BAB 74 KEMBALI DENGAN PAKAIAN ORANG LAIN
"...Maksudmu, aku salah paham padanya?"
Wajah Mu Feng berubah pucat setelah mendengar penjelasan Lan Xin.
"Seharusnya kau tidak berkata seperti itu pada Shishi, dia sangat menyayangimu."
"Tapi—" Mu Feng menatap foto di meja, "Dia tidak seharusnya menyelidikiku."
Lan Xin memutar matanya.
“Badan tegak tak takut bayangan miring, kalau bukan karena kau membuatnya terus merasa tidak aman, apakah dia akan melakukan ini?”
“Lan Lan, kau benar-benar... sudah tak peduli?” Mu Feng melihat reaksi Lan Xin, hatinya membeku.
Segala reaksinya telah menunjukkan dia sepenuhnya keluar dari dunianya.
Dia bahkan bisa berteman baik dengan tunangannya tanpa rasa canggung.
“Mu Feng, hidup harus melihat ke depan, hargailah orang di hadapanmu. Baik kau maupun aku, kita tak boleh menyakiti orang yang peduli. Aku menyesali masa lalu, tapi Shishi tak bersalah.”
“Masalah dengan Shishi akan kuselesaikan.”
Dia bertekad akan menemui Lan Lan lagi setelah statusnya benar-benar bebas.
Setiap kali melihat Lan Xin, dia merasa gadis itu semakin menjauh.
Interaksinya dengan Shishi hari ini justru memicu kepanikan tak jelas di hatinya.
Dia harus mempercepat aksinya!
Saat Mu Feng bicara penyelesaian, Lan Xin tak mengira maksudnya pembatalan pertunangan, mengira dia mau memperlakukan Shishi lebih baik.
Dia menarik napas lega panjang.
Setelah berinteraksi, gadis itu memberinya kesan menyenangkan. Dia berharap Mu Feng bisa menghargai gadis manis seperti itu.
Pamit dari Mu Feng, membawa pakaian pemberian Shishi, dia masuk toilet untuk berganti.
Merek sama, tapi tekstur saat dipakai berbeda. Yang dibeli Lei Tingyu memang lebih nyaman.
Jika yang ini asli, seharusnya yang lain di lemari juga asli.
Lan Xin merasa bingung di dalam hati, dia mengurungkan niat untuk kabur dari rumah dan ikut paket wisata. Memanfaatkan sisa keberanian yang masih ada, dia langsung pergi ke kantor Lei Tingyu.
Dia ingin menemui Lei Tingyu untuk memastikan, mengapa dia memberikan hadiah semewah itu.
Hasilnya, dia tidak bertemu.
Sekretaris mengatakan Boss Lei sudah pergi beberapa menit lalu, tidak disebutkan tujuannya.
Lan Xin meneleponnya, tapi ponselnya matikan.
Mungkinkah dia sudah pulang ke rumah?
Hari ini langit belum gelap, bagaimana mungkin workaholic seperti dia pulang begitu awal?
Dengan sikap mencoba-coba, Lan Xin naik taksi ke rumah baru Lei Tingyu, tapi tidak menemukan apa-apa.
Situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, tiba-tiba Lan Xin mulai khawatir.
Sejak mereka bersama, bahkan saat sibuk sekalipun, dia tidak pernah tidak menerima telepon. Lan Xin mencoba meninggalkan pesan di WeChat, tetap tidak ada balasan.
Seorang pria dewasa seharusnya tidak bermasalah... kan?
Dengan perasaan cemas, Lan Xin berusaha menekan bayangan-bayangan mengerikan di pikirannya - jangan-jangan Boss Lei kecelakaan mobil? Tidak, tidak mungkin, cara menyetirnya sangat mantap.
Atau mungkin karena mendekati pacar pemimpin geng lokal, dia diculik?
Semakin dipikirkan, semakin rumit perasaan Lan Xin. Gambaran di kepalanya semakin brutal.
Sebenarnya dia pergi ke mana ya...
Dia mencoba menghubungi beberapa temannya untuk bertanya, tapi baru sadar bahwa dia sama sekali tidak mengenal lingkaran pertemanan Lei Tingyu.
Dari pernikahan hingga perceraian, dia tidak pernah benar-benar berusaha menyatu dengan lingkaran sosialnya.
Lan Xin tahu Lei Tingyu punya beberapa koneksi yang bagus, tapi dia tidak pernah ikut dalam pesta pribadi mereka, apalagi punya nomor telepon mereka.
Saat ini barulah dia sadar, pemahamannya tentang Lei Tingyu ternyata sangat sedikit.
Buku "Panduan Preferensi Lei Tingyu" itu hampir bisa dia hapal, tapi banyak informasi di dalamnya ternyata tidak akurat.
Buku itu bilang Lei Tingyu mengutamakan keuntungan, tapi pakaian yang dibelikannya untuknya sangat mahal.
Buku itu menggambarkan Lei Tingyu sebagai sosok licik dan penuh tipu muslihat. Dia menggunakan "kecurangan" untuk membuatnya tetap di sisinya setelah bercerai, tapi hanya itu saja.
Lan Xin tahu pasti, Lei Tingyu tidak menggunakan strategi yang biasa dipakainya terhadap orang luar padanya. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa hidup tenang seperti sekarang.
Buku itu menyebut Lei Tingyu paling suka melihat perempuan memakai gaun panjang putih. Tapi setelah bercerai, semua pakaian yang dibelikannya beragam model dan warna. Yang berbeda adalah warnanya yang berwarna-warni, tapi semuanya sama-sama cocok dengan aura-nya...
Sebenarnya seperti apa Lei Tingyu itu? Tiba-tiba Lan Xin sangat ingin tahu.
Dia ingin tahu apa yang benar-benar disukainya, siapa saja teman-temannya, selain kerja ke mana dia pergi dan apa yang dilakukannya.
Lan Xin berdiri dan mondar-mandir di dalam ruangan.
Sepertinya dia sangat memahami kebiasaannya.
Tapi dia sendiri tidak tahu siapa sebenarnya Lei Tingyu.
Sekarang dia sangat penasaran dengan niat sebenarnya Lei Tingyu, tapi pria itu menghilang, tidak memberi Lan Xin kesempatan untuk mencarinya dan memperdalam pemahaman tentangnya.
Lan Xin terus duduk di sofa, sangat menanti-nanti pintu akan berbunyi, pria berwajah dingin yang selalu terbiasa itu akan masuk.
Tapi pintu tetap sunyi senyap.
Pikiran tentang kecelakaan Lei Tingyu terus menyiksa Lan Xin, akhirnya dia tak kuasa menahan diri.
Dia berdiri, membersihkan rumah dari atas ke bawah tanpa melewatkan sudut mana pun, setelah selesai masih merasa kurang, lalu membuat makanan penutup kesukaannya.
Melakukan aktivitas tertentu bisa mengalihkan kekhawatirannya.
Begitu terus-menerus selama lebih dari 3 jam.
Makanan penutup sudah siap, rumah beres-beres, dia bahkan merebus semangkuk sup.
Tapi Lei Tingyu tetap belum kembali.
Di luar mulai hujan, Lan Xin teringat jendela rumahnya masih terbuka, khawatir kebanjiran, terpaksa meninggalkan catatan di meja lalu melepaskan niat menunggu kepulangannya untuk klarifikasi, pulang naik taksi.
Langit mengerikan kelam, awan gelap menekan kota hingga mencekam, sepanjang jalan mendengar kilat dan guruh, Lan Xin mendesak sopir untuk ngebut.
Tapi dia tak tahu, di rumahnya, bayangan hitam yang lebih besar sedang menanti...
"Huss, hujan deras sekali." Lan Xin mendorong pintu sambil mengusap air hujan di wajah.
Meski belum malam, langit sudah gelap gulita.
Ruangan gelap gulita, dia menyalakan lampu, tapi mendapati jendela yang lupa ditutup rapat saat pergi, entah ditutup oleh siapa.
"Akhirnya, kamu mau kembali."
Suara pria yang suram terdengar, membuat Lan Xin kaget. Mengikuti arah suara, ternyata dia melihat pria yang dikhawatirkannya selama ini sedang duduk dengan wajah muram di sofa.
Lan Xin menepuk dadanya ketakutan, "Kenapa kamu seperti ini? Tidak menyalakan lampu mau menakuti orang sampai mati?"
Lei Tingyu tidak berbicara, hanya memandanginya yang sedang mengganti sandal, pakaian basah kuyup oleh hujan menempel di tubuhnya.
Tiba-tiba, sorot matanya menjadi dingin.
Saat keluar rumah, dia tidak memakai baju ini.
Yang dia pilihkan adalah baju hitam, tapi yang dipakainya kembali adalah baju merah muda.
Meski mereknya sama, gayanya berbeda. Baju pilihannya yang aristokrat dan elegan, sedangkan baju yang dikenakannya sekarang membuatnya terlihat kekanak-kanakan, sangat kekanak-kanakan sampai ingin menyobek-nyobeknya.
Lan Xin tidak menyadari keanehannya. Saat ini, melihat Lei Tingyu duduk di rumahnya, dia justru merasa lega.
Syukurlah dia tidak apa-apa.
Lei Tingyu mengawasi Lan Xin dengan tajam. Dia kabur dengan cara berbahaya, tidak peduli kekhawatirannya, main hantu sampai sekarang baru kembali, bahkan masih memakai baju pemberian pria lain.
Bagus, benar-benar bagus.
