Bab 90: Menembak mati kamu selama lima menit adalah hukuman yang masih terlalu ringan
"Jangan lupa kontrak kerja yang kita tandatangani sebelumnya! Lihat, disini tertulis apa!"
Dengan penuh semangat, dia merebut kontrak kerja itu dan membacakannya kata demi kata sambil memegangnya.
"Selama masa berlaku kontrak kerja, Pihak A dilarang melakukan kontak fisik yang tidak pantas terhadap Pihak B!"
Boss menutup laptopnya dengan santai, memandanginya.
"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan?"
Kucing bodoh, akhirnya tahu harus memperjuangkan haknya?
Lan Xin yang berkali-kali dicurangi oleh bos, akhirnya menggunakan kecerdasannya sekali ini.
Dia teringat kontrak kerja yang pernah mereka tandatangani.
Bagaimana mungkin dia melupakan tameng penyelamat ini? Saat bekerja untuk orang, harus tahu menggunakan senjata hukum untuk melindungi diri sendiri!
"Saat mulai bekerja untukmu dulu, kita sudah membuat perjanjian yang melarang tindakan keterlaluan. Tapi apa yang sudah kamu lakukan padaku?"
Lan Xin menuding Lei Tingyu dengan murka, seperti ingin menghitung semua kesalahannya.
Jangan kira dia tidak punya nyali! Harimau tidak mengaum lalu dikira hello kitty?
"Apa yang kulakukan padamu?" Lei Tingyu memandang wajah seriusnya, merasa kemarahannya justru menggemaskan.
Mata akan membulat lebar, mulut mengembung seperti air, sorot mata berbinar penuh vitalitas.
Dibandingkan ekspresi polos dan hati yang patah kecewa saat bertengkar sebelumnya, sekarang jauh lebih menggemaskan.
Boss tiba-tiba merasa berseteru dengan kucing lebih seru daripada kerja, bahkan lebih menyenangkan daripada menulis program favoritnya.
"Apakah hippocampus yang bertugas menyimpan memori di kepala IQ 250-mu sudah digantikan oleh corpus cavernosum?" Lan Xin menusuk tajam.
Setelah menyelesaikan penjelasan metafora rumit ini, ia benar-benar ingin memuji habis-habisan kemampuan retorikanya sendiri! Akhirnya ada kesempatan membalas orang jahat Lei dengan tajam!
Lei Tingyu mengernyitkan alisnya dua kali, "Perhatikan diksimu."
Kamu sendiri yang 250, seluruh keluarmu—Goblog!
Apa dia terkontaminasi IQ kucing liar ini? Bukankah "seluruh keluarga"nya juga termasuk dirinya?!
"Untuk picik sepertimu yang melanggar kontrak, aku sudah terlalu sopan! Lihat sendiri, apa yang tertulis di sini!"
Ekspresi puas terpampang jelas di wajah Lan Xin.
"Tertulis apa?" tanyanya malas, dokumen mainan ini memang sengaja dibuat untuk menggoda.
Hanya si polos ini yang mengira kertas kosong bisa membungkus dirinya.
"Hitam di atas putih tidak bisa baca? Selama masa kontrak kerja kita, kau tak boleh melakukan ini-itu padaku! Coba kau hitung, sudah berapa kali kita—"
"Berapa kali?" Boss malah penasaran.
Si kucing liar yang kembali digoda ini malah mulai menghitung jari-jarinya dengan lugu.
"Jika tidak dihitung per hari, maka berdasarkan kuota penjelajahan, belum termasuk yang gagal, plus godaan verbal dan yang merobek pakaianku..."
Lan Xin menghitung dengan jari-jarinya penuh konsentrasi, sadar tak mampu menghitung semuanya.
"Sesuai kontrak, dihukum tembak lima menit saja sudah termasuk penanganan ringan dari Partai dan Rakyat untukmu!"
Setelah berkali-kali dieksploitasi, akhirnya memberanikan diri membalas. Sulit ditentukan apakah ini tindakan pintar atau bodoh.
Lei Tingyu menatap ekspresi seriusnya, tiba-tiba merasakan sensasi familiar mengalir di perut bagian bawah.
Hari semakin larut, perempuan penuh konsentrasi di hadapannya memancarkan aroma harum yang menenangkan, pintu setengah terbuka di belakangnya memperlihatkan ranjang bersprei kartun.
Mungkin ia tak sadar, sikap seperti ini justru membangkitkan nafsu penaklukkan dalam dirinya.
Inilah alasan sebenarnya ia tak suka senyum palsu di wajahnya, lebih membenci kepura-puraan lembut yang menutupi karakter asli.
Lei Tingyu telah mencoba berbagai cara untuk memaksanya kembali ke kepribadian semula.
Seperti saat ini, tanpa trik licik atau akting buruk yang menghina kecerdasannya sekaligus menginjak-injak keluguannya.
Yang tersisa hanyalah emosi paling autentik, meski berbalut kepedasan menyengat, tetap terasa pedas yang menyegarkan semangat dan penuh harapan.
Ingin menekannya dalam pelukannya, menaklukkannya dengan kekuatan, membuat wajah kecilnya dipenuhi kepasrahan yang tertaklukkan, menyisakan hanya jejaknya di tubuh dan hatinya.
Dalam hitungan menit singkat, tubuh boss telah mengalami perubahan kimiawi yang masif.
Tampaknya dia benar, hippocampus di otak cerdiknya yang bertanggung jawab atas memori dan penyimpanan, benar-benar telah digantikan oleh corpus cavernosum di bagian bawah yang mengendalikan impuls...
Sorot mata boss pada Lan Xin semakin membara, semakin haus.
Awalnya Lan Xin serius menghitung isi kontrak, berharap bisa membatasi tindakannya.
Namun semakin dibicarakan, firasat familiar menyelimutinya. Saat menoleh, hanya tatapan dalamnya yang menembus.
Cukup membuatnya gemetar.
Sekilas pandang saja, bulu kuduknya berdiri, setiap helai rambut hampir meremang.
Setelah hidup bersama berbulan-bulan, mana mungkin tidak tahu! Tatapan itu persis pertanda transformasinya akan dimulai!
Lan Xin geser mundur dua langkah.
Meski hubungan emosional mereka masih dalam tahap saling menguji, secara fisik sudah tak asing lagi.
Sorot matanya jelas menginginkan... itu!
"Kontrak, ingat kontrak!" Peringatannya tertelan desakan langkahnya.
"Kontrak apa?"
Insting binatangnya mencium situasi genting.
Hujan deras menggelagar di luar, sepasang manusia dalam ruangan.
"Biasanya dalam film, ketika dua faktor ini muncul, di adegan berikutnya kilat menyambar, pasti ada pakaian berserakan di lantai, lalu langsung terlihat pasangan yang sedang berguling-guling di ranjang!"
Berdiskusi tentang hal 'tidak boleh berguling di ranjang' dengan seorang pria dalam situasi berduaan, sepertinya bukan pilihan yang bijaksana.
Lan Xin yang terlambat menyadari, akhirnya sadar bahwa dirinya agak bodoh. Ia berbalik ingin kabur, tapi pria itu lebih dulu mengunci tubuhnya di dinding!
"Masih ada semur daging merah di kompor, aku mau periksa!" katanya dengan susah payah.
Lei Tingyu tersenyum sinis, bibirnya melengkung.
"Jangan selalu pakai alasan sama setiap kali mau kabur!"
Tangannya mengurung tubuh wanita itu di antara dinding dan badannya, menciptakan formasi "ドン" yang sempurna!
Di ruang sempit ini, detak jantung Lan Xin semakin kencang.
Aroma pinus samar dari tubuhnya bercampur aura dominannya nyaris meluluhkan logikanya. Dengan sisa-sisa kesadaran, ia mencoba bernegosiasi.
"Kita punya kontrak! Kau tak boleh melakukan... itu padaku!"
"Itu yang mana?" Pria itu mengangkat dagu kecilnya, memaksanya menatap mata hitam pekatnya. Bibirnya menyentuh ujung rambutnya.
"Yang ini?"
Bibir hangatnya mulai merayap, berhenti di kening mulusnya. "Atau... yang ini?"
Ke mana pun bibirnya berpindah, jiwa Lan Xin mengikuti.
"Pria jenius tingkat yang bisa menghipnotis orang dengan pesona menakjubkan, mana mungkin Lan Xin yang minim pengalaman asmara ini bisa bertahan."
"Saat bibirnya hampir menyusur kelopak matanya yang bergetar, tiba-tiba dering ponsel kasar menggema."
"Telur ayam kampung! Siapa makan telurku, dijamin hidup seratus tahun!"
Suasana mesra langsung buyar diterjang dering konyol ini!
Boss Lei yang sedang bersemangat langsung kehilangan separuh mood, melototi Lan Xin dengan mata berapi.
"Dering baru... bagus kan?" Lan Xin mencoba mencairkan keheningan canggung.
"Bagus apaan!"
"Ganti!" geram Tingyu sambil menunduk, berusaha melanjutkan "urusan besar" yang tertunda.
"Nenek makan telur kampung, lebih cantik dari gadis muda!" Dering masih terus berbunyi.
Lei Tingyu saat ini ingin membabat semua pedagang telur kampung di muka bumi.
"Ponselku berdering, minggir!"
Khawatir itu panggilan dari rumah perawatan, Lan Xin mengusir bayangan pria iblis itu dan buru-buru meraih ponsel di meja.
Nomor yang terpampang di layar langsung mengubah wajah malu-malunya menjadi merah padam.
Boss Lei menyusul, penasaran siapa yang berani mengganggu saat-saat genting.
Melihat ekspresinya, tangan panjangnya langsung menyambar ponsel tersebut.
Begitu melihat identitas penelpon, wajahnya bahkan lebih suram dari Lan Xin.
"Telepon yang membuat Lei Tingyu dan Lan Xin sama-sama merasa kesal ini, adalah panggilan dari Lan Xiang."
"Dialah yang menghasut munculnya keretakan antara Lei Tingyu dan Lan Xin!"
"Lan Xin membencinya sampai ke tulang, sementara Lei Tingyu bahkan sudah mulai menyusun strategi untuk membereskannya."
"Jika bukan karena perempuan menjijikkan ini yang mengirimkan foto-foto menjijijkan itu, mana mungkin kucingnya bisa berselisih begitu hebat dengannya?"
"Dan perempuan sialan ini, berani-beraninya menelepon di saat seperti ini."
"Lan Xin yang menduga tak akan ada hal baik dari pencariannya, bermaksud mematikan telepon dengan wajah muram."
"Dia sama sekali tak ingin berdialog dengan perempuan gila Lan Xiang itu, mendengar suara manis palsunya saja sudah ingin muntah!"
"Tapi Lei Tingyu sudah lebih dulu menekan tombol penerimaan, bahkan mengaktifkan mode speaker."
"Dia ingin melihat, apa tujuan perempuan jahat berhati ular yang ingin mati-matian membunuh kucingnya ini menelepon sekarang!"
"Dasar picik tak tahu malu, siapa yang suruh sembarangan mengangkat telepon orang?!"
"Lan Xin melotot keras padanya, tapi terkejut melihat kemarahan yang terpancar dari wajah Lei Tingyu."
"Dia terlihat bahkan lebih kesal daripada dirinya."
""Lan Xin, aku memerintahkanmu segera kembali! Jika tidak, foto-fotomu dengan Mu Feng akan kukirim ke media, sekarang juga!""
"Suara histeris Lan Xiang bergema dari balik telepon."
"Foto apa dengan Mu Feng?"
"Lan Xin terpaku."
Setengah hari baru teringat, yang dimaksud Lan Xiang seharusnya adalah foto pelukan yang memicu transformasi Lei Tingyu!
Meski hubungannya dengan Mu Feng sebersih air murni, foto semacam itu begitu beredar, Lan Xin bahkan jika terjun ke Busi He takkan bisa membersihkan namanya.
Bahkan orang pintar seperti boss pun akan salah paham hubungannya dengan Mu Feng melihat foto itu, apalagi reaksi orang biasa?
Lan Xin melirik diam-diam ke Lei Tingyu.
Tepat seperti dugaannya, wajah Lei Tingyu semakin muram mendengar nama Mu Feng dari mulut Lan Xiang.
Melihat ekspresinya, hati Lan Xin seperti tertusuk, dengan mudah ia mengingat kembali kenangan tak menyenangkan itu.
Apakah dia akan kembali tak mempercayaiku?
Lan Xin murung. Merasakan kegelisahannya, Lei Tingyu mengulurkan tangan mengusap rambutnya.
Lan Xin bingung menatapnya, mengapa boss bisa selembut ini?
