Bab 63: Selain Dia, Tak Ada yang Bisa Menginjak-injaknya!
“Aku dan Lei Tingyu sudah bercerai, sekarang dia sama sekali tidak tertarik padaku.” Kata Lan Xin.
Lelaki teliti seperti Lei Tingyu, mana mungkin membiarkan mantan istrinya menguasai posisi file rahasia.
“Jika kau tidak melakukan sesuai perintahku, hati-hati ibumu benar-benar gila! Jangan kira dengan mengganti pekerja perawatan, aku akan membiarkannya tenang! Di rumah perawatan, semua bawahanku!”
“Pekerja perawatan itu kau yang suruh? Kau sengaja memprovokasi Ibu?!”
Pantas saja kondisi ibu tiba-tiba meledak, ditemani staf perawat seperti itu, mana mungkin membaik!
“Jika tidak mau ibumu terus menderita, patuhlah pada perintahku!”
Telepon hanya menyisakan bunyi bip, mata Lan Xin menyala-nyala penuh dendam, tangannya gemetar menahan amarah.
Saat baru dijemput pulang, dia berusaha keras menunjukkan performa, polos mengira ini bisa mendapat perhatian Ayah. Tapi sekeras apapun berusaha, Lan Mantian tak pernah sekalipun memandangnya.
Nyonya Lan dan Lan Xiang menginjak-injak dirinya, dia hanya menatap dengan dingin.
Hingga akhirnya Lan Xin juga tidak berharap padanya, tidak lagi berpikir polos untuk mendapat kehangatan dari keluarga Lan yang merupakan tempat kejam tanpa ampun, hanya ingin cepat mandiri, cari uang dan bawa ibu pergi.
Ibunya di masa muda adalah pelayan keluarga Lan, sempat dipakai Lan Mantian, meski tidak memiliki status resmi suami-istri, tapi menyangkut hubungan intim mereka, Lan Mantian malah menyuruh orang memperburuk kondisi penyakit ibunya, keterlaluan!
Jika membunuh tidak ilegal, dia akan langsung menyerbu ke kediaman keluarga Lan dan mencabik-cabik pria brengsek itu, tak tahu malu!
Lan Xin terus bernapas dalam menekan emosi yang semakin di luar kendali, matanya memerah karena amarah, kuku mencengkram dagingnya sendiri.
Menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan diri: Jangan menangis, harus mengukir dendam ini, setelah semua hal ini berlalu, dia akan mengembalikan aib dan penderitaan ini kepada Lan Mantian!
Sama sekali tidak boleh mencuri barang Lei Tingyu seperti diperintahkan Lan Mantian, tapi juga tidak bisa langsung menolak karena kondisi ibu sekarang tidak stabil.
Jika langsung menolak, Lan Mantian akan membuat ibunya kolaps total.
Jadi sekarang hanya bisa menunda, menunggu sampai kondisi ibu stabil, baru membereskan Lan Mantian!
Tapi apakah harus memberitahu Lei Tingyu? Lan Xin agak bimbang.
Lei Tingyu adalah pria yang sangat egois, jika dia tahu, apakah akan mempercayainya?
“Lan Xin tidak kembali ke Lei Group untuk mencari Lei Tingyu, dia perlu mencerna emosi negatifnya sendiri.”
“Dia meminta sopir mengantarnya ke rumah Lei Tingyu, masih ingat Lei Tingyu bilang ingin makan kue pisang Tokyo.”
“Dia mengeluarkan bahan makanan, dalam diam meremas adonan sambil menahan sakit luka cakaran di wajah dari ibunya, asal tempel plester OK.”
“Banyak kejadian hari ini membuatnya perlu merapikan segala hal satu per satu sambil bekerja, saat ini dia merasa agak bingung.”
“Baru selesai membuat isian kue, pintu terbuka. Boss Lei masuk dengan wajah murka dari luar.”
“Langsung mendekati Lan Xin, tanpa basa-basi mengangkat dagunya. Melihat mata merah dan plester di wajahnya, kemarahannya meledak.”
“Siapa yang berani melukaimu?!”
“Setelah sopir kembali, setia melapor ke Lei Tingyu: Nyonya pulang dari rumah perawatan pribadi dengan luka di wajah.”
“Lei Tingyu sedang bersiap menemui klien penting saat menerima telepon, mendengar kabar itu langsung murka.”
“Meninggalkan pekerjaan buru-buru datang, benar saja melihat Kucing liar kesayangannya terlihat teraniaya.”
“Lan Xin tak menyangka dia akan kembali saat ini.”
“Aku tidak apa-apa.”
“Kalau sudah terjadi baru tahu! Otakmu cuma hiasan leher? Sudah kuajari - siapa berani nakal, hajar balas tanpa ampun!”
“Ibu yang kehilangan kendali mencakarku. Kau pikir aku akan melawan ibu sendiri? Aduh, sakit!”
Dia membuka plester OK, melihat goresan yang cukup dalam di dalamnya, urat nadinya berdenyut marah..
Menariknya untuk duduk di sofa, mengeluarkan kotak P3K dan menangani lukanya.
"Kau ini persilangan kucing-babi? Bodoh mati, baru keluar sebentar sudah begini keadaannya. Dia mukul kau, kau tidak bisa lari ah?! Nanti jangan lihat dia pergi lagi!"
Perempuan gila Lei Tingyu sejak lama sudah tidak suka padanya.
Penakut pada semua orang cuma berani memukul Lan Xin, dasar sampah! Kalau bukan karena wajah si Kucing Liar, dia sudah lama dibuang ke rumah perawatan paling buruk, dibiarkan hidup segan mati tak mau!
"Bagaimana jika yang melukai aku adalah orang yang tidak bisa kau sentuh?" Kepalanya tertunduk, tangan tak sadar memelintir baju.
"Aku bukan dewa, tapi kemampuan untuk melindungi hewan peliharaanku masih ada!"
Selain dia, tak ada yang boleh menginjak-injak Kucing Liar ini!
Lan Xin mendengar suaranya yang penuh percaya diri, akhirnya tak bisa menahan kepedihan di hatinya, curhat padanya.
"Lan Mantian menganiaya aku..."
"Bagaimana dia menganiayamu?" Diam-diam dia sudah mulai membeli saham Lan Mantian. Si ayah sampah itu sebentar lagi bahkan tak punya uang untuk main pelacur.
Berani-beraninya masih mengganggu kucingnya! Sial!
"Dia memaksaku melakukan hal yang tidak kusukai. Aku tidak ingin menyakiti orang lain, juga tidak mau melanggar prinsipku. Tapi dia mengancam menggunakan ibuku."
Pria yang tak pernah sabar itu mengeluarkan kesabaran langka, mendengarkan ceritanya dengan tenang.
"Dia mengancammu soal apa?"
“Lan Xin menggigit bibirnya, hampir menceritakan soal mencuri skenario.”
“Tapi jika dia jujur, apakah Lei Tingyu masih mau menahannya di sampingnya?”
“Dia... Toh itu hal yang tidak kusukai.”
“Sudah jelas, beberapa hari ke depan dia akan sibuk, terlalu sibuk untuk mengganggumu!”
Lei Tingyu mengusap kepala gadis itu.
Sangat puas dengan performa kucingnya.
Sudah paham merajuk pada Tuan saat terluka untuk diobati, bagus! Emosi seperti ini harus dipertahankan!
Membeli saham Lan Mantian sudah tak memuaskan, dia berniat menyuruh beberapa orang memukulinya, mematahkan kakinya dulu.
Jika setelah kaki patah masih bandel, berani menyakiti kucingnya, akan dipatahkan tangannya juga!
Selalu ada metode pembalasan yang cocok untuk Ayah sampah!
Air mata Lan Xin tumpah deras. Jangan perlakukan dia baik begini, nanti keyakinannya untuk membencinya goyah.
“Laki-laki seperti itu tak layak ditangisi.”
Kasar diusapnya air mata itu, tapi kenapa makin banyak yang keluar?
“Dilarang menangis!”
“Aku tetap menangis, tak urusanmu!”
Perhatian Lei Tingyu di saat rapuhnya bagai air racun yang memabukkan, terlihat indah tapi tak tahan dikaji.
Dia ingin seseorang yang bisa menemaninya, ingin cinta yang tak berubah, ingin bahu tempat bersandar saat sedih untuk meluapkan kepedihan. Tapi dia tak akan jadi orang itu.
Baginya, gadis ini hanya kucing peliharaan belaka.
"Saat senang dipanggil Kucing Liar, saat marah dipanggil Kucing Babi!"
"Lei Tingyu, apa kau menganggapku sebagai kucing peliharaan?" Lan Xin sangat berharap jawaban negatif darinya.
Hasilnya, bos langsung mengangguk tanpa ragu.
Lan Xin merasa hatinya remuk, tapi bos tak mengerti lagi apa yang dipikirkannya, mengulurkan tangan membelai rambutnya.
"Harusnya kau merasa terhormat bisa menjadi kucingku."
Perempuan lain yang datang menghadap pun tak sudi ia pandang!
Siapa mau jadi kucing... Tapi kalau bukan kucing, lalu apa hubungan mereka?
