Bab 78 Boss ingin berdamai? Goblog! Tidak mungkin!
Di seberang pintu, Lei Tingyu mendengar tangisan dari dalam, tinjunya mengepal lalu melepaskan.
Dia sangat ingin mendorong pintu, masuk dengan langkah tegas, memeluk dan memerintahkannya untuk tetap bersamanya.
Tapi tas yang sudah dipakainya, pakaian ganti, dan foto pelukan dengan Mu Feng seperti pedang yang menancap di hati, sulit dicabut.
Dia memukul tembok dengan keras.
Perempuan sialan, diam-diam janji dengan pria lain, pulang hanya dengan kebohongan berlapis.
Tapi penipu kecil yang sialan ini justru ngotot tinggal di hatinya dan menolak keluar.
Perempuan yang tidak mencintainya pun tidak layak dicintainya. Lei Tingyu memerintahkan dirinya sendiri untuk berbalik, tidak melihat wajahnya, tidak mendengar tangisannya.
Namun wajahnya, air matanya, suaranya seolah telah terukir dalam jiwanya, tak bisa diusir.
Perempuan sialan!
Hanya pergi beberapa tahun saja, bagaimana mungkin dia membiarkan pria lain memenuhi hatinya, bahkan sedikitpun tak boleh.
Lan Xin sejak awal hingga akhir adalah miliknya seorang. Dialah yang menanam iblis mengerikan dalam hatinya yang membuatnya kehilangan emosi, semua ini salahnya!
Dengan amarah, Lei Tingyu melesat pulang dengan mobilnya.
Begitu masuk rumah, aroma manis kue menyebar di udara.
Tak sempat ganti sepatu, dia mendekati meja makan dimana dessert cantik telah ditutup rapi.
Saat dibuka, semuanya adalah kesukaannya.
Bukankah dia pergi main dengan pria lain, mana sempat membuat ini?
Lei Tingyu melihat pesan terakhir di atas meja.
Tertera tulisan halus khasnya.
"Ada sup dalam panci, sudah kuatur timer. Setelah pulang jangan lupa minum, seharusnya masih hangat. Jangan begadang, besok pagi aku buatkan mango pancake untukmu, ya!"
Plus gambar ekspresi hantu kecil coretannya.
Lei Tingyu menuju dapur, melihat panci listrik memang telah diatur timer. Display waktu menunjukkan dia menghabiskan beberapa jam di rumahnya ini.
Mungkinkah terjadi kesalahpahaman?
Tapi bagaimana menjelaskan pakaian di tubuhnya? Lei Tingyu teringat sesuatu. Ia masuk ke ruang cuci, dan benar melihat pakaian tergeletak di keranjang cucian.
Lan Xin punya kebiasaan: begitu melihat baju kotor pasti langsung dimasukkan ke keranjang cucian. Tapi terkadang bahkan dirinya sendiri lupa. Ini semua adalah refleks terkondisi yang terbentuk dalam jangka panjang.
Lei Tingyu mengambil baju itu, melihat noda kopi di bagian atasan.
Penjelasan yang coba diberikan Lan Xin namun dipaksa diabaikannya, tiba-tiba menjadi jelas dalam benaknya.
Lan Xiang yang menyiramku dengan kopi.
Hanya kamu satu-satunya pria bagiku, Lei Tingyu.
Tangannya menggenggam erat pakaian itu, kedua matanya terkatup rapat.
Kali ini, dia telah salah paham padanya.
Karena iri hingga kehilangan kewarasan berpikir. Sekarang setelah dipikir-pikir, Lan Xin hampir selalu diikat di sisinya. Kapan ada waktu untuk berkencan dengan Mu Feng?
Ternyata karena keiriannya, dia membiarkan Lan Xiang menyusup ke celah!
Memperhatikan tingkah laku Lan Xin yang baru saja terjadi, hati Lei Tingyu terasa sesak.
Dengan sifat keras kepala dan teliti seperti itu, dia berulang kali menahan emosi menjelaskan dengan sungguh-sungguh. Tapi apa yang dilakukannya?
Dia teringat kata-kata menyakitkan yang meluncur dari mulutnya sendiri, penuh penyesalan. Lan Xiang sialan!
Lei Tingyu melampiaskan seluruh kemarahannya pada Lan Xiang. Segera dia menelepon detektif swasta, memerintahkan investigasi kehidupan pribadinya. Begitu menemukan celah, serang tanpa ampun!
Memikirkan tangisan tak terkendali Lan Xin yang baru saja terjadi, hati Lei Tingyu terasa sesak. Tak peduli hujan masih turun di luar, ia menyambar kunci mobil dan kembali berlari keluar.
Saat tiba di rumah Lan Xin, pakaiannya sudah basah kuyup.
Di tanah masih tersisa abu pakaian yang dibakarnya dalam kemarahan, pisau buah tergeletak tak terambil, ponsel yang pecah bisu menceritakan kesepian.
Ia menerobos masuk ke dalam rumah. Lan Xin masih mempertahankan posisi duduk memeluk lutut, borgol di tangannya menggores pergelangan putihnya yang ramping hingga memerah.
Yang membuat Lei Tingyu gemetar adalah ekspresi Lan Xin saat ini.
Sejak ia masuk sampai sekarang, tak ada perubahan raut wajahnya sama sekali.
Hanyut dalam dunianya sendiri, seolah Lei Tingyu sudah menjadi udara.
Lei Tingyu tiba-tiba menyadari: Insiden ini telah mengembalikan sedikit keakraban yang baru terkumpul antara Lan Xin dan dirinya kembali ke nol. Sekarang sikapnya sama seperti saat awal pernikahan dulu - sekadar formalitas belaka.
Tidak! Bahkan lebih menyeramkan dari masa awal pernikahan!
Dulu setidaknya Lan Xin masih berpura-pura lembut dan manis di sisinya, sekarang ia benar-benar menganggap Lei Tingyu sebagai udara.
Bahkan enggan melirik sekilas pun.
Hati kuat Lei Tingyu mulai retak. Dengan gemetar ia melepaskan borgol dari tangan Lan Xin.
"Lan Xin, aku sudah menyelidiki itu. Kau dan Mu Feng tidak memiliki hubungan seperti itu. Mengapa kau sengaja memancing kemarahanku?"
Dia bergerak senyap, hanya ada sedikit sindiran di balik tatapannya yang menunduk.
Setelah menjelaskan panjang lebar tapi sama sekali tidak didengarkannya, sekarang Lan Xin juga tak mau berbicara. Dengan menutup mata, Lei Tingyu dianggapnya seperti udara.
Sikap keras kepala Lan Xin membuat Lei Tingyu kesal. Tiba-tiba ia teringat istri sedang mempersiapkan kehamilan. Apakah amarah besarnya barusan membahayakan janin dalam kandungan?
Pikiran ini membuat wajahnya memucat. Dengan menahan bahu Lan Xin, ia membaringkannya. Perempuan itu menarik selimut dan membelakangi suaminya.
Sikap penolakan kerjasama terlihat jelas. Tak ingin memandangnya sedikitpun, setiap detik hanya menambah kekesalan.
Lei Tingyu bukan tipe yang suka berklarifikasi. Karena Lan Xin mengabaikannya, ia pun pergi dengan acuh.
Lan Xin mendengar suara menyapu di luar. Beberapa saat kemudian hening, lalu bergema dentingan logam. Samar-samar tercium bau gosong menyebar.
Lan Xin membuka mata, hatinya merasa agak tegang.
Jangan-jangan si gila ini membakar rumahnya lagi?
Melangkah keluar, terpampang dapur berantakan. Matanya membelalak melihat biang keladi kekacauan ini sedang bingung menatap wajan berasap hitam.
Dalam memorinya, Lan Xin selalu membuat telur dadar di dapur terbuka dengan cara ini. Tahap mana yang salah?
Belum lagi semua perabotan dapur telah diacak-acaknya menjadi berantakan.
Waktu itu masakan kegelapan tidak sedahsyat ini, itu karena saat itu Lan Xin sudah menyiapkan semua bahan. Sekarang dia tidak punya apa-apa, jadi proses memasaknya alami lebih kacau.
Dua kali turun ke dapur seumur hidup, semuanya untuk perempuan yang sama, kemudian dihinakan habis-habisan olehnya...
Boss Lei sepertinya juga merasakan tatapan Lan Xin bukanlah pemujaan. Dengan sengaja ia membersihkan tenggorokannya untuk menegaskan kewibawaannya.
"Makanan akan segera siap, kamu istirahat dulu."
Bagi pria sombong dengan motto 'Langit dan bumi hanya aku yang diagungkan' seperti dirinya, nada bicara seperti ini dan turun langsung ke dapur setara dengan ajakan berdamai.
Tapi Lan Xin sama sekali tidak membeli permainannya.
Ancaman sudah diucapkan, hati sudah dilukai habis-habisan. Sekarang cuma dengan elusan sembarangan ingin selesai?
Lei Tingyu benar-benar menganggap orang sebagai peliharaan. Saat senang dielus bulunya, saat marah disiksa semaunya. Habis menyiksa lalu berpura-pura jadi orang baik?
Goblog!
Lan Xin kembali ke kamar tidurnya, menggapai gagang pintu dan mengurung diri dari dalam. Jelas-jelas tidak ingin berurusan dengannya.
Lei Tingyu hampir menghancurkan separuh dapur Lan Xin. Hasilnya semangkok benda hitam menggumpal yang bahkan dirinya sendiri malu menyebutnya sebagai mi.
Awalnya ingin menggunakan ini untuk membujuk Kucing Liar, tapi firasatnya mengatakan benda ini justru tidak akan membantu meredakan amarahnya. Bagaimana caranya ya?
Boss terlihat agak kebingungan.
