BAB 98 Bertemu Lan Xiang, Merobek atau Tidak Ini Adalah Masalah Sulit
Lan Xin sengaja memilih pakaian nyaman untuk jalan-jalan. Setelah Boss Lei mengganti seluruh isi lemarinya, setiap unit pakaian yang diambil secara acak pasti merek top.
Pelayan tidak tahu apakah ini tiruan kelas tinggi, tapi Fei Fei yang datang bersama Lan Xin mengenakan barang murah belanja online yang pasti bisa dia pastikan.
Orang kaya secara alami tidak akan berteman dengan kaum miskin, sehingga secara tidak langsung, pelayan merasa Lan Xin mustahil punya latar belakang kuat.
Setelah menjatuhkan penilaian atas status Lan Xin, nada bicaranya mulai tidak sopan dan menyindir.
"Saya memang tidak punya bukti, tapi barang-barang di toko kami harganya tidak murah. Gaji kalian berdua selama beberapa bulan mungkin tidak cukup untuk membeli satu boneka. Sudah lama berkeliling tapi tidak membeli apa-apa, sambil membawa tas sebesar ini. Jika tidak takut ketahuan, mengapa takut diperiksa? Kalau tidak mengizinkan kami memeriksa, saya akan melapor ke polisi!"
Awalnya Lan Xin masih mendengarkan dengan sopan. Dia paham harus menghormati orang yang bekerja keras di berbagai industri, tidak pernah meremehkan para pelayan.
Jika pihak lawan bersikap sopan, dia akan membuka tasnya untuk mendukung pekerjaan mereka.
Tapi mendengar sampai akhir, sepertinya mereka sudah ngotot menyangka dia dan Fei Fei mencuri barang. Sikap yakin yang membuat alis Lan Xin berkerut.
“Ekspresinya yang lemah lembut, dipadukan dengan fitur wajah klasik, terlihat sangat memelas. Seperti perempuan malang yang tak berdaya melawan perlakuan semena-mena.”
Mo yang selama ini diam mengamati, wajahnya berubah tegas. Ia sudah bersiap untuk berdiri membela perempuan itu.
“San Di adalah saudaraku! Meski kami sering saling menggoda, bukan berarti aku akan membiarkan anjing-anjing ini menginjak-injak perempuan saudaraku!”
Gong Yun dengan sigap menahan bahunya. “Jangan bergerak.”
“Kau mau tidak peduli saat perempuan San Di dihina di depan mata kita?”
Gong Yun berkata tenang, “Jika bisa membuat San Di marah sampai segitu, menurutmu dia benar-benar lemah?”
“Lihat wajahnya yang begitu lembut, pasti dia itu— Hah?”
Situasi di depan telah berubah.
Yang tidak diduga Mo, kelemahan Lan Xin hanyalah penampilan luar. Perempuan ini sama sekali tidak butuh pembelaannya.
“Kalian boleh menggeledah kami asal ada bukti. Kami tak wajib membayar celah keamanan tokomu. Lagipula, mata mana yang melihat kami tak mampu membeli? Apa kalian tak tahu cara menghormati pelanggan?”
Lan Xin membalas tanpa ampun. Staf toko terdiam oleh ucapan tajamnya.
Tak disangka perempuan lemah ini memiliki ketajaman luar biasa. Yang lebih membuatnya ngeri adalah aura penguasa yang terpancar dari Lan Xin.
“Pokoknya, kalau mau keluar dari sini, tas itu harus dibuka untuk diperiksa!”
Di bawah tekanan Lan Xin, nada bicara staf toko melemah. Namun mereka tetap bersikeras.
Beberapa staf toko langsung mengerumuni, semua berdiri di sisi staf ini, bersama-sama membujuk Lan Xin dan Fei Fei agar membuka tas mereka untuk pemeriksaan.
"Lan Xin, bagaimana kalau kita mengalah saja."
Fei Fei melihat banyak orang berkumpul, ingin meredakan situasi.
"Tidak boleh, sebagai manusia harus punya batas dasar. Hal ini jelas-jelas bukan kesalahan kita."
Sikap keras kepala Lan Xin tidak hanya ditujukan pada Lei Tingyu saja, siapa pun yang membuatnya marah akan segera menunjukkan cakarnya.
Saat kedua pihak bersitegang, pintu toko terbuka. Para staf serentak menyambut perempuan yang masuk dengan teriakan "Selamat datang".
Berlawanan dengan sikap tidak hormat mereka pada Lan Xin, karena mereka semua mengenali ini adalah platinum VIP toko.
"Nona Lan, sudah lama tidak datang." Staf yang tadi mempersulit Lan Xin segera menyapa, wajahnya merekah seperti bunga.
Pandangan penuh kebencian Lan Xin dan Lan Xiang saling bertemu di udara, Lan Xin hampir tak tahan ingin menampar Lan Xiang beberapa kali.
Sementara Mo Lao Er, saat melihat Lan Xiang muncul, tak sengaja meniup peluit.
"Lao Er, selera macam apa ini?" Gong Yun mengira dia tertarik pada Lan Xiang, memandangnya dengan jijik.
Perempuan ini, aromanya terlalu kuat seperti wanita malam, sekilas terlihat tak tahan uji.
"Jangan bercanda, aku memandangnya? Kamu tahu siapa orang ini?"
Mo Lao Er berbaring di dekat telinga Gong Lao Da, berbisik-bisik menceritakan semua dendam antara Lan Xiang dan Lei Tingyu.
Setelah mendengar, Gong Yun mengangkat alisnya.
“Maksudmu, San Di menyuruhmu mematahkan kaki Lan Mantian dulu, lalu menyelidiki Lan Xiang?”
Mo mengangguk, “Sebenarnya San Di sedang merencanakan apa? Ini kan keluarga istri dia sendiri?”
Sorot mata Gong Yun berkilat penuh makna.
Terbayang kembali malam ketika San Di mabuk berat.
Gumaman San Di saat mabuk itu kembali muncul di benak Gong Yun.
“Rumah sialan itu emang ada apa sih? Demi keluarganya, dia berani-berannya minta cerai dariku...”
Tiba-tiba Gong Yun agak mengerti alasan di balik tindakan San Di.
Benar-benar San Di yang kejam dalam bertindak. Inikah caranya memutus semua jalan mundur wanita itu dan menghancurkan keluarga istrinya sampai ke akar-akarnya?
Siapapun yang dirindukannya, San Di akan membunuhnya. Sampai akhirnya dunia wanita itu hanya menyisakan dirinya seorang. Niat licik ini membuat Gong Yun bingung harus menyebut Lei Tingyu sebagai pria posesif atau mengasihani Lan Xin yang malang.
Adik ipar, sebenarnya apa yang telah kau perbuat sampai menjadi incaran San Di seperti ini?
Sungguh tidak jelas apakah menjadi target perhatian Lei Tingyu itu sebuah keberuntungan atau kemalangan.
“Lao Er, kuingatkanmu sebuah pepatah bijak.”
“Apa?” Mo masih mengawasi ketegangan antara Lan Xin dan Lan Xiang.
Mo merasa dua wanita ini bisa bertengkar kapan saja. Dia harus mengawasi agar istri San Di tidak dirugikan.
“Ke depannya, jangan pernah mengganggu wanita di hadapan San Di. Kecuali kau ingin mati.”
Perkataan Gong Yun tertutupi oleh suara melengking Lan Xiang dari depan.
"Yo, siapa ini? Bukan Lan Xin si barang rongsokan yang bermimpi jadi phoenix di dahan tinggi, tapi malah dibuang seperti sepatu bekas?"
Mata Lan Xiang berbinar melihat Lan Xin.
"Dasar bajingan kecil! Sok jagoan lewat telepon, tapi akhirnya ketangkep juga. Harus kubawa pulang ke Keluarga Lan!"
"Sebelum itu, kubikin malu sampai puas!"
"Lu mandi pake air kloset ya?" Fei Fei menghalangi di depan Lan Xin, pose kayak induk beruang lindungin anak.
Sikap kesatria-nya diamati dua pria dengan interpretasi berbeda.
Mo rasa si wajah apel kecil ini lumayan imut dan loyal ke teman.
Gong Yun sama sekali tak tersentuh. Di dunianya, semua orang tak relevan tak layak dipikirkan.
"Si miskin jangan dekat-dekat!" Lan Xiang mencibir Fei Fei, lalu bertanya ke pegawai:
"Ini bagaimana?" Telunjuknya acak-acak ke arah Lan Xin.
"Dua pelanggan ini muter-muter lama sambil bawa tas ke titik buta. Saya curiga mereka mencuri."
"Wah Lan Xin, katanya dibuang Lei Tingyu? Sampai harus mencuri karena miskin ya?"
Nada iri ini bikin Fei Fei gerah.
"Lan Xiang, gimana sih bicara sama kakak?"
"Gue ga punya kakak sial kayak dia! Jangan asal nyebut hubungan!"
"Lan Xiang menoleh ke arah pelayan yang menjilatnya sambil berkata, 'Ini pembantu keluarga kami, sejak kecil tangannya tidak pernah bersih, periksa, periksa sampai tuntas, buka semua pakaiannya untuk diperiksa!'"
Lan Xin memutar matanya, kualitas Lan Xiang masih sama menyedihkannya.
Alasan tidak melawan Lan Xiang bukan karena takut padanya.
Melainkan karena Lan Xin melihat dua orang yang duduk di area istirahat.
Kedua orang itu, katanya teman Lei Tingyu, entah apakah ada kerja sama bisnis.
Jika mereka rekan bisnis, apakah pertengkaran terbuka dengan Lan Xiang akan mempengaruhi reputasi boss?
