Bab 59: Dengan Baju Pasangan Kita Reservasi Seluruh Tempat
"Sang Tuan Boss yang terhormat, atas pertimbangan Anda yang terus menerus menggunakan aturan tak tertulis padaku, bisakah mendengarkan permohonan hamba?"
"Tidak bisa, pakaian harus diganti." Bagaimana mungkin dia membiarkan wanita miliknya berkeliaran di depan umum dengan kain pel murahan ratusan ribu?
"Apakah Anda mengisyaratkan, tidak ingin memotong gaji tapi ingin membayar hutang dengan aturan tak tertulis? Meski saya dirugikan, tapi saya bisa mengalah—"
"Bukan!" Lan Xin cepat-cepat memotongnya.
Dia memutuskan menguasai arah pembicaraan. Jika terus mendengar omong kosongnya, darahnya bisa mendidih.
"Atas kebaikan Yang Mulia, bolehkah hamba membalas budi sedikit?"
"Dia memandanginya dari atas ke bawah beberapa kali, lalu mengangguk."
"Um, boleh. Mengingat ketulusanmu yang begitu besar, aku akan memesan kamar."
"Tidak—mau—memalukan—!!! Lan Xin mengaum dalam hati, sangat ingin menamparnya!"
"Siapa yang mau pesan kamar denganmu? Siapa yang mau ikut aturan tak tertulismu! Maksudku balasan lain, yang hijau, bukan yang kuning!"
Teriakan Lan Xin ini mencerminkan kemerdekaan dan ketangguhan perempuan Tiongkok, sekaligus mencapai ketinggian baru dalam hal ketebalan muka.
Seketika, beberapa orang yang lewat mulai melirik—inikah aturan tak tertulis yang legendaris itu?!
Beberapa ibu-ibu yang hendak menari di alun-alun berhenti, memandangi Lan Xin dengan sorot mata penuh hinaan atas keruntuhan moral, sementara Lei Tingyu diam-diam membalas tatapan mereka.
Lan Xin merasa malu dan marah hingga ingin mati—dia lagi-lagi mempermalukan diri!
Andai saja pria ini tidak menghalangi pintu mobil dan mencegahnya kabur, dia pasti sudah ingin menyelam ke dalam lubang tanah.
"Maksudku, kamu sudah membelikan banyak baju untukku. Hari ini bolehkah aku mengirimkan seunit pakaian untukmu?"
"Kamu mau memberiku baju?"
Ini pertama kalinya ada perempuan yang ingin memberinya pakaian.
"Bolehkah kuminta kesempatan ini?" Kepalanya menunduk, ingin segera menyeret makhluk ini pergi dari sini.
Perasaan dikerumuni orang benar-benar... ah, tidak bisa diungkapkan.
"Baiklah, kuberi kamu kesempatan." Lei Tingyu mengizinkannya turun, lalu menggandeng Lan Xin berjalan cepat menuju pusat perbelanjaan.
Lan Xin menariknya, menggelengkan kepala.
"Bukan ke sana, tapi—ke sana!"
Dia menunjuk logo centang besar yang tak jauh dari mereka.
Lei Tingyu tak percaya, "Kau menyuruhku memakai kain pel seperti dirimu?"
"Kain pel apaan? Model baru ini harganya juga lebih dari 1.000! Jangan sok aristokrat. Kau kan mau lihat meteor, bukan ikut jamuan malam. Pakai setelan jas itu aneh tahu!"
Di tubuhnya masih melekat setelan jas yang tak sempat diganti sejak siang.
"Lan Xin, kuperingatkan! Jangan tarik seleraku sampai serendah level vulgarmu!"
Boss Lei pakai kain pel? Mana mungkin!
Saat Lei Tingyu berdiri di toko "Tanda Centang", mendengar salam "Selamat datang" dari para pramuniaga, dia masih meragukan pilihannya.
Bagaimana bisa kucing kecil ini memakai segala cara untuk memaksanya datang ke tempat seperti ini?
Lan Xin bertekad menghemat isi dompetnya. Dengan berbagai alasan dia menarik Lei Tingyu, bahkan menjanjikan kue kesukaannya selama seminggu penuh, baru akhirnya Lei Tingyu mau masuk ke toko ini.
Kebetulan lagi ada diskon, toko penuh sesak. Dia mulai menyesal kenapa tadi luluh dengan iming-iming kue seminggu sampai terjerat ke tempat begini.
Senyum Lan Xin merekah bagai bunga, tangannya erat membelit lengan Lei Tingyu seperti takut dia kabur.
"Ambilkan ukurannya model terbaru tahun ini!"
"Baik, mohon tunggu sebentar!"
Pramuniaga segera mengambilkan kaus oblong putih dan celana panjang senada.
Meski logo pada setelan ini tak terlalu mencolok, Lei Tingyu tetap menunjukkan ekspresi jijik yang jelas, tak mau mencobanya.
"Tuan memiliki postur tubuh yang bagus, pasti tampan sekali jika memakai koleksi terbaru kami. Pakaian yang dikenakan istri Tuan juga produk kami, jika Tuan berganti merek kami pasti akan lebih serasi!"
Pramuniaga yang ahli membaca situasi terus gencar melakukan promosi.
Melihat ketidakkooperatifannya, Lan Xin tiba-tiba mendapat kilasan inspirasi.
"Pasti ada versi wanita yang sama, ambilkan ukuran 165."
Setelah berganti pakaian, dia keluar dan langsung mendapat pujian bulat dari pramuniaga.
"Tuan, lihat betapa cantiknya Nyonya mengenakan ini. Desain tahun ini sangat cocok untuk pasangan seperti kalian."
Entah karena senyum cerah Lan Xin atau desakan seragam pasangan dari pramuniaga, akhirnya Lei Tingyu masuk ke ruang ganti.
Ini pertama kalinya Lei Tingyu memakai pakaian kelas tinggi sejak usia 18 tahun.
"Lihat, kau tampak jauh lebih baik dengan gaya begini. Tidak terlalu menyebalkan sekarang." Dia tersenyum sambil memeluk erat lengannya di depan cermin. Bayangan sepasang pria-wanita di cermin memang terlihat sangat serasi.
Pria itu tinggi gagah tampan, wanita itu ramping anggun.
Lei Tingyu mengerutkan kening, "Aku sangat menyebalkan?"
Dalam hati Lan Xin mengangguk mati-matian, tapi wajahnya tetap tersenyum lebar.
"Mana mungkin! Bos Lei adalah pria paling 'paham melepas pakaian'. Ayo kita bayar! Aku yang tap kartu ya!"
Pramuniaga segera mengambilkan mesin POS. Lei Tingyu refleks merogoh dompet, tapi Lan Xin sudah lebih dulu mengeluarkan kartunya.
Saat memasukkan password, senyumnya semakin cerah. Tanda tangan dibuat kilat seperti takut Lei Tingyu berubah pikiran.
“Pasangan biasa yang berbelanja ke sini, biasanya istri yang membayar untuk suami. Hanya pasangan kekasih dimana pria yang membayar untuk wanita.”
Setelah menikah, istri yang membayar menandakan istri telah menjadi penguasa anggaran rumah tangga.
Lei Tingyu belum pernah mengunjungi tempat biasa seperti ini. Perempuan yang men-tap kartu untuknya adalah pengalaman pertamanya.
Ia mengamatinya dengan serius dari samping. Meski ekspresinya masih dingin, sorot matanya telah melunak.
Lan Xin merasa sangat mantap.
Menggunakan kecerdikannya menghemat banyak uang, menaklukkan Si Penghemat Ekstrim Bing Shan, saat mereka keluar dari toko merek, seluruh pakaian mereka adalah pasangan seri.
Tapi seketika senyumnya menghilang.
“Bukan melihat meteor?”
Kenapa mobil berhenti di depan restoran Barat Kai Rui yang termahal di kota?
Berpakaian seperti ini ke restoran mewah, pasti dianggap dua orang sinting, mungkin akan diusir keluar.
“Kau sudah makan malam? Camilan tidak dihitung!”
Sebenarnya belum...
Tapi Lan Xin memang tidak punya keberanian mengenakan baju bertanda centang ke tempat seperti ini.
“Bagaimana kalau kita ganti tempat? Jangan-jangan tidak boleh masuk?”
“Tadi saat memilih baju, kau sangat bersemangat? Ayo, tidak ada yang berani menghalangimu.” Ia mengetuk keningnya, lalu menggandeng lengannya masuk dengan langkah tegap.
"Pelayan terdidik itu mengabaikan pakaian kasual mereka. Wajak Lei Tingyu bahkan jika keluar hanya dengan kain lap pun, tak ada yang berani menghalanginya."
"Selamat malam, Tuan Lei dan Nyonya Lei!"
Dua baris pelayan rapi membungkuk pada satu-satunya pasangan pelanggan malam ini.
Lan Xin pernah datang dua kali sebelumnya, setiap kali ramai pengunjung.
Baru kali ini suasana romantis dengan mawar segar dan lilin gemulai di seluruh ruangan, tanpa seorang tamu pun.
Mungkinkah ini reservasi eksklusif?
Ia melirik Lei Tingyu yang menggandengnya, langsung menyangkal pikiran itu.
Pria licik ini mana mungkin reservasi khusus untuknya? Baju-baju tadi pun masih ia yang bayar.
Setelah berpikir, hanya satu kemungkinan—
