Bab 54 Suka! Suka! Suka!
Yang baik atau yang buruk?
“Kalau begitu dengar yang baik dulu?” kata Lan Xin.
“Yang baik, wanita ini masih terhubung tipis seperti akar teratai dengan mantan suaminya, ikatan emosional masa lalu belum putus.”
Lan Xin segera menyangkal.
“Tidak ada perasaan! Saat menikah saja tidak ada, apalagi setelah bercerai——katakan yang buruk saja.”
“Yang buruk, wanita ini berpura-pura suci sambil menggaet pria, seperti kotoran yang masih nongkrong di jamban, pura-pura memberi kelonggaran, menikmati tubuh pria tapi tidak mau memenuhi kewajiban sebagai istri!”
Semakin tidak enak didengar, Lan Xin tidak tahan.
“Aku tidak...!” Merasa Fei Fei memandangnya, ia berusaha menutupi dengan batuk palsu, “Maksudku sepupuku tidak seperti itu!”
“Tadi kamu bilang sepupu perempuan?”
“Detail seperti itu jangan dipikirkan! Maksudku kenapa kamu menggambarkan, eh, sepupu perempuanku seburuk itu?”
"Siapa yang menikmati tubuhnya! Jatuh!"
"Baiklah, meski dia memang merasa nyaman... *batuk*, tapi awalnya, dia enggan, benar, enggan!"
"Kalau sepupumu ini bukan karena masih punya perasaan pada mantan suaminya, mana mungkin dia yang aktif mengajukan perceraian, tapi setelah bercerai masih terus-terusan berhubungan intim? Entah dia masih suka orangnya, atau suka tubuhnya, intinya, gadis yang tidak bersedia, takkan ada pria bisa mengambil keuntungan darinya."
"Benar, benar, pasti dia dipaksa! Beberapa kali!" Lan Xin merasa argumennya semakin lemah.
Perkataan Fei Fei seakan menyentuh alasan yang selama ini dia hindari untuk dipikirkan.
"Dipaksa? Oke, coba tanya sepupu perempuanmu itu, tanyakan apakah dia pernah membiarkan mantan suaminya masuk dari belakang... Hehe?" Ekspresi Fei Fei tiba-tiba jadi sangat keparat.
Lan Xin yang sedang menyesap gelas langsung tersedak mendengar ucapan beraninya.
Sambil batuk-batuk, wajahnya memerah, menatap Fei Fei dengan tak percaya.
"Fei Fei, kamu bicara apa sih?"
"Aduh, kalian kan sudah pernah menikah, kok masih polos kayak jaman sekolah dulu! Bos besar Lei yang baik karakternya dan maskulin itu, biasanya suka postur seperti apa?"
"Dia pakai semua metode, dasarnya harus ganti beberapa—— Goblog! Terbawa omonganmu, ngapain aku bahas ini!" Jatuh lagi!
Lan Xin menepuk pipinya, mengabaikan ekspresi penuh makna Mi Fei Fei, berpura-pura tenang.
“Kakak sepupu saya pernah bilang, dia punya mantan suami——apa hubungannya dengan keputusanmu?” Dia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
“Lan Xin, kamu harus lebih banyak baca buku tentang struktur tubuh manusia. Kalau perempuan benar-benar melawan, postur seperti itu sama sekali tidak mungkin. Kecuali diikat erat-erat, sedikit saja bergerak pasti kabur, mana bisa berhasil?”
Lan Xin langsung teringat fragmen harmonisnya dengan Boss Lei.
Saat di tangga, kenapa dia tidak kabur? Lei Tingyu juga tidak mengikatnya.
Dengan terpaksa dia berpikir, mungkin karena hatinya masih berbaik sangkar, takut kalau berontak nanti dia jatuh?
Lalu saat di kamar mandi, kenapa dia tidak kabur lagi?
Tidak bisa menjelaskan dengan konsisten.
“Tapi kakak sepupu saya jelas-jelas bilang, dia tidak suka mantan suaminya. Saat bercerai malah terlihat senang.”
“Lan Xin, pengalaman cintamu masih terlalu sedikit. Antara pria dan perempuan, mana ada kebencian murni atau suka mutlak? Suka yang berlebihan mudah berubah jadi benci karena tak bisa memiliki, benci yang ekstrim justru adalah suka.”
Suka!
Suka!!
Suka!!!
Seperti tiga petir di siang bolong, membuat wajah Lan Xin pucat pasi. Mana mungkin dia menyukai Lei Tingyu!
“Tapi saat menikah dulu kan bukan karena keinginannya sendiri mengerti? Setelah bercerai juga berantakan tidak jelas. Keadaannya rumit, saat bersama tidak menciptakan perasaan, apalagi setelah berpisah?”
"Lan Xin mencari-cari alasan dengan nyawa terakhir, lebih mirip membujuk dirinya sendiri daripada meyakinkan Mi Feifei."
"Bagaimana mungkin tidak? Hubungan antar manusia berubah setiap detik, mungkin justru karena pernikahan itu dilakukan dengan terpaksa, jadi tidak ada ketertarikan. Tapi setelah bercerai, semuanya menjadi bebas, dan kita mulai melihat kebaikannya lagi?"
Kebaikannya? Kebaikan apa yang dia miliki? Lan Xin langsung teringat berbagai kejahatan Bing Shan.
Moodnya tidak menentu, mudah berbalik sikap, selalu sombong tanpa alasan jelas, terlalu sensitif dan cerewet, perfeksionis kebersihan yang keterlaluan, ya, dia juga kapitalis terkutuk yang suka memotong gaji!
Tapi, dia muncul tepat waktu setelah dia dipukuli.
Dia membelanya saat pesta.
Dia juga mengajaknya ke tabib tua - meski kakinya rusak karena ulahnya.
Dan saat dia muntah darah hampir mati, dia turun dari langit. Masih terbayang rasa aman saat setengah sadar dipeluknya.
Perkataan Mi Feifei membuat Lan Xin ingin membantah tapi tak menemukan celah argumen.
"Toh sepupuku pasti tidak mungkin mencintai mantan suaminya, sekali-kali tidak!" Terlalu hijau dalam urusan asmara.
Latar keluarga khusus membuatnya rindu tapi tak percaya cinta. Terlihat kuat, tapi rapuh di titik-titik tertentu yang mudah terluka.
“Sebenarnya biarkan saja mengalir, bukankah hidup itu seperti itu? Mengikuti hati sendiri, tidak perlu terburu-buru memberi label pada perasaan, suka atau benci tidak penting, asalkan dia melupakan keadaan 'tubuh tak bisa dikendalikan sendiri' yang pernah dialami berdua, memperlakukan pria biasa dengan mental wanita biasa, biarkan saja mengalir secara alami.”
Mi Feifei menepuk Lan Xin yang membeku seperti ayam kena petir, melanjutkan gosip tadi, “Ceritakan tentang pasanganmu, berapa kali seminggu, berapa lama sekali?”
Lan Xin mengangkat gelas anggur dan meneguknya habis, “Maaf Feifei, hari ini tidak bisa menemanimu, ada urusan harus pulang dulu.”
Pikirannya sekarang kacau balau, kata-kata Feifei bagai palu kecil yang melubangi hatinya dengan celah besar.
Dia sekarang sangat tidak sabar mencari tempat untuk merenung.
Cara terbaik untuk merenung pasti dengan makan.
Mala Tang telah menjadi kenangan yang cukup menyakitkan, jadi Lan Xin naik taksi langsung menuju jalan tempat SMA dulu.
Sudah hampir pukul 8, sebagian besar pedagang jajanan jalanan yang ramai sudah tutup, hanya tersisa beberapa penjual makan malam, Lan Xin menemukan lapak kue kentang goreng favoritnya semasa SMA.
“Paman, saya mau 4 kue kentang goreng!”
Mungkin dengan melahap 4 sekaligus, dia bisa memahami perasaan tak jelas antara dirinya dengan Lei Tingyu.
“Maaf nona, sudah habis terjual.”
“Tapi di wajan masih ada 4!” Lan Xin bahkan sudah mencium aroma kue kentang yang digoreng.
“Ini pesanan yang sudah dipesan sebelumnya—Lihat, dia datang!”
"Di sebelah kiri Lan Xin, muncul sepasang sepatu kulit putih buatan tangan yang tampak bernilai tinggi. Lan Xin berbalik badan sambil merangkapkan dua tangan."
"Mohon maaf Tuan, bisakah Anda berbagi setengah dengan saya? Sendirian juga tak mungkin sanggup menghabiskan segini kan? Ada beberapa hal yang belum saya pahami, kemudian——"
Saat menengadah, tubuh Lan Xin menjadi kaku.
Di bawah cahaya lampu jalan yang remang, wajah Mu Feng tampak lembut dan tampan bagai hembusan sejuk angin musim panas. Saat ini, ia sedang menatap Lan Xin dengan senyuman mengembang.
"Lan Lan, kebiasaanmu makan berlebihan saat tak mood masih tetap dipertahankan ya."
