atas meja makan.
Meja bergaya Eropa itu tidak terlalu panjang. Lan Xin terpaksa berbaring di atasnya, dikelilingi hidangan yang ia siapkan. Aroma masakan masih tercium, sementara pria yang menindihnya menunjukkan ekspresi mengerikan.
"Kamu belum sempat makan kan? Kok langsung begini!" Lan Xin benar-benar ingin mati saat ini.
Ya Tuhan, dia hanya ingin membalas dendam atas rencana jahatnya memupuk tubuhnya, bagaimana bisa berujung seperti ini!
"Kau pikir dengan polosnya, semua barang yang kau siapkan ini tidak kuketahui fungsinya?"
Untuk rencana memelihara kucingnya sendiri, dia telah membaca 2 kitab pengobatan tradisional Tiongkok!
"Ini kesalahpahaman! Lei Tingyu aku salah, aku mau minta maaf boleh?" Kali ini benar-benar seperti membawa batu menghantam kakinya sendiri, salah hitung, salah hitung besar-besaran!
Suara Lei Tingyu berat dan memikat..
"Terlambat, karena berani melakukannya, harus bertahan konsekuensinya. Lan Xin, akan kubuktikan padamu bahwa tanpa memakan ini pun, aku tetap bisa membuatmu bahagia sampai Berkali-kali tak bisa berhenti......"
