Bab 92 Xiao Yu dan Xiao Lan, Ayo saling menyakiti!
Mulai sekarang, boss tidak akan membiarkan Lan Xin sendirian menghadapi semua keburukan itu.
Ungkapkan saja, biarkan kemarahannya semakin besar. Dengan begitu dia akan membuat Lan Xiang si perempuan bajingan itu mati lebih menyedihkan!
Lan Xin sebenarnya masih punya sedikit perasaan terhadap Lan Xiang di awal.
Dia sudah terbiasa sendiri, tidak punya teman main masa kecil. Jadi saat melihat adik perempuan sebaya yang berpakaian cantik, dia cukup senang.
“Saat pertama masuk Keluarga Lan, aku membawa seekor anjing kampung Tiongkok dari desa.”
“Anjing kampung?” Boss mengerutkan kening, seekor anjing kampung biasa saja, dijelaskan seolah sesuatu yang megah!
Lan Xin melototi dia.
“Nilai seekor peliharaan, bagaimana bisa diukur dari varietasnya? Aku memang sangat menyukainya, dia peliharaanku favorit, sangat menggemaskan!”
Lan Xin sampai sekarang masih ingat, anjing kampung kecil yang dibawanya dari desa, baru saja disapih, selalu menjilati tangannya, lucu sekali.
"Aku menaruh Xiao Yu di pangkuannya, itu rekan favoritku." Kenang Lan Xin.
Boss Lei awalnya mendengarkan dengan fokus.
Tapi saat mendengar nama yang diberikan pada anjing itu, alisnya langsung berkerut.
"Yu yang mana?" Jangan-jangan itu Yu-nya dia!
"Aku juga tidak tahu, toh namanya Xiao Yu, sepertinya ada hubungannya dengan seorang kakak yang kutemui saat kecil."
Memori masa ini agak kabur bagi Lan Xin. Sebelum masuk keluarga Lan, dia jatuh dari pohon dan membentur kepala, beberapa ingatan menjadi tidak jelas.
"Kakak apa?" Suaranya tanpa sadar mulai tegang.
Lan Xin memiringkan kepala berpikir, benar-benar tidak ingat, lalu melambaikan tangan, "Itu tidak penting."
"Oh, tidak penting?"
Suaranya penuh ancaman, melihat perempuan itu tak berhati-hati, geram tapi juga sangat murka.
Lalu, menggenggam tangan putihnya yang mulus, langsung menggigit!
"Ah!" Lan Xin menjerit kesakitan, menarik kembali tangannya.
Di atasnya, sudah ada bekas gigitan rapi dari boss yang murka!
Lan Xin memandangnya penuh kekesalan dan kemarahan, "Lei Tingyu, apa kamu anjing?"
Sedikit tidak cocok langsung menggigit, apa maksudmu? CEO otoriter mana yang punya sifat suka menggigit seperti ini?
"Menggigit kucing liar tak berhati seperti kamu masih terlalu ringan," dia melotot tegas padanya, "Lanjutkan cerita tentang anjing itu."
Memiliki nama sama dengan anjing, sungguh memalukan. Dendam ini akan dibalas nanti oleh boss.
Lan Xin melanjutkan cerita masa lalunya dengan Lan Xiang.
Melihat Lan Xiang berpakaian bak putri kecil dengan usia yang sebaya, tak kuasa ia membayangkan putri-putri dalam dongeng, mengira gadis kecil berbusana indah ini akan sebaik hati para putri.
Untuk berteman dengannya, Lan Xin menaruh Xiao Yu di pangkuannya.
"Tak kusangka di usia begitu muda hatinya sudah sekejam itu. Dia melempar Xiao Yu dengan kasar ke lantai, hingga kini suara kesakitan Xiao Yu masih terngiang."
Lan Xin masih sedih mengingat masa itu. Karena salah menilai orang, Xiao Yu yang baru disapih terkapar merintih.
Lei Tingyu menghiburnya dengan pelukan, sementara Lan Xin sudah tenggelam dalam kenangan.
"Melempar Xiao Yu hanyalah awalan. Sejak itu, segala yang kusukai direbutnya. Boneka yang ibuku tabung lama-lama, dalam hitungan hari sudah remuk digunting di depan pintu. Kotak pensil kesayanganku dihantam palu hingga gepeng. Bahkan dia menghasut sekelompok siswa mengerumuniku di sekolah, memanggilku anak haram."
Sebagai anak kecil yang sangat menjaga muka, Lan Xin selalu menangis saat dikerumuni dan disebut anak haram.
"Tapi begitu kembali ke rumah dan menceritakan hal ini pada ibunya Jia Fang, bukannya mendapat hiburan dari ibu, malah ditatap dengan sorot mata penuh dendam yang lebih tajam oleh Jia Fang."
Lama-kelamaan, Lan Xin belajar menyembunyikan emosinya.
Lei Tingyu mendengarkan sambil menggeretak gigi, wajahnya muram.
"Dari dulu sudah tahu perempuan licik Lan Xiang itu bukan orang baik."
"Tapi tak disangka, sejak kecil Lan Xiang sudah begitu kejam."
"Aku hanya menyesal tidak mengetahui ini lebih awal. Seharusnya dari dulu sudah memberi pelajaran tegas pada Lan Xiang. Sudah cukup dia menginjak-injak kucingku bertahun-tahun!"
"Tapi sekarang tahu juga tidak terlambat."
Ia bertanya dengan suara berat, "Kau membiarkan mereka begitu saja menginjak-injakmu?"
Lan Xin menggelengkan kepala.
"Awalnya aku juga melawan. Tapi kalau ibu tahu aku melawan, pasti aku akan dipukuli lagi. Kadang kupikir, apakah penyakit Depresi Mengamuk ibuku ini akibat paksaan dariku? Karena aku tidak menurutinya, selalu melawan Keluarga Lan, sampai akhirnya dia menjadi gila."
"Depresi pada orang lain, mengamuk padaku. Luka yang diberikan ibu lebih parah daripada orang luar."
Luka batin seperti ini tak pernah diceritakannya pada siapapun.
Tapi kini pembicaraan sudah sampai di sini, mungkin karena cerita Bibi Chen tentang masa kecil Lei Tingyu yang membuatnya beresonansi, atau mungkin juga karena perasaan khusus padanya - yang jelas, dia menceritakan semuanya pada Lei Tingyu.
Lei Tingyu mengguncang bahunya sambil marah, "Lan Xin, apa otakmu kemasukan air?!"
Lan Xin merasa pusing diguncangnya, "Lei Tingyu kenapa sih, aku pusing!"
"Aku akan mengguncang air bodoh dari kepalamu! Ibumu itu gila, disakiti orang tidak membelamu malah memukulmu, Penakut seperti ini pantas jadi korban! Kenapa kau harus berkorban besar untuknya!"
Putri yang penurut seperti Lan Xin tidak dihargai ibunya, malah diperlakukan buruk. Lei Tingyu sangat tidak setuju dengan hal ini.
"Dulu saat aku kecil, dia sangat baik padaku, lagipula... dia satu-satunya keluarga yang kupunyai..."
Sorot mata Lan Xin terlihat bimbang saat membicarakan ibunya.
"Dia takut kehilangan Lan Mantian, jadi ingin aku jadi anjing penurut. Ke mana pun tulang keluarga Lan dilempar, aku harus berlari mengambilnya. Dipukul pun karena dianggap tak becus. Di hatinya, bagaimana mungkin anjing menggigit tuannya."
Lan Xin juga tak sepenuhnya paham pemikiran ibunya. Meski ibu-anak, dia tak pernah berpikir seperti Jia Fang - siapa yang menginjaknya, harus dibalas.
"Orang yang bahkan tak bisa melindungi anak sendiri, sama sekali tidak pantas disebut ibu!"
Apalagi pantas jadi ibu Kucing Liar. Jika bukan karena beban wanita gila ini, mana mungkin Lan Xin hidup susah. Pernikahannya pun karena keluarga Lan memanfaatkan ibunya untuk ancaman.
Makanya meski Lei Tingyu bisa membuat Jia Fang hidup nyaman di rumah perawatan pribadi, dia pura-pura tak melihat.
Bahkan perawat yang dikirim untuk Lan Xin, di bawah isyarat Lei Tingyu, hanya mengelabui Jia Fang.
Perempuan seperti itu tidak layak mendapat perawatan lebih baik, cukup tidak mati kelaparan atau kedinginan.
"Saat berusia 9 tahun, Lan Xiang memaki ibuku sebagai perempuan murahan yang menggoda suami orang. Aku tidak terima dan berkelahi dengannya, kudorong dia ke kolam renang di halaman."
"Bagus sekali."
Barulah seperti kucingnya, Lei Tingyu baru merasa cukup puas mendengarnya, mengelus rambutnya sebagai hadiah.
Lan Xin tenggelam dalam kenangan memalukan itu, menampakkan senyum getir.
"Bagus? Salah, aku menyesal. Aku membayar biaya besar untuk impulsifku itu."
