Bab 71 Selain Suka, Apa Lagi?
Setelah bertemu dengan Mu Feng, mood Lan Xin memburuk.
Dia enggan mengakui, dewa masa sekolahnya kini menjadi pria yang berani membuang tunangannya.
Di tempat Feifei, dia sengaja menghindari topik Mu Feng, hanya bercerita cara melarikan diri.
“Kau benar-benar... turun pakai alat semacam itu?” Mi Feifei terpana.
“Kenapa tidak? Kau tak tahu betapa keterlaluannya dia belakangan! Mengunciku? Berani mengunci, berani juga aku kabur!”
“Kurasa kali ini kau agak berlebihan.”
Feifei tak menyangka Lan Xin berani melakukan hal segila ini!
“Dia yang tak bijak duluan. Kenapa aku harus mengikutinya buta?”
Meski begitu, hatinya masih merasa bersalah. Sekarang ingat ekspresi terkejut boss melihatnya duduk di alat itu turun.
Untuk menutupi rasa takutnya ketahuan, Lan Xin menunjukkan foto pemandangan udara dari DSLR-nya.
“Lihat Fei, dari sudut ini kota terlihat berbeda sama sekali dengan balik kaca. Pekerja kebersihan di ketinggian sungguh kerja keras!”
“...Kurasa boss Lei-mu lebih menderita?”
Memang menyedihkan dan melelahkan memiliki istri seperti ini.
“Kenapa kau lagi-lagi menyebut dia?” Lan Xin sudah berusaha keras mengalihkan topik.
“Aduh, dia kan suamimu! Mana ada suami yang melihat istrinya duduk di benda berbahaya seperti ini, reaksi pertama pasti khawatir dan marah!”
Fei Fei sekarang agak kasian pada Boss Lei.
“Kau tidak takut dia nanti menuntut pertanggungjawaban?” Dari caranya bertindak, Boss Lei jelas bukan tipe pria yang mau mengalah!
“Aku tidak akan bodoh-bodoh menunggu dia datang menangkapku. Sudah kupikirkan, setelah pergi darimu, aku akan kabur bawa koper sambil membawa EF-ku, mencari puisi dan petualangan!”
“Kau mau minggat dari rumah?”
“Tentu, kalau tidak mau ditahan gajinya - ah sudahlah, urusan kami ini terlalu rumit untukmu.” Perasaan Lan Xin belakangan ini sangat ambivalen.
Akhir-akhir ini mimpi-mimpi 'berwarna' yang sering dialaminya pasca perceraian mulai kembali, dengan adegan yang lebih vulgar dari sebelumnya.
Pertemuan dengan Mu Feng juga membuatnya gelisah. Di matanya, Mu Feng ternyata tidak bisa menandingi Lei Tingyu.
“Fei, tanya dong. Kalau seorang perempuan terus bermimpi tentang... bosnya, lalu mereka berdua begini-begitu, itu artinya apa ya?” Lan Xin menyambar keripik kentang.
Hmm, keripik ini terasa kurang nikmat tanpa kehadirannya. Tidak ada kepuasan saat menyantapnya diam-diam.
“Sederhana kok. Itu artinya dia suka sama bosnya.”
“Batuk!” Lan Xin tersedak keripik.
“Kamu ini, Hati-hati! Makan saja bisa tersedak, Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi denganmu.” Fei Fei menepuknya.
Lan Xin baru bisa tenang setelah beberapa saat.
“Suka dia?!”
Waktu itu Fei Fei sudah pernah mengatakannya sekali, membuatnya linglung beberapa hari. Sekarang dia mengulangi lagi!
“Iya dong, Siang hari memikirkan, malam hari bermimpi. Kalau bukan suka, apalagi?” Kata "siang hari" itu diucapkan Fei Fei dengan tekanan khusus.
Jahat sekali!
“Hehe... Menurutku kamu baru saja membuat lelucon paling menyeramkan tahun ini, sama sekali tidak lucu.”
Lan Xin dengan kaku memasukkan sisa keripik ke mulutnya, di telinganya masih terngiang suara Lei Tingyu yang mengerikan:
Dilarang makan makanan tidak berguna!
Dia tidak punya kecenderungan menyakiti diri sendiri, mana mungkin menyukai pria jenis ini? Tidak mungkin, sama sekali tidak!
“Lan Xin, akhir-akhir ini gaya berpakaianmu berubah drastis. Boss-mu benar-benar menyayangimu ya.” Fei Fei meraba pakaian yang dikenakan Lan Xin.
“Ah? Biasa saja lah.” Siapa bilang dia perhatian?!
Ini juga dibeli dengan uangnya sendiri, meski diskon 10% tetap harganya ribuan yuan.
“Biasa saja? Ini kan edisi terbatas Dior! Baru saja aku lihat di majalah fashion, katanya cuma ada 2 buah di seluruh dunia. Putri Mahkota Negara E mengambil satu, ternyata yang satunya ada padamu. Lihat!”
Fei Fei akhirnya ingat kenapa baju Lan Xin terlihat familiar. Dia mengeluarkan majalah dari bawah bar dan membuka halaman yang dimaksud.
Perubahan gaya Lan Xin belakangan ini memang sangat mencolok.
"Berbeda dengan gaun panjang putih polos yang selalu ia kenakan untuk menyenangkan Lei Tingyu saat baru menikah, juga bukan pakaian ala rakyat biasa beberapa waktu lalu. Sekarang setiap pakaian yang ia kenakan terlihat tidak berlebihan, namun tetap menonjolkan aura elegannya."
"Gaun yang ia kenakan kali ini terlihat modis dan ceria tanpa kesan kuno. Yang terpenting, di balik kesan rendah hati pakaian ini tersembunyi harga yang fantastis."
"Gaun hitam dari bahan organdi dengan potongan pinggang dan detail sambungan bordir tangan yang rumit. Semakin dilihat, semakin terasa kualitasnya. Ini benar-benar mencerminkan selera Boss Lei yang berkelas namun tidak norak."
Lan Xin menatap foto putri mahkota di majalah yang mengenakan model sama persis, secara tak sadar meluruskan posturnya.
"Menurutku pinggangku lebih ramping darinya."
"Siapa yang suruh bandingkan postur dengan putri mahkota? Yang penting bosmu sangat menyayangimu!"
Ini seperti memperlakukannya sebagai putri mahkota. Konsep apa ini - apa yang dipakai putri mahkota, pasti harus ia kenakan juga!
"Apakah ini yen?" Lan Xin meragukan angka yang tertera di artikel.
"Dolar AS!"
"Tidak mungkin...?" Lan Xin menghitung jumlah nol di belakangnya. Meski sudah diskon 90%, masih lebih mahal dari total harga lemari pakaian yang pernah ditagih Lei Tingyu.
Untuk lemari pakaian itu, Lei Tingyu bilang harganya kurang dari 500.000.
Lan Xin harus bekerja gratis selama dua bulan sebagai gantinya. Sekarang lihat, bahkan dengan diskon 90% untuk gaun ini pun masih belum sebanding!
Lan Xin merasa pusing. Mungkinkah bos yang setiap hari menghitung buku keuangan sampai otaknya error, sampai salah menghitung jumlah nol?
"Ini jelas juga tidak mungkin. Lei Tingyu sangat sensitif terhadap angka."
"Dia bahkan bisa menghitung tepat berapa utangnya sampai tiga digit di belakang titik desimal. Seorang kapitalis dingin yang tak berperasaan seperti ini, mana mungkin salah hitung?"
"Makanya, menikah dengan orang kaya itu enak. Lan Xin, apakah boss Lei-mu punya saudara laki-laki? Perkenalkan padaku." Setiap hari dia membuka bar yang tidak menguntungkan ini, sangat menyebalkan juga Yey.
"Katanya dia cuma punya adik perempuan, tapi aku belum pernah lihat - kurasa yang kukenakan ini pasti replika tinggi."
Lan Xin masih terpaku oleh pakaian mahal yang dikenakannya.
"Orang sekaya boss Lei mau membiarkan istrinya pakai replika? Lihat halaman ini, pemilihan suami idaman nasional. Boss Lei-mu menang telak. Kasihan aku yang berpartner dengan istri suami idaman nasional buka bar, tapi tiap bulan rugi..."
Gerutu Fei Fei sama sekali tidak didengar oleh Lan Xin.
Lan Xin menatap foto Lei Tingyu di majalah. Dia tidak suka difoto paparazi, jadi hanya terpotret profil samping, tetap terlihat gagah dan berwibawa.
Lan Xin merasa sedih. Dia menarik napas dalam-dalam.
Bukan karena pernikahan canggung dengan boss Lei yang membuatnya sedih! Dia hanya kesal dikerjai bos soal uang - padahal cuma replika, tapi masih saja dibayar mahal!
Keluar dari tempat Fei Fei, Lan Xin kebetulan melewati butik Dior. Dia berhenti sejenak di luar, ragu-ragu.
Asalkan dia masuk, minta petugas konter untuk mengkonfirmasi keaslian pakaian ini, maka dia bisa kembali dengan angkuh untuk menghadapi kapitalis berhati hitam Lei Tingyu dan menuntut penjelasan.
Tapi kakinya terasa seperti tertambat.
Jika palsu, masih mudah diselesaikan. Tapi bagaimana jika asli? Bagaimana dia harus menghadapi Lei Tingyu?
Perkataan Feifei "Selain suka, masih ada apa lagi?" bergema di telinga, bersamaan dengan perasaannya saat bertemu Mu Feng sebelumnya.
Lan Xin mulai merasakan firasat tidak baik.
Jangan-jangan dia mulai benar-benar menyukai Boss Lei?
