BAB 111 Rival cinta bertemu mata memerah
Lan Xin menatap Mu Feng tanpa berkedip. Masihkah ini pemuda lembut yang disukainya di masa muda dulu?
Tindakannya sekarang bahkan lebih keterlaluan dibanding keputusan Lei Tingyu yang ingin bercerai dengannya dulu!
Saat Lei Tingyu menceraikannya dulu, Lan Xin juga tidak sepenuhnya benar. Ia mendekati Lei Tingyu dengan tujuan tertentu, dan perasaannya pun tidak sepenuhnya tulus.
Namun perasaan Shishi terhadap Mu Feng, meski hanya beberapa kali bertemu, mampu menyentuh hati Lan Xin.
“Jadi, saat Mu Feng mengumumkan pembatalan pertunangan mereka, intuisi pertama Lan Xin adalah kemarahan, merasa perempuan yang hanya beberapa kali bertemu itu tidak layak.”
“Mu Feng, kurasa kau salah paham. Sekarang aku tidak punya niat mencari orang lain, apalagi makan dari mangkok sambil melirik wajan. Kita berdua sudah tidak mungkin lagi.”
“Tapi, bukankah kau dan Lei Tingyu sudah bercerai? Sekarang aku juga lajang, kita——”
“Tuan Mu, bertemu denganmu di sini benar-benar ‘kebetulan’”
Suara dingin bagai es terdengar dari belakang Mu Feng.
Lei Tingyu menyimpan petir di dada namun wajahnya tenang bagai danau, aura-nya perkasa, dengan tenang memandangi pasangan ini.
Lan Xin segera menunduk takut ketahuan, entah mengapa tiba-tiba merasa seperti tertangkap basah?
“Sepertinya Tuan Mu dan Lan Xin sedang ‘berbincang akrab’?”
Perkataan Lei Tingyu membuat Lan Xin mengkeret ketakutan. Saat ini, dia juga tidak mengerti apa yang dipikirkan Lei Tingyu.
Meski raut wajahnya tenang, namun terasa bayangan badai yang samar.
“Ting Yu, aku akan turun bersamamu melanjutkan peninjauan. Mu Feng, aku duluan pergi.”
Dia sangat takut situasi ini akan menimbulkan masalah. Berdiri sambil menggenggam tasnya, dia bergegas menghampiri Lei Tingyu, bahkan tidak berani menatap ekspresi Mu Feng saat ini.
Satu langkah, dua langkah, sebentar lagi akan sampai di dekat Lei Tingyu.
Tiba-tiba lengan Lan Xin diremas kuat. Bola mata Lei Tingyu seketika menghitam pekat.
Lan Xin menengok ke belakang, menatap Mu Feng yang menggenggam lengannya, merasa otaknya kosong.
Mu Feng menggenggam lengan Lan Xin, namun tatapannya menantang ke arah Lei Tingyu.
"Lan Xin, di hadapannya, kukatakan sekali lagi. Maukah kau ikut denganku, menikahiku, agar kuberikan rumah yang utuh padamu?"
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Mu Feng merasa bebannya lebih ringan.
Akhirnya dia mengatakannya!
Sejak pertama kembali dan melihatnya, dia ingin mengatakan kalimat ini.
Lan Xin merasa petir menyambar ubun-ubunnya - Mu Feng melamarnya?
Mu Feng menatapnya penuh tekun menunggu jawaban, tangan tetap mencengkeram lengannya.
"Dulu karena Keluarga Lan, kita terpisah. Kali ini, aku tak ingin melewatkanmu lagi. Berikan jawabanmu."
Lei Tingyu tersenyum getir di balik kemarahannya.
Bagus! Berani melamar wanitanya di hadapannya?
Apa dia menganggapku sudah mati?
Saat menerima pesannya, Lei Tingyu merasakan firasat buruk mengalir deras di hatinya.
Orang macam apa yang harus "mengobrol berdua" sampai tak bisa dibicarakan di pameran seni?
Jawabannya: Pria liar yang berniat jahat pada wanitanya!
Dalam menyikapi masalah Lan Xin, insting Boss Lei setajam kejeliannya membangun kerajaan bisnis.
Dengan amarah menyala, dia melesat ke lokasi - bahkan dari kejauhan sudah mencium bau perselingkuhan.
Menahan murka, dia mendapati calon rival cintanya sedang menatapnya dengan ekspresi layak dipukul.
Mengajukan pertanyaan yang begitu menjijikkan pada perempuan miliknya.
Maka, tanpa menunggu anak kucing kecil tak setia ini menjawab solusi yang membuatnya muntah darah, Lei Tingyu lebih dulu memotong pembicaraan pihak lawan.
Kekuatan membunuh Boss Lei berkedip sejenak, Mu Feng yang melihatnya kalap merasa sangat puas di hati.
Lei Tingyu yang merebut barang kesayangan orang lain juga tak boleh terlalu senang!
Tapi segera, performa Lan Xin membuat Mu Feng merasa gelisah.
Sejak Lei Tingyu muncul, matanya terus menatapnya tanpa henti.
Karenanya, ketika Lan Xin berdiri untuk mencari Lei Tingyu, Mu Feng menyeretnya dan mengajukan pertanyaan yang membuat Lei Tingyu mengamuk.
Dia melamar Lan Xin.
Sebagai pemeran utama pusat peristiwa, Lan Xin sepenuhnya berada dalam status bingung dan macet.
Tarikan Mu Feng pada lengannya membuatnya kesakitan, Lan Xin tak tahu harus berbuat apa, secara insting menatap Lei Tingyu seolah ingin meminta bantuannya.
Sedangkan raut wajah Lei Tingyu secara instan membuat Lan Xin merasa ngeri.
Dia, tertawa.
Meski tertawa, kedalaman di matanya membuat Lan Xin sangat tidak nyaman.
Tampaknya hanya dalam kondisi kemarahan ekstrim, barulah sorot matanya seperti ini.
Saat ini di kepala Lei Tingyu telah muncul seratus metode untuk membunuh Mu Feng.
Tiba-tiba, tatapan memohon Lan Xin secara ajaib meredakan sebagian amarahnya.
Si kucing telah mulai bergantung padanya.
“Si kecil, nanti kita hitung di belakang!” Dia melototi Lan Xin, yang menundukkan kepala dengan rasa bersalah.
Interaksi intim tak kasat mata antara mereka berdua tertangkap mata Mu Feng yang masih menunggu jawaban Lan Xin. Ia melepaskan genggaman pada Lan Xin, menghantam meja lalu berdiri.
“Lei Tingyu, serang aku saja! Mengapa harus menyusahkan Lan Xin?”
Mendengar itu, Lei Tingyu mengangkat alis dan melirik Lan Xin dengan dingin. “Apa aku menyusahkanmu?”
Lan Xin menggelengkan kepala seperti gendang, jelas dia belum ingin mati.
Tentu saja dia tahu melawan bos saat ini hanya akan berujung jalan buntu.
Reaksinya membuat Mu Feng semakin yakin ada sesuatu yang dipegang Lei Tingyu terhadap Lan Xin. Ia mempertegas nada bicara:
“Kabar luar bilang CEO Lei punya strategi mumpuni. Tapi ternyata butuh taktik licik untuk dapatkan pernikahan dan perempuan. Sudah bercerai masih tak melepaskannya, sungguh hina.”
Pria macam ini, cuma punya status dan tampang, mana pantas dapatkan perempuan ceria seperti Lan Lan? Sudah dapat malah tak hargai sampai bercerai.
Meski interaksi Lan Lan dengan Lei Tingyu membuat Mu Feng mulai paham, dia tetap melakukan upaya terakhir.
Menang atau kalah, ditentukan sekarang.
Lei Tingyu tersinik dingin, seolah tak tergoyahkan. Entah apakah pukulan berton-ton itu sampai di hatinya – tak ada yang tahu.
“Ada strategi yang bisa digunakan, setidaknya membuktikan aku masih punya otak. Tidak seperti sebagian orang yang ingin menggunakan strategi tapi tak punya kesempatan, bukankah itu lebih menyedihkan?”
Siapa yang unggul dan siapa yang terpojok, sudah jelas. Dalam hal ketajaman lidah yang kejam, belum ada yang bisa menyaingi Lei Tingyu.
“Apakah CEO Lei pernah mendengar pepatah ini: Terlalu pintar berhitung malah merenggut nyawamu sendiri! Terlalu banyak menghitung, hati-hati akhirnya tak dapat apa-apa.”
Mata Lei Tingyu menyipit tajam. Makhluk ini benar-benar mengundang pukulan, setiap ucapannya terdengar melengking menyakitkan telinga.
“Di mana kau ketika Lan Xin membutuhkan bantuan? Sekarang dia baik-baik saja, untuk apa kau muncul lagi?”
Perkataan Lei Tingyu membuat Mu Feng yang semula unggul tiba-tiba terpojok. Kalimat ini benar-benar mengenai titik kelemahannya.
Keduanya langsung saling serang begitu bertemu, bau mesiu terasa di udara. Sebagai orang berstatus, skandal ini akan merugikan semua pihak. Lan Xin terjepit di tengah.
“Kalian berdua jangan begini. Bicaralah baik-baik. Aku traktir kopi, redakan amarah kalian.”
“Kau diam!” Lei Tingyu sangat paham kebiasaan Lan Xin yang selalu menawarkan makanan saat serangan penyakit canggungnya kambuh.
“Jangan kasar padanya!” Mu Feng langsung berdiri dengan muka masam melihat nada bicaranya pada Lan Xin.
