Bab 80 Demi Menyelamatkannya, Sang Boss Terluka
Hanya karena pertengkaran kecil antara Lei Tingyu dan Lan Xin, separuh lebih kota sudah terendam air hujan.
Lan Xin justru mengalami demam tinggi di saat genting ini, dahinya terasa panas membara, situasinya sangat kritis.
Lei Tingyu melakukan penurunan suhu fisik sederhana padanya sesuai metode yang dijelaskan dokter keluarga melalui telepon.
Membuat bantal es darurat dan meletakkannya di bawah kepalanya, terus-menerus menyeka dengan handuk hangat untuk membantu menurunkan suhu permukaan tubuhnya.
Wajah kecil Lan Xin memerah karena demam, terus mengigau dalam mimpi, membuat Lei Tingyu yang melihatnya ikut merasa sesak.
Suhu hanya turun sedikit, saat diraba masih terasa sangat panas.
Tapi ini belum cukup, masih butuh obat penurun demam dan obat-obatan lainnya.
Obat dasar yang biasa disiapkan keluarga ini ternyata tidak dipersiapkan sama sekali olehnya, Lei Tingyu tak bisa menahan diri membenci kucing liar yang tak punya hati ini.
"Bodoh sekali kau." Bisiknya dengan putus asa padanya, wajah panasnya yang membara menyayat hatinya.
Biasanya dia terlihat sangat aktif, tapi sama sekali tidak bisa merawat diri sendiri, benar-benar nak yang kikuk.
Boss diam-diam bertekad, kedepannya tidak boleh melepasnya keluar, lebih baik dipelihara di dekatnya sendiri, baru merasa tenang.
Masalah utama sekarang adalah bagaimana membuat Lan Xin menurunkan suhunya.
Hujan di luar sudah separah ini, dia tidak bisa mengambil risiko mengemudi membawanya ke rumah sakit, sekarang jalan utama semua tergenang air, jika ada masalah di jalan, penyelamatan akan sangat sulit.
Karena sudah begini, terpaksa harus keluar membeli obat.
Lei Tingyu menatapnya dalam-dalam, lalu berbalik pergi.
Lan Xin merasa dirinya diletakkan di gudang es, hembusan nafas yang dikeluarkan jelas udara panas, tapi tubuhnya dingin yang mengerikan.
Dia sangat ingin menyerap kehangatan, secara insting bergerak mendekati sumber kehangatan.
"Xinxin yang baik, minum obat dulu."
Suara yang terasa familiar terdengar di telinganya.
Lan Xin tidak sabar mendengus, lengannya meraih sumber kehangatan, memeluk erat.
Anak kecil ini tidur pun tidak bisa diam, lengan Lei Tingyu yang memegang obat dipeluk eratnya, tidak ada cara untuk memberi obat.
Dia keluar beli obat, semua pakaiannya basah kuyup, melepas baju bertelanjang dada, suhu tubuhnya justru menarik perhatian Lan Xin.
Hangat sekali, tapi masih kurang...
Lan Xin yang setengah sadar dengan susah payah mengangkat tubuhnya sedikit, menempelkan seluruh badannya pada Lei Tingyu, tapi cepat-cepat didorong menjauh.
"Jangan! Aku kedinginan!" protesnya dengan ketidaksenangan.
Saat kesadarannya masih samar-samar, tiba-tiba dia merasakan mulutnya terbuka paksa oleh sesuatu.
Sesuatu yang sedikit pahit masuk ke dalam mulutnya. Dia mengerutkan wajah kecilnya, menggunakan lidah untuk mendorong benda pahit ini keluar.
Rasanya tidak enak...
Lei Tingyu memandangnya tak berdaya saat obat itu dimuntahkan.
Saat sadar mengacau, tertidur pun tetap merepotkan!
Akhirnya terpaksa menghabisinya perlahan-lahan, terus memaksakan!
Ku muntahkan, ku muntahkan, ku muntahkan semua!
Berapa pun obat yang dia masukkan, lidah Lan Xin seolah punya mata, selalu bisa mengeluarkannya dengan mudah.
Ini sudah kali keempat.
Boss yang tak berdaya menghadapi kucing tidur ini, terpaksa menjepit hidungnya dengan tangan, menyimpan obat di mulutnya sendiri, lalu menutupinya kembali.
Lan Xin merasakan aroma aneh yang pahit itu kembali. Dia berusaha menghindar sekuat tenaga, ingin mengulangi trik sebelumnya dengan mendorong obat pakai lidah.
Tapi kali ini bersama rasa pahit yang menjijikkan, datang pula kekuatan besar yang menghancurkan usahanya untuk memuntahkan.
Lembut namun penuh tenaga, terjalin dengan lidahnya.
Gulp, Lan Xin terpaksa menelan.
Boss berhasil memberi obat. Ingin segera pergi tapi enggan melepas, akhirnya menghisap dengan keras bunga lilac kecil yang masih beraroma obat namun tetap manis.
Hmm, ini, anggap saja sebagai imbalan untuk obat!
boss memandangi bibir kecilnya yang merah merona karena "diberi makan" olehnya, tiba-tiba muncul pikiran "baik hati".
Mungkin dia masih perlu minum air?
Um, ini ide bagus, membantu penyerapan efek obat!
Lan Xin baru saja ingin terlelap, merasakan kekuatan familiar itu kembali menyelimuti.
Dia mengerutkan kening, hendak melawan, tapi merasakan hawa sejuk.
Kali ini yang ditransfer adalah air, air lebih diterima daripada obat, Lan Xin tak sabar menyambutnya.
boss memanfaatkan kesempatan memberi air untuk kembali memaksa menikmati tahu lembut.
Lan Xin sekarang sangat haus, setelah minum masih bergumam minta lagi, Lei Tingyu menggunakan cara sama memberinya beberapa teguk, barulah dia tertidur lelap.
Merasakan bantal es di kepalanya mulai mencair, dia membuat yang baru lagi, mengatur semuanya untuknya, boss baru mulai menangani lukanya.
Dia melepas celana basah, di kaki panjangnya terlihat luka gores mengerikan mengeluarkan urat darah.
Ini terluka tak sengaja saat membeli obat tadi.
Tak jauh dari rumahnya ada apotek, seharusnya sudah tutup di jam ini, tapi karena hujan deras, pemilik toko kebetulan kembali ke toko untuk merapikan obat.
boss nekat menerobos banjir, berjalan sepanjang jalan, ketika muncul di toko dalam keadaan basah kuyup, pemilik toko terkejut.
Memegang obat yang susah payah didapat, dia ingin cepat kembali.
Tapi tak disangka, air telah mencapai betisnya, ada kawat besi di dalam air yang melukai kakinya.
Baru saja sibuk merawat Lan Xin, boss sama sekali tidak sempat mengurus lukanya, sekarang akhirnya berhasil memberinya obat.
Dengan tergesa-gesa mandi, menangani lukanya secara sederhana, dia kembali ke ranjang dan memeluk Lan Xin yang masih demam, obat penurun demam mulai bekerja.
Suhu tubuhnya sudah tidak terlalu panas lagi.
Hujan badai di luar masih terus berlangsung, Lan Xin yang hangat dalam pelukannya perlahan tenang karena kehangatan tubuhnya.
Merasa demamnya mulai turun perlahan, Lei Tingyu yang sibuk seharian akhirnya bisa lega, memeluknya tanpa sadar tertidur dengan tangan tetap menempel di dahinya, enggan melepas.
Saat Lan Xin terbangun, hari sudah hampir siang.
Setelah demam semalaman, tubuhnya terasa berat.
Dengan kepala berkunang-kunang dia bangun, butuh waktu lama untuk mengingat kejadian tadi malam, kepalanya masih pusing.
Dia ingat bertengkar dengan Lei Tingyu, terutama omelan sepihaknya yang menyakitkan, lalu mereka mulai bersitegang.
Kemudian——dia ingat dirinya demam, dalam keadaan setengah sadar ada yang menyeka tubuhnya untuk penurunan suhu secara fisik, apakah itu Lei Tingyu?
Di awal demam, Lan Xin dalam kondisi setengah tidur setengah sadar, meski demam tinggi masih bisa merasakan Lei Tingyu merawatnya.
Lan Xin berbalik, di sampingnya sudah tidak ada kehangatan, pria yang tidur di sebelahnya entah pergi ke mana.
"Nyonya muda, Anda sudah bangun."
Kepala Pelayan Chen masuk membawa semangkuk sup.
"Tante Chen? Bagaimana Anda bisa datang?" Lan Xin buru-buru berdiri.
Kepala pelayan tua yang telah bekerja puluhan tahun di rumah keluarga Lei ini, bahkan Lei Tingyu pun harus memberinya muka, apalagi Lan Xin.
"Berbaringlah, kondisi fisikmu masih lemah. Dr. Lao Wang baru saja memeriksamu, tidak ada masalah serius. Minumlah sup untuk memulihkan tenaga."
Setelah sup hangat masuk ke perut, Lan Xin merasa stamina-nya mulai pulih.
Melihat penampilan lemah Lan Xin, Kepala Pelayan Chen menggelengkan kepala.
"Lao Wang bilang demammu disebabkan angin dingin dan tekanan emosi, masih harus minum obat beberapa hari lagi."
Kasihan anak ini, setelah keluar dari rumah keluarga Lei terus-menerus sakit.
Dokter keluarga mengatakan demam Lan Xin kali ini separuhnya disebabkan tekanan psikologis yang berat.
Meski Kepala Pelayan Chen tidak tahu apa yang terjadi antara Lan Xin dan Lei Tingyu, dari ekspresi Tuan muda pagi tadi, diduga sakit Nyonya muda ada hubungannya dengannya.
Sudah bertahun-tahun tidak melihat Tuan muda menunjukkan ekspresi bersalah seperti itu.
Mendengar harus minum obat, wajah Lan Xin langsung mengerut.
Ia menyadari pakaiannya telah diganti entah kapan.
"Tante Chen, apakah Anda yang mengganti bajuku?"
Kepala Pelayan Chen menggelengkan kepala.
“Pagi hari setelah air surut, saya baru datang. Saat tiba, pakaianmu sudah diganti.”
Apakah itu yang diganti Lei Tingyu?
Lan Xin terpaku. Mungkinkah malam kemarin, semua perawatan penuh perhatian yang ia rasakan dalam keadaan setengah tidur itu benar-benar nyata?
"Si Anu itu ke mana?" Ia enggan menyebut nama Lei Tingyu.
Masih marah padanya. Bagaimana bisa dia memperlakukan dirinya seperti itu? Tidak hanya mengikat, tapi juga melontarkan kata-kata kasar!
Kepala Pelayan Chen jelas melihat kejanggalannya. Dalam hati ia menghela napas. Pasangan muda ini benar-benar sedang berkonflik.
"Tuan muda pergi ke perusahaan."
"Oh," sahut Lan Xin sambil menyeruput sup dengan wajah muram.
Meski dia yang merawat, tidak akan kuampuni!
"Saat Tuan muda berangkat tadi, saya lihat matanya berkantung hitam. Sepertinya semalaman tidak istirahat."
Perkataan Kepala Pelayan Chen membuat tangan Lan Xin yang sedang memegang sendok sup terhenti.
Jangan kasihan! Dialah yang menakut-nakutiku sampai demam. Sudah seharusnya dia merawat semalaman! Lan Xin memaksa diri berpikir demikian.
"Katanya Tuan muda hari ini harus inspeksi beberapa pabrik. Hujan tadi malam begitu deras. Meski air sudah surut, beberapa area masih tergenang. Entah stamina-nya cukup tidak kalau semalaman tidak tidur. Jika tiba-tiba terjatuh, aduh!"
Kepala Pelayan Chen sengaja hanya menyampaikan setengah cerita, membuat Lan Xin semakin khawatir.
Kepala Pelayan Chen mengamati reaksi Lan Xin dengan perasaan lega.
Ternyata Nyonya muda tidak sepenuhnya tidak punya perasaan pada Tuan muda.
Berdiri, menerima mangkuk kosong yang diulurkan Lan Xin, sambil berjalan keluar ia berkata.
"Ai, kaki Tuan muda masih seperti itu, bagaimana jika—Aduh, kenapa aku sampai ngomong, dia kan melarangku memberitahumu!"
"Kakinya kenapa?" Lan Xin segera duduk, raut wajah tegang.
"Dia melarangku memberitahumu. Kalau sampai dia tahu, nenek tua ini akan dimarahi."
Lan Xin langsung terjun dari ranjang, menggoyang-goyangkan lengannya.
"Bibi Chen, tolong beri tahu aku, aku tidak akan memberitahunya, boleh?"
"Kemarin malammu demam, hujan deras kondisi jalan buruk, Tuan muda tidak bisa mengemudi membawamu keluar, terpaksa pergi beli obat. Air sudah mencapai lutut, entah itu cabang pohon atau kawat besi yang melukai kakinya. Dia melarangku memberitahumu."
Ah! Lan Xin terkejut.
Lei Tingyu terluka karena dirinya?
"Lalu apakah lukanya sudah dibalut?" Lan Xin terus mendesak.
"Pagi ini Lao Wang sudah menanganinya. Tapi genangan air hujan itu paling kotor, siapa tahu apakah akan terinfeksi bakteri?"
Kepala pelayan Chen sengaja melebih-lebihkan situasi.
Perkataan kepala pelayan itu membuat bulu kuduk Lan Xin meremang. Benarkah Lei Tingyu nekat keluar membeli obat demi dirinya?
Tapi, mengapa dia melakukan ini?
