Bab 58: Apa kamu ingin aku menggendongmu masuk?
Setelah bercerai, Lan Xin dengan sadar mengganti seluruh pakaiannya dengan model lebih sederhana. Semua merek bagus sebelumnya tidak dibawanya.
"Lei Tingyu, sebenarnya kamu mau apa?" Lan Xin tidak paham urat apa lagi yang salah pada makhluk ini.
Menerobos rumah menyita camilan, sekarang mengkritik pakaiannya. Apa sebenarnya tujuan pria ini?
"Aku memutuskan berbelas kasih menemanimu memotret hujan meteor membosankan itu." Dagunya terangkat membentuk sudut menyebalkan, wajahnya penuh tulisan:
Perempuan, cepatlah bersyukur atas belas kasih Tuan!
“Lan Xin merasa ini sangat aneh.”
“Baru saja kamu bilang sibuk, bukan?”
“Jangan banyak bicara! Aku hanya kasihan melihatmu. Ini belas kasihan!”
Meski ada yang mau menemaninya melihat hujan meteor adalah kejutan.
Tapi jika orang ini menggunakan nada 'layak dipukul' dan menunjukkan 'wajah asli' yang memaksanya berterima kasih dengan bersujud, Lan Xin sama sekali tidak terharu.
Sebenarnya, saat ini dia sedang sangat marah.
“Aku tidak butuh belas kasihanmu! Sekarang aku tidak mau pergi lagi. Cepat keluar!”
“Keluar? Aku ingat, waktu itu kamu tidak berkata seperti ini.” Sambil berkata, dia mencibir melihat pakaiannya dengan jijik.
Mengapa sebelumnya tidak dia perhatikan, sejak "bercerai", dia selalu memakai "kain pel" murahan?
“Kapan? Apa yang kubilang?” Dia merasa pikirannya sama sekali tidak bisa mengikuti lompatan logika Lei Tingyu.
“Saat kamu dengan niat tersembunyi memasak meja penuh hidangan 'berbumbu' untuk menggodaiku. Waktu itu kamu terus memintaku 'masuk' sambil menangis merengek.” Dia berbicara santai dengan kata-kata tak tahu malu.
Lan Xin butuh satu detik untuk menyadari hari yang dia maksud. Wajahnya memerah seperti apel, jari-jarinya gemetar menunjuknya.
Bagaimana bisa ada orang yang 'tanpa malu' seperti ini di dunia!
“Berani sekali kamu menyebut-nyebut hari itu! Jelas-jelas kamu memperlakukanku dengan kasar meski aku melawan!”
Mengingat gambar-gambar itu, wajah Lan Xin langsung panas.
“Oh? Siapa yang memasak 'hidangan tonik khusus' di seluruh meja? Kukira itu caramu menggodaiku.” Lei Tingyu membalas dengan sinis.
“Aku!” Lan Xin tersedak, merasakan perasaan seperti orang bisu makan buah pare yang pahit tak bisa diungkapkan.
Waktu itu jelas dia hanya ingin mengolok-olok Lei Tingyu sebagai balasan atas kelakuannya di luar, bukan untuk menggoda pria itu!
Ekspresi grogi ini di mata Lei Tingyu terlihat lucu sekaligus agak menggemaskan.
“Jelas-jelas kamu yang memaksaku...” Kalimat ini diucapkannya dengan setengah hati, bahkan dirinya sendiri merasa sangat tidak yakin.
“Oh? Paksaan?” Lei Tingyu mengulang dengan nada mengejek, “Lalu siapa yang sampai menangis memohon padaku?”
Wajah Lan Xin memerah pucat, ia akhirnya memahami arti menghina diri sendiri.
Melawan orang seperti Lei Tingyu, dia sama sekali tidak bisa unggul. Ditambah motif awal peristiwa ini memang tidak murni, berdebat pun pasti rugi.
Tadinya merasa tidak sanggup menghadapinya, tapi setelah bertemu baru sadar: jangan pernah meremehkan ketebalan muka Lei Tingyu. Pria ini jelas-jelas sudah menganggapnya mangsa empuk!
Meski Lei Tingyu tak tahu malu, ucapannya benar. Malam itu Lan Xin memang tidak bisa mengklaim diri sebagai korban mutlak. Tiba-tiba ia merasa memperpanjang topik ini terkesan lebay.
Hatinya sedih, pria sakti seperti Lei Tingyu yang bisa memanfaatkan celah sekecil apapun pasti akan mencemoohnya: dituduh perempuan murahan yang mati-matian mendekati, berharap campur tangan untuk bisnis Keluarga Lan.
Sudah mempersiapkan mental, menggigit bibir bawah menanti hujatan darinya.
"Tapi ejekannya tak kunjung datang, kepalanya malah tertutup pakaian yang dilemparnya."
Lei Tingyu sudah cukup menggodanya, tak ingin memaksanya terlalu jauh. Topik ini dihentikan di sini.
Dengan santai mengambil sehelai "kain pel" dan melemparkannya padanya, "Tumpukan barang tidak berguna, pakai ini dulu."
"Kamu..." Dia tampak bingung.
Memandangnya penuh tanda tanya, apakah dia benar-benar menghentikan ini? Tidak melanjutkan perdebatan?
Kapan Lei Tingyu menjadi baik hati seperti ini?
"Sebentar lagi aku akan ajakmu beli setelan baru. Besok, semua pakaian di lemari yang harganya di bawah 5 digit, buang semua!"
"Dasar semena-mena!" Lan Xin yang awalnya heran dengan kebaikan hatinya, kini sadar sikapnya tetap menyebalkan!
Rupanya dia beralih dari serangan psikologis ke serangan materi. Membuang semua yang harganya di bawah 5 digit, mau pakai apa dia?!
Total harga seluruh isi lemari ini bahkan tidak mencapai 5 digit. Apa dia harus telanjang?!
"Karena aku pemilikmu. Cepat ganti! Ngapain melotot? Kalau masih melotot, aku yang akan menelanjangimu!"
"Aku benar-benar ingin bersujud padamu. Bolehkah tahu bagian otak mana yang error sampai sikapmu berubah-ubah seperti kabut, hujan, dan angin - sama sekali tidak manusiawi?"
Dia sudah tidak mampu lagi menganalisis pria ini dengan logika manusia normal!
"Tinggal 4 menit. Terlambat sedetik pun aku yang akan menggantikan bajumu. CEPAT!"
Lan Xin menggeleng, mendorongnya keluar kamar, mengunci pintu, lalu pasrah mengganti baju.
Melalui pintu yang kedap suaranya buruk, terdengar suaranya berbicara bahasa Italia lancar. Lan Xin menyaring pendengaran, nyaris hanya menangkap beberapa kata.
“Chanel, Prada, Dior, semuanya merek pakaian wanita puncak Dunia. Dia tidak benar-benar memesan pakaian untuk dirinya sendiri, kan?”
Setelah berganti pakaian dan mengenakan kamera di punggung, dia kebetulan sedang menutup telepon.
"Untuk apa kau memesan begitu banyak model baru? Aku tidak punya kesempatan memakainya." Perasaannya sekarang sudah cukup baik.
Pakaian yang terlihat murah bagi Lei Tingyu ini justru nyaman dan membuatnya bebas. Merek-merek besar malah membuatnya tidak nyaman, seolah ada keterikatan tak terlihat.
"Uang pakaian akan dipotong dari gajimu." Katanya datar.
"Jangan keterlaluan! Aku masih punya hutang. Bagaimana bisa kau mengeksploitasi aku dengan tegas? Satu unit pakaian yang kau pesan saja setara gajiku beberapa bulan. Kau ingin aku menjual tubuh padamu seumur hidup?"
"Um, kalau kau memang ingin nempel padamu dengan tulus, dengan berat hati aku setuju."
Dia merasa frasa "seumur hidup" terdengar lebih nyaman di telinga.
Lan Xin merasa tak berdaya sekaligus bingung menghadapi teori otoriter dan terdistorsi pria ini.
"Bagaimana orang sepertimu bisa menjadi CEO Lei Group? Kau tidak pernah mempertimbangkan perasaan orang lain saat bertindak?"
"Perasaan manusia tentu harus diperhatikan." Dia menariknya tanpa penjelasan, terus berjalan keluar.
"Lalu apa namanya tindakanmu yang mengabaikan keinginanku ini?"
"Tapi kau kucing." Seekor kucing yang tetap menggemaskan bagaimanapun cara menggodanya.
Tiba-tiba Lan Xin sangat ingin mencakarnya.
"Dia hari ini mengganti mobil dengan SUV yang tenaga kudanya lebih besar cocok untuk jalan setapak, Lan Xin duduk di kursi penumpang yang lapang."
"Lei Tingyu, Anda tidak benar-benar berencana memesan setumpuk pakaian mahal untukku lalu memotongnya dari gajiku, kan?"
"Um." Sebenarnya awalnya tidak ada rencana itu, tapi mengingat ucapannya "menjual diri seumur hidup", dia benar-benar mempertimbangkannya.
Melihatnya memarkir mobil di depan pusat perbelanjaan termahal Kota B, dimana satu baju biasa saja harganya 5 digit, Lan Xin ngambek di kursi penumpang menolak turun mati-matian.
Turun saja, gaji setengah bulannya langsung lenyap!
"Apakah kamu ingin kubawa turun?" Dia membuka pintu mobil, nada bicaranya lembut tapi ekspresinya berbahaya.
Mata Lan Xin berkeliling, melihat toko khusus Nike besar di samping mall, matanya berbinar muncul ide.
