Bab 132 Duri Tajamnya Adalah Satu-Satunya Kebahagiaanku
"Aku tak mengerti apakah penyakit yang membuatnya membenciku, atau aku benar-benar melakukan kesalahan."
Lan Xin tanpa sadar menyekop es krim ke mulutnya.
Lei Tingyu diam membisu.
Menunduk mengirim pesan dengan satu tangan.
Lan Xin juga tak menyangka Bing Shan akan menjawabnya, dia hanya sekadar menumpahkan kelucuan.
Ada yang mau mendengar curhatnya, mood-nya pun membaik.
Ponsel Lei Tingyu berdering, dia melirik layar lalu memutar mobil.
Lan Xin saat ini sudah menghabiskan satu kotak es krim, baru ketika menengadah dia sadar jalan ini bukan rute pulang.
"Ke mana?"
"Tahu sendiri saat sampai."
Sepanjang jalan sunyi.
Saat tiba di lokasi, Lan Xin baru menyadari ini sepertinya pintu gerbang sebuah bank.
Matanya langsung menangkap mobil familiar di area parkir - sebuah Mercedes hitam.
Bukankah ini mobil Lan Mantian?
Jalanan saat ini ramai oleh pejalan kaki dan lalu lintas yang sibuk.
Lei Tingyu menggandeng Lan Xin mendekati mobil Lan Mantian, lalu menyodorkan seikat kunci padanya.
"Kenapa?"
"Dulu bagaimana caramu memperlakukan mobilku?"
Mulut Lan Xin membentuk O, mungkinkah Lei Tingyu membawanya ke sini untuk menggores mobil Lan Mantian?
Boss Lei tidak mungkin kekanak-kanakan seperti itu?
Tapi tindakan boss menyodorkan kunci justru menunjukkan bahwa dia memang seekanak-kanak itu!
"Orang kami sudah menyelidiki, Lan Mantian sekarang sedang menggunakan mobil ini sebagai agunan pinjaman. Dia sedang di bank. Jika kamu merusak mobilnya sebelum dia keluar, jumlah uang yang dia pinjam akan berkurang."
Lan Xin diam.
Rupanya tadi Lei Tingyu diam bukan karena tidak mau mendengar atau tidak peduli padanya
Melainkan dia diam-diam mencari cara untuk membantunya melampiaskan amarah.
Meski metode ini kekanak-kanakan, tapi tidak bisa dipungkiri, sangat memuaskan.
Ia menerima kunci, menatap Mercedes yang mentereng ini, memikirkan kejadian di rumah perawatan pribadi.
"Jangan bilang kamu tidak tega." Ekspresi boss seolah berkata, kalau tidak berani bertindak, dia sendiri yang akan maju.
"Mengapa aku harus tidak tega!"
Jika ibunya adalah pasien yang masih memiliki jasa pengasuhan, sehingga tidak bisa dibalas dendam—
Maka Lan Mantian, pria yang mengajari ibunya, adalah biang keladi sebenarnya!
Apakah dia pernah benar-benar menganggapku sebagai putri, bahkan sekali saja, sedetik pun boleh!
Lan Xin menggenggam kunci, menghajar mobil Lan Mantian dari kiri ke kanan!
Dari awal sampai akhir, Lei Tingyu hanya tersenyum berdiri di pinggir sambil menonton.
Sesekali penduduk lokal lewat, melirik tindakan ini, tapi tak ada yang berani mendekat.
Setelah puas menggores, Lan Xin menengadah memandang Lei Tingyu.
Ekspresi di wajahnya membuat Lan Xin terpana.
Fokus, tak terkendali.
Seolah jika dia melubangi langit pun, dia akan menghalangi.
Lei Tingyu di detik ini memberi Lan Xin rasa aman yang penuh.
Beberapa menit kemudian, dia duduk di mobil Lei Tingyu.
“Dia cuma menyumbangkan satu butir kecebong, sama sekali tidak menjalankan tanggung jawab sebagai ayah. Ngapain dipanggil Ayah!”
“Um, mulai sekarang kamu bisa panggil dia Paman.” Lei Tingyu berkata dengan serius.
Lan Xin terkekeh byur.
Tertawa-tawa sampai air mata mengalir.
Tindakan barusan memang memuaskan, tapi tekanan bertahun-tahun dari Keluarga Lan mana bisa terlampiaskan cuma dengan coret-mencoret mobil.
Lan Mantian keluar bersama personel bank dengan wajah geram.
Sekarang dia sampai harus menggadaikan mobil, berharap Lan Xin cepat berhasil. Ibu Lan Xin sudah menyetujui permintaannya.
Tapi saat melihat mobil yang tercoret berantakan, baru dia merasakan arti putus asa.
“Kok bisa begini?!”
Di siang bolong begini dengan banyak monitor, kenapa masih ada yang berani melakukan ini?!
Lan Mantian murka.
“Tuan, formulir yang baru saja diisi dibatalkan. Kami harus menilai ulang. Mungkin pinjaman Anda tidak bisa sebanyak itu.”
“Sekarang bisa dapat berapa?”
Personel bank melirik mobil yang rusak parah, ragu-ragu menjawab, “50 ribu?”
Hong!
Petir di siang bolong!
Lan Mantian mengumpat, langsung mau cek rekaman CCTV dan lapor polisi. Siapa yang berani-beranian!
Di sisi lain, Lan Xin tiba-tiba menangis.
Lei Tingyu menyodorkan tisu, lalu mengemudi ke sungai kecil tempat mereka pernah memancing bersama.
“Duduk di lapangan rumput yang pernah mereka datangi bersama, dia diam-diam memeluk Lan Xin, membiarkannya menangis mengungkapkan kekesalan dalam hati.”
“Terkadang, aku merasa Tuhan terus mengolok-olokku, tak peduli seberapa keras aku berusaha, pasti tidak akan ada hasil yang baik.”
Matanya berkaca-kaca.
“Waktu kecil aku sangat suka masa-masa di pedesaan bersama ibuku. Ibu sering membuatkan aku pangsit enak. Saat itu kami tidak kaya, jarang bisa makan enak. Suatu hari ibu membuatkan aku satu baskom besar pangsit, sampai aku kekenyangan. Tapi keesokan harinya aku langsung dibawa ke keluarga Lan. Sejak itu ibu menjadi gila, dan aku tak pernah lagi makan pangsit seenak itu.”
Sikap ibunya tiba-tiba berubah total padanya.
Lei Tingyu mendengarkan dengan tenang. Hal-hal seperti ini pasti tidak akan diungkapkan Lan Xin dalam kondisi normal.
Sebenarnya, Lei Tingyu juga belum menemukan alasan perubahan sikap Jia Fang terhadap Lan Xin.
Dulunya Jia Fang memang sangat baik pada Lan Xin, tapi tiba-tiba berubah drastis lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Lei Tingyu pernah mencurigai apakah Lan Xin bukan anak kandung Jia Fang, mungkin terjadi kesalahan di rumah sakit.
Tapi hasil investigasi menunjukkan mereka memang ibu dan anak. Lalu mengapa bisa begini? Ini sangat membingungkan.
“Apa kau tidak merasa aku ini orang yang gagal total?”
“Mengapa harus berpikir begitu?”
“Sebelumnya sama sekali tidak berbelas kasihan pada penderitaan Lan Xiang, baru saja malah menggores mobil Lan Mantian.”
Orang dengan tiga pandangan hidup normal seharusnya tidak akan bertindak seperti dirinya.
“Aku sebenarnya juga ingin menjadi Mary Sue yang menyentuh dunia dengan cinta, tapi mereka tidak memberiku kesempatan ini.”
Seberapapun keras usahanya, mereka tidak akan membagikan sedikitpun cinta padanya.
Jadi, dia juga belajar menyerang, belajar memenuhi diri dengan niat jahat.
Ting Yu terdiam sejenak, hanya mengucapkan dua kata. "Pertahankan."
“Tidakkah kau merasa, kebencianku pada Keluarga Lan terlihat menyeramkan?” CEO yang otoriter seharusnya menyukai tipe innocent payudara yang tak bersalah.
Tipe yang polos, tidak dibuat-dibuat, ketika ditampar hanya bisa menangis tanpa melawan.
Latar belakangnya sudah tidak memenuhi syarat untuk berdiri di sampingnya, dari segi karakter sekarang, dia juga bukan CP resmi Lei Tingyu.
“Her spikes are my only joy” tiba-tiba dia mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris.
“Apa?”
Kemampuan bahasa Inggris Lan Xin biasa saja, ada satu kata yang tidak dimengerti.
Lei Tingyu menggapai dan menjentikkan keningnya.
“Seharian berpikir macam-macam dengan wajah bodoh, tidak berpendidikan, benar-benar menyeramkan.”
“Apaan sih! Bahasa Inggrisku emang dari dulu biasa aja kok.” Lan Xin cemberut.
Karena arsip bahasa Inggrisnya relatif lemah, dia melewatkan motto hidup dan tujuan perjuangan sang bos ini.
Arti kalimat itu adalah.
Duri-durinya, adalah satu-satunya kebahagiaanku.
Jika tidak ada semangat bertarung habis-habisan yang tidak menerima kekalahan
dan rasa tanggung jawab pada keluarga, kekasih, serta orang tercinta, dia bukan kucingnya.
Sebagai Pemilik yang berkualifikasi, targetnya hanya satu.
Mempertahankan ketajamannya, membiarkannya menusuk siapapun yang diinginkan.
