Bab 117: Punya anak belum berhasil, boss masih harus berusaha
Tidak sengaja bocorin pikiran asli!
Dia buru-buru tutup mulut, tapi si sudah dengar.
"King Kong?" Bagus, boss menyeringai dingin.
Jadi selain nickname WeChat aneh yang dia buat, diam-diam dia juga mikirin gini tentangku?
Lan Xin segera tersenyum manis, duduk manis di sampingnya sambil pijit pundak seperti anjing peliharaan.
“Anda salah dengar! Saya sangat memuja Anda, mana mungkin memberi Anda nama panggilan seperti ini?”
Sebenarnya, Lan Xin diam-diam mengacungkan jari tengah di dalam hati -_-
Namun boss sudah lama menembus semua ini, hanya menyapukan pandangan sekilas padanya tanpa membongkar rahasianya, memulai kuliah hari ini.
Lan Xin mulai mengantuk setelah mendengarkan beberapa saat.
Suara berat dan magnetis Lei Tingyu memiliki efek hipnosis yang sangat kuat.
Kepala Lan Xin mulai mengangguk-angguk berirama, hampir-hampir tertidur.
“Anda tidak takut?”
Hampir tertidur, tiba-tiba mendengar kalimat ini membuat Lan Xin nyaris mengira ini mimpi.
Melihat Lei Tingyu yang masih menghadap komputer, kalimat ini tidak berkaitan dengan pembicaraan sebelumnya.
Lan Xin terpaku sejenak, mungkin menebak bahwa yang ditanyakan adalah urusan penghajaran terhadap Lan Xiang.
“Apakah Anda akan menggunakan strategi yang sama terhadap saya?”
Ia diam sejenak.
“Tidak.”
Perasaan Lan Xin saat ini mirip makan hot pot hangat di musim dingin, setiap pori-pori terasa hangat.
Dengan senyum samar, ia menyandarkan sebagian besar berat badannya pada Lei Tingyu.
Kondisi mereka saat ini masih dalam tahap saling menguji dengan penuh kewaspadaan, meski belum sepenuhnya membuka hati, tapi keduanya sudah bersedia melangkahkan kaki pertama.
Ia tidak lagi menyembunyikan sifat liciknya di hadapannya, secara bertahap memperlihatkan Lei Tingyu yang sesungguhnya.
Lan Xin juga berhenti berpura-pura menjadi Nyonya lembut, kenakalan dan keberaniannya dalam mencintai/membenci mulai terungkap di hadapannya.
“Ini adalah perasaan yang sangat halus, proses mengurai benang kepompong, ternyata juga memiliki nuansa hubungan yang samar.”
“Meski dia tidak yakin posisi seperti apa dirinya di hati Lei Tingyu, tapi dia bisa merasakan bahwa dirinya memang berbeda dari yang lain.”
“Mungkin sekarang dia belum menyukainya seperti intensitas rasa sukanya, tapi bisa diperlakukan secara khusus oleh gunung es itu, sudah cukup membuat hatinya puas.”
“Dia menunggu beberapa saat, tidak kunjung mendapat jawabannya. Saat menunduk, hanya melihat gadis itu bersandar di bahunya, kelopak mata hampir terkatup.”
“Kamu belum menjawabku.”
“Masalah seperti ini masih perlu dijawab? Karena kamu tidak akan menggunakan strategi menghajar orang lain padaku, mengapa aku harus takut padamu?”
Lan Xin menguap, seolah pria itu baru saja mengajukan pertanyaan paling membosankan.
Lei Tingyu diam-diam menghela nafas lega, lalu mendengar gadis itu bicara sendiri.
“Sebenarnya, aku selalu punya saran keras untuk sinetron melodrama dan novel-novel norak di pasaran. Semua karakter wanita utama cacat otak ala Mary Sue. Contohnya drama baru Sang Zirui itu! Lihatlah si wanita bodoh itu, sama sekali tidak pantas dengan Sang Zirui-ku!”
“Punyamu?” Suara boss tak sengaja terdengar membawa aroma bahaya.
Seharian menonton drama bodoh dengan wajah kikuk. Kapan itu pemuda tampan jadi miliknya?
Lan Xin melambaikan tangan, “Jangan dipusingkan detail begitu! Lihatlah esensi dasarnya!”
Lei Tingyu mendengus. Esensi apaan itu? Sama sekali tidak terlihat olehnya.
“Tapi aku dengar ada penggemar sinting yang mempromosikan idolanya. Soal Sang Zirui ini, mulai sekarang jangan mimpi bisa dapat kontrak endorsemen dari Lei Group. Satu sen pun tak akan diberikan padanya!”
“Tahu nggak, pemeran utama perempuan di drama itu sangat bodoh. Dia tidak bisa membedakan baik dan jahat. Siapa yang baik padanya malah dibenci, sementara yang jahat malah dipercaya. Pada musuh bersikap seperti diterpa angin musim semi, tapi pada yang menolongnya malah bermuka tinggi. Dia mengaku mencintai dunia dan mengasihi semua orang, tapi apakah dunia mencintainya? Kalau aku, aku akan——”
Lan Xin berhenti sejenak, agak malu. Kata-kata manis seperti ini membuatnya sedikit grogi saat mengatakannya di depan Bing Shan.
Tapi Lei Tingyu tampak tertarik. Dia menutup laptop dan menatapnya serius, bertanya dengan penuh perhatian.
“Kalau kau, apa yang akan kau lakukan?”
“Kalau aku, siapa yang baik padaku, aku akan baik padanya. Siapa yang jahat padaku, akan kucari cara untuk membalas. Sesederhana itu. Musuh dari musuhku adalah temanku, sesederhana itu.”
Lei Tingyu mencerna kata-katanya perlahan, senyum tipis muncul di sudut matanya.
Jadi, diam-diam dia sedang menyatakan niat baik padanya?
Inilah kucing peliharaannya yang sejati. Jelas dalam cinta dan benci, tapi hidup dengan penuh kebebasan.
Bagaimana kehidupan Lan Xiang, Lan Xin tak tertarik tahu, juga malas peduli.
Bencana dari langit masih bisa diatasi, tapi bencana buatan sendiri tak tertolong. Lan Xin yang mati-matian mendekatinya tak menyangka kepintarannya justru menjerumuskannya.
Orang seperti ini tak layak dikasihani.
“Kalau boleh dikatakan, rencana licik Lan Xiang berakhir merugikan dirinya sendiri, satu-satunya pengaruh bagi Lan Xin adalah gangguan dari Lei Tingyu yang tampaknya berkurang.”
“Meski sikapnya masih dingin membeku, dan sering mengancam akan memotong gaji.”
“Tapi sepertinya ada yang berbeda, hal konkret apa itu Lan Xin juga tidak bisa menjelaskan, ini lebih seperti firasat.”
“Rasa takutnya terhadap Lei Tingyu mulai memudar, sejak dia berjanji tidak akan menggunakan strategi kejamnya padanya, dan dia menyatakan tidak takut lagi dengan taktiknya.”
“Suatu atmosfer khusus mulai berkembang di antara mereka berdua.”
“Kadang tercipta dalam sekilas tatapan tak sengaja saat makan bersama.”
“Kadang juga ketika dia memaksanya belajar pemrograman yang tidak disukainya, dan mengetuk kepala Lan Xin dengan geram karena kecewa akan ketidakmampuannya.”
“Meski setiap kali Lan Xin tertidur, saat terbangun dia selalu mendapati dirinya sudah terbaring di ranjang.”
“Mengenai siapa yang menggendongnya naik ke sana, Lan Xin malu untuk memikirkannya, tapi tidak sampai sebodoh itu untuk tidak tahu.”
“Hari itu, Lan Xin sedang memeluk laptop sambil mengunyah keripik dan menonton drama melodramatis, tertawa terkekeh-kekeh.”
“Tiba-tiba merakan hawa dingin dari belakang, saat menoleh, Lei Tingyu sudah berdiri di belakangnya dengan wajah masam menatap tas camilannya.”
“Ah! Kok kamu sudah pulang?!” Lan Xin menepuk-nepuk dadanya yang berdebar.”
“Nyaris mati kaget!”
“Makhluk ini jalan tanpa suara ya?”
"Lagipula siang bolong, tidak mabuk kerja seperti biasa, pulang ke rumah buat apa?"
"Makanan sampah seperti ini jangan dimakan banyak, sudah berapa kali aku bilang?"
Lei Tingyu mendekat, mengambil keripik Lan Xin dan melemparnya ke tong sampah.
Lan Xin memandang sedih keripik yang baru dimakan beberapa gigit, tanpa sadar menjilat sisa rasa di jarinya.
Sudah berapa lama dia tidak makan ini!
"Kalau ketahuan makan sembarangan lagi, kamu sudah tamat."
"Buat apa! Masih ada HAM tidak sih!"
Alasannya hanya satu, pandangan Lei Tingyu turun beberapa senti, tertuju pada perut Lan Xin.
"Menabur benih" dan "mengukus bakpao" sebelumnya gagal, dokter bilang karena stres berlebihan dan ketidakseimbangan hormon.
So, revolusi belum berhasil, boss masih harus berusaha.
Orang yang merencanakan kehamilan, camilan dan peralatan listrik, lebih baik tidak usah dimakan.
Alasan seperti ini, boss tidak berniat menjelaskan padanya.
"Ganti baju." Dia melirik piyama kartunnya, menambahkan, "Kucing tanpa mulut ini, buang saja."
"Kucing tanpa mulut ini, buang untukku."
Sudut mulut Lan Xin berkedut, Program King Kong kamu keterlaluan, piyama Hello Kitty-ku salah apa?
Setelah kejadian gorila Monchhichi sebelumnya, Lei Tingyu kembali mengeluarkan pernyataan aneh, kucing tanpa mulut...
