Bab 114 Mengapa pertengkaran terasa begitu manis
Boss sekarang sebenarnya ingin mengikat Lan Xin di ranjang, sampai dia patuh.
Tapi konsekuensi yang harus diterima jika melakukannya, dia juga mengerti di hati.
Sehingga terpaksa meluapkan amarah yang tak tersalurkan ke sini, melihat wajah pucat pasi Lan Xin yang ketakutan, ada perasaan puas di hatinya.
Kucing yang patut dibenci ini selalu membuat emosinya di luar kendali, memicu Iblis dalam hatinya.
Tidak ada alasan untuk berdebat dengan Si Gila, Lan Xin menekan rasa takutnya, mengambil penyedot debu, tapi mendengar perintah sialan dari pria pembuat kekacauan itu.
"Dilarang pakai penyedot debu, kumpulkan dengan tangan!"
"Lei Tingyu jangan terlalu berlebihan!" Lan Xin marah melempar penyedot debu, Si Gila Petir ini sebenarnya kenapa hari ini?!
Menggigit-gigit lalu membuat kekacauan ini untuk menakut-nakutinya!
"Bukankah kau bilang diri sendiri hanya pelayan? Pelayan harus berwujud seperti pelayan, cepat!"
Maksud Lei Tingyu sebenarnya adalah memaksa Lan Xin merefleksikan diri.
Pelayan mana yang mendapat perlakuan seperti dia?
Memakai merk ternama, memegang kartu tanpa batas, berani menunjukkan cakar kucing pada Tuan!
Ya, memang dulu dia mengatakan beberapa kata yang memprovokasinya, tapi selama ini, perlakuan dia padanya, apakah benda tak berperasaan ini sama sekali tidak punya firasat?
Mantan kekasihnya datang menusuk paru-parunya, apakah dia tidak bisa mengucapkan beberapa pujian, berlagak manja, menunjukkan prinsipnya?
Mulutnya terus mengatakan dirinya hanya karyawan paruh waktu, apakah ini peringatan bahwa setelah utang dilunasi dia akan kabur?
Semua ini membuat Lei Tingyu murka dan panas hati, menatap Lan Xin dengan tatapan tajam.
Dia menunggunya untuk menyerah, asalkan dia mau memuji beberapa kata baik, secara alami dia tidak akan mempersulitnya lagi.
Tapi Lei Tingyu jelas-jelas meremehkan ketegaran Lan Xin.
Lan Xin menatap Lei Tingyu dalam diam selama beberapa detik, kedua tinju mengepal lalu melepaskan, berbalik masuk ke dapur, tak lama kemudian membawa sapu keluar, dia mulai membersihkan sedikit demi sedikit.
Pertama memilah fragmen yang lebih besar, lalu menyapu yang kecil-kecil.
Ruangan sudah berantakan, dia menunduk membereskan tanpa sepatah kata.
Banyak fragmen yang sangat kecil dan tajam, Lei Tingyu melihatnya membereskan dengan keras kepala tanpa mau memohon ampun, di hatinya bergolak amarah dan api, juga sedikit rasa sakit hati yang sang bos sendiri enggan akui.
Melihat tangan kecil putihnya melintas di antara fragmen tajam, hatinya ikut tercabik.
Kucing sialan, apakah begitu sulit menyerah padanya?
Lan Xin juga merasa sangat terzalimi, perubahan suasana hati Lei Tingyu kembali melukai hatinya.
Dalam hati memikirkan kekejaman dan sikap semaunya Lei Tingyu, karena terganggu, tangannya tak sengaja menyentuh pecahan kaca.
"Aduh!" Darah langsung mengalir deras, Lan Xin menarik tangannya sambil refleks ingin memasukkan jari ke mulut.
Seseorang lebih cepat darinya.
Lei Tingyu yang awalnya masih berdiri di sudut dengan tatapan dingin, langsung melesat mendekat saat melihatnya terluka. Tak peduli bahaya menginjak serpihan, ia menggenggam erat pergelangan wanita itu.
Darah merah seketika memenuhi tangan mereka. "Dasar gabungan babi-kucing! Membereskan barang saja bisa tidak fokus!" bentak Lei Tingyu geram.
"Babi-kucing kamu! Sekeluargamu babi-kucing! Kalau bukan karena kamu tiba-tiba gila, aku tidak akan terluka!"
Lan Xin juga menyimpan amarah. Hari ini benar-benar hari sial baginya!
Dipaksa duduk di sofa, tangannya dibalut Lei Tingyu hingga mirip bakcang.
"Tak usah pura-pura baik! Bukannya pelayan harus berlaku seperti pelayan? Aku akan lanjutkan membersihkan lantai ini!"
Lan Xin bersikeras sambil berpura-pura ingin turun dari sofa.
Sorot mata tajam Lei Tingyu langsung menghantamnya.
"Duduk manis! Berani bergerak, gajimu kutahan tiga bulan—tidak, setahun penuh!"
Lan Xin membelalakkan mata marah, namun kharismanya kalah jauh dibanding bos. Sekali tatapan sang bos sudah membuatnya mengkerut.
"Ya sudah kalau begitu!"
Dengan geram ia mengeluarkan ponsel dan mengganti nama akun kedua WeChat-nya menjadi "Bosku Si Gila".
"Perilaku seperti ini meski agak kekanak-kanakan, tapi sangat memuaskan."
Dia memutuskan, kedepannya saat membuat kudapan untuk Lei Tingyu harus setelah BAB besar, tidak cuci tangan, menjijikkannya sampai muntah dan diare baru puas dendam!
"Hah, suara apa itu?"
Dia meletakkan ponsel, terkejut melihat boss sedang memegang penyedot debu, asal-asalan membersihkan ruangan.
Harus diakui, gerakan rumah tangga seperti itu dipadukan ekspresi gelapnya saat ini, menimbulkan kelucuan yang tak terduga.
Lan Xin secara instingtif mencari EF-nya, pemandangan seperti ini kalau tidak dihantam keras dan dibagikan ke lingkaran pertemanan untuk mengejeknya, sayang sekali!
"Berani mengganggu, kubuat kau selamata berpisah dengan kamera palsumu itu!" Lei Tingyu seketika memahami kelicikannya, mengancam.
Satu kalimat dari boss, Lan Xin langsung jujur, tapi mulutnya masih lancang.
"Ada pepatah yang bilang? no zuo no die, why you try? no try no high give me five!"
"Diam!" Boss yang menjelma jadi petugas kebersihan sudah jengkel, kucing ini masih mengganggu!
Lan Xin pura-pura tidak mendengar amarah boss, terus mengipasi api.
"Kuterjemahkan ya, arti rangkaian kata tadi adalah: Tidak cari mati tak akan mati bocah kecil kau cari jamur! Belum coba belum mati kan, ayo tos sama kakak rayakan!"
Sendiri menghantam barang lalu sendiri membersihkan, Lei Tingyu benar-benar jamur besar!
Sudut mulut Lei Tingyu berkedut, melepas penyedot debu, menghitung jari-jarinya sambil mendekat.
Lan Xin berteriak "Ah", langsung berlari, tapi baru beberapa langkah sudah dikejar. Refleks alaminya menutup mulut dengan tangan.
"Baru debat sedikit langsung mau cium, gak akan kubiarin sukses!"
Tapi kali ini perhitungannya meleset.
Boss tidak menciumnya. Boss mendudukkannya di pangkuan, lalu MENGHAJAR pantat kecilnya dengan keras!
"Lei Tingyu! Aku danmu tidak akan pernah berdamai!" Lan Xin hampir gila karena marah.
Diperlakukan seperti anak kecil berumur beberapa tahun! Bagian tubuh seperti ini bisa sembarangan dipukul?!
“no zuo no die why you cry,you try you die dont ask why ！”
Kalimat Lei Tingyu ini nyaris bikin Lan Xin muntah darah.
Pria tak tahu malu ini berani menggunakan ucapannya sendiri untuk membungkamnya!
Pipinya yang memerah itu justru sangat menghibur Lei Tingyu.
"Gak ngerti? Aku terjemahkan: Jangan cari mati kalau tak mau mati. Sudah nangis kenapa masih nekat? Kau coba, kau mati ya jangan tanya kenapa!"
"Lawan boss soal pintar? Kau masih hijau!"
Lan Xin gemetar marah, menjerit, lalu duduk di sofa melanjutkan gerutunya.
Boss sukses menjinakkan Kucing Liar, lalu dengan semangat segar mulai membereskan ruangan.
Lan Xin menyambar ponsel, mengganti nama kontak menjadi "Lei Si Anu Sampah Masyarakat". Seketika hatinya lega.
Satu duduk di sofa, satu membereskan rumah. Pertengkaran yang seharusnya mengguncang langit kini berubah jadi gurauan mesra layak kekasih.
Meski sama-sama kesal, tapi kemarahan kali ini sudah berbeda esensi dasarnya dengan kejadian sebelumnya.
Untuk pertengkaran kecil yang tidak sampai merusak hubungan ini dan sepertinya bisa meningkatkan sedikit kepercayaan, bos menyatakan bahwa ini boleh ada.
Saat Lan Xin masih sibuk berdebat ala kadarnya dengan Lei Tingyu, Lan Xiang mengalami momen tergelap dalam hidupnya.
Setelah dibebaskan dari rumah tahanan, tubuhnya penuh luka dalam keadaan yang sangat kerepotan.
Amarah ini tentu akan ditimpakan ke kepala Lan Xin!
