Bab 128 Kedua Belah Pihak Terluka, Betapa Hangatnya Pemahaman
Lan Xin sedang bermimpi indah: menginjak Lei Tingyu di bawah kakinya sambil tertawa terbahak-bahak, Sang Tuan menunduk patuh memanggilnya Sang Ratu.
Baru puas sebentar, tiba-tiba seekor makhluk berkepala bos berbadan lalat terbang mendekat, menghembuskan napas beralkohol sambil tertawa arogan.
"Pengusir Lalat Tak Terkalahkan Xin Xin!" Tamparan Lan Xin mendarat, Dunia pun sunyi.
Wajah Lei Tingyu menghitam, meninggalkan bekas tapak tangan mungil nan anggun di pipi tampannya.
Tamparan itu nyaring dan bertenaga, bagus! Pertama menghantam hidungnya, lalu memukul wajahnya!
Hutangnya dengan Si Kucing Liar bertambah satu lagi. "Nanti kalau sudah bangun, kamu tamat!"
Lan Xin yang tak sadar telah membuat masalah besar dalam mimpi, setelah mengusir lalat kembali bermimpi menjadi Sang Ratu dengan puas.
Sikap santainya yang menikmati itu membuat Sang Tuan geram.
Lei Tingyu dengan jahat mencubit hidungnya. Dua detik kemudian Lan Xin gelisah menggelengkan kepala, mulut mungilnya yang seperti puding pun terbuka. Lei Tingyu segera menyambar, menciumnya dengan garang.
"Dalam mimpi, bos besar lalat yang baru saja dihantam ke bawah oleh Lan Xin dengan jurus Tangan Tanpa Bayangan Foshan, terbang kembali sambil membawa penyumbat kloset hendak menutupi wajahnya——"
Dia patut bersyukur bahwa mimpi adalah ciptaannya sendiri diam-diam, orang lain takkan merasakannya. Jika Sang Tuan bos mengetahui dalam mimpi ia membayangkan bibir tampan itu sebagai benda seperti itu, konsekuensinya tak terbayangkan.
Penyumbat kloset yang menutupi wajah membuat sulit bernapas, Lan Xin menggelengkan kepala dengan menderita, merasa udara seakan terperangkap.
Di realitas, Lei Tingyu menjepit hidung mungilnya dengan satu tangan, bibir tipisnya menyegel "jeli kecil"-nya.
Memandangi Kucing Liar yang tertidur itu sampai wajahnya merah hampir tercekik barulah dilepaskan, menempelkan dahinya sambil berbisik jahat:
"Seharian bertingkah kikuk, dalam mimpi pun tak bisa jujur."
Baru saja selesai berkata, KANG! Sang bos terdiam.
Hidung tinggi gagahnya digigit oleh perempuan yang tertidur itu, digigit...
Perempuan kecil penggigit itu tak tahu sedang memimpikan apa, tertawa pendek "hehe".
Lei Tingyu menggeretakkan gigi, awalnya ingin menarik kakinya dan membuangnya keluar, tapi saat melihatnya berguling menendang selimut hingga perut putihnya terbuka, matanya memancarkan kilau dingin.
Baiklah Kucing Liar, pertama menyenggol hidung, lalu menampar, sekarang menggigit hidung. Jika dendam ini tak dibalas, apa lagi muka yang tersisa untuk bertahan di lingkungan licik ini!
Dia tidak tega memukul kucing mabuk ini, tapi hukum mati bisa dihindarkan namun hukuman hidup tetap tak terhindarkan!
Lei Tingyu mengusap hidungnya yang tergigit, lalu berbalik mengambil pulpen air khusus. Dengan senyum licik, dia menghadapi perempuan kecil yang tertidur lelap bak kiamat.
Lan Xin tidur sangat nyenyak malam itu. Karena efek mabuk berat, baru terbangun pukul sepuluh hari kedua.
Sambil menguap, dia melihat waktu di jam alarm. "Tuh!" dia menjulurkan lidah, merasa sangat pemalas karena bangun begitu siang!
Dengan malas membuka selimut, kepalanya masih terasa sakit ringan efek mabuk. Kebiasaan minumnya selalu buruk, jarang ingat kejadian saat mabuk.
Yang diingatnya cuma makan malam bersama koneksi Lei Tingyu kemarin, lalu dia mabuk berat.
Ingatan terakhir samar-samar boss menggendongnya naik lantai. Apa yang terjadi setelahnya? Benar-benar tak ingat.
Lingkungan sekitar jelas-jelas kamar tidur Lei Tingyu. Refleks alami Lan Xin memeriksa tubuhnya - Tepat seperti dugaanku! Tak ada pakaian! Mungkinkah boss memanfaatkan keadaan mabuknya untuk... Tunggu, ini apaan?!
Mata mengantuk Lan Xin tiba-tiba melebar. Seketika hilang rasa kantuk. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya!
Di perut putihnya yang mulus, ternyata dijadikan kanvas lukisan!
Kulit perut pucat itu digambar ekspresi super lucu mata terbalik. Garis hitam muncul di kening Lan Xin. Siapa yang tidak bermoral begini?!
“Dengan susah payah baru bisa membersihkannya, duduk di bak mandi Lan Xin menjelma menjadi Detektif Conan, menggunakan logika deduksi super kuat baru terpikir, benda ini, mungkinkah digambar oleh Lei Tingyu?”
“Tapi dari sudut manapun dilihat, dia tidak seperti orang yang sebosan ini.”
“Tapi selain dia, siapa lagi yang bisa mendekatinya? Soalnya lokasi kejadian ada di kamar tidurnya.”
“Tapi kenapa dia harus melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini padaku?”
“Dan... wajah Lan Xin agak memerah, dia bisa merasakan tubuhnya tidak ada jejak hubungan intim, seharusnya tadi malam dia tidak melakukan hal semacam itu padanya.”
“Tapi orang yang mabuk berat, pakaian juga hilang, berani tidak menyelesaikan urusan, malah membuat coretan di perutku!”
“Lan Xin benar-benar tidak tahu, harus marah pada Lei Tingyu yang tidak tahu nilai, atau bersyukur dirinya tidak berbuat mesum saat mabuk.”
“Tapi bagaimanapun juga, martabat kecil perempuan tetap sedikit terluka, tubuhnya terhadap dia, mungkinkah daya tarik level ini sudah kosong?”
“Lan Xin menepuk-nepuk pipinya sendiri, sedang memikirkan apa ini, goblog goblog goblog!”
“Berdiri membalut handuk dengan rapat, baru saja keluar dari kamar mandi, dia terkejut, “Ah!” dengan sangat kaget.”
“Kamu, kenapa ada di sini?”
“Di jam seperti ini, bukankah boss seharusnya sedang bekerja keras di kantor raksasanya, kenapa masih di rumah?”
“Lei Tingyu mendengus, pura-pura tidak melihatnya, langsung melewatinya.”
“Hah? Hidungmu kenapa?”
“Baru sekarang Lan Xin melihat, hidung boss sepertinya ditempeli plester luka?”
"Tidak usah menyebut hidung, baru disebut saja amarah Lei Tingyu langsung tak bisa berhenti!"
"Perempuan tak punya hati ini, kalau bukan karena dia bertingkah konyol dalam mimpi, mana mungkin aku tidak pergi ke perusahaan!"
Di bawah plester luka, terlihat bekas gigitan rapi kecil. Dengan wajah seperti patung konyol ini, boss jelas tidak mau ke kantor. Meski sudah ditempel plester luka pun tetap tidak boleh!
Sementara Lan Xin yang tidak tahu kebenaran masih nekad mendekat, penasaran mengulurkan tangan meraba plester luka di hidung Lei Tingyu.
"Aduh, jangan-jangan kamu mabuk sampai nabrak tembok ya?"
Membayangkan wajah boss yang berlumuran darah hidung, Lan Xin sedikit menikmati kekonyolannya. Pantas! Semalam kamu tidak mau bertransformasi! Siapa suruh meremehkan daya tarikku!
Berdebat retorika dengan boss, dia pasti akan kalah. Lei Tingyu selalu bisa membungkam Lan Xin yang sedang semangat dengan satu kalimat.
"Perut sudah dicuci bersih?" Mungkin lain kali harus ganti sabun yang tidak bisa dihilangkan, biar lebih puas.
"Ternyata benar ulahmu!" Lan Xin gemetar menunjuknya, "Kau tahu betapa sulitnya membersihkan itu?!"
Tidak tahu malu!
Dirinya sampai mabuk demi menjamu teman-temannya, malah dijadikan kanvas lukisan di perut. Sungguh tak tahu malu!
Lei Tingyu pura-pura tidak mendengar tuduhannya, dengan santai mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto di dalamnya. Melihat foto itu, Lan Xin kaget: Lei Tingyu yang tak tahu malu ini bahkan menyimpan bukti foto!
Dalam foto, Lan Xin yang sedang bermimpi indah tersenyum manis. Bagian vitalnya dengan cerdik ditutupi selimut olehnya.
"Harus diakui Lei Tingyu cukup berbakat, bahkan seorang penggemar fotografi seperti Lan Xin pun akan merasakan kehangatan yang terpancar dari foto ini, seolah menyebar melalui layar."
"Jika tidak melihat wajah lucu di perut ini, ini memang karya yang bagus."
"Kamu berani memotret? Hapus sekarang!" Dia berusaha merebut ponselnya.
Boss memanfaatkan keunggulan tinggi badannya dengan mengangkat ponsel tinggi-tinggi, membuat Lan Xin tidak bisa menggapai.
"Kalau berani, jangan tidur seumur hidup! Jangan beri aku kesempatan!" Lan Xin berkata kesal. Dia memutuskan untuk membalas menggambar seluruh tubuh Boss setelah dia tertidur, tidak hanya di perut.
"Khususnya di area 'tertentu', akan kugambar gajah! Biar tahu rasa mempermalukanku dan membuang integritas!"
