Bab 142 Suka Melihatnya Bersikap Dingin pada Wanita Lain
Lan Xin memang tak bisa menyaingi sindiran tajam Lei, tapi bukan berarti ia benar-benar seorang yang lemah.
Kerapuhan hanya pantas ditunjukkan pada orang yang pernah berbuat baik padamu. Bagi musuh, yang pantas diberikan hanyalah ketajaman bagai angin topan!
“Kamu kamu kamu, apamu kamu! Saat mengacungkan jari untuk menunjuk orang lain, ada empat jari yang mengarah ke dirimu sendiri tahu tidak? Apakah Sang Tuanmu tidak mengajarkan etiket ini? Astaga, putri besar berlatar belakang megah, kualitasmu membuatku hampir mati ketakutan!”
“Kamu, perempuan tak berpendidikan!”
Meski Hu Xiaoli adalah manajer PR, namun kemampuan retorikanya kali ini benar-benar kalah dari Lan Xin.
“Aku tak berpendidikan? Benar, pendidikanku memang tak banyak. Tapi setidaknya aku tahu arti pihak ketiga! Aku adalah istri pertamanya, kamu ini apa?”
Yang sudah bercerai pun tetap disebut istri pertama!
Sebelum ada pengganti yang muncul, statusku tetap istri pertama. Meski kelak dia menikahi wanita lain, itu hanya bisa disebut pengganti!
“Saya sudah mengenalnya bertahun-tahun, kamu baru beberapa bulan saja!” Ini adalah poin yang paling membuat Hu Xiaoli tidak terima.
Saat ini peran dalam adegan berubah, sebelumnya adalah Lei Tingyu vs Hu Xiaoli, sementara Lan Xin menjadi pengamat biasa yang menyaksikan.
Sekarang yang menjadi pengamat justru Lei Tingyu.
Dia juga penasaran, bagaimana Kucing liar akan menjawab pertanyaan ini.
"Apa arti waktu? Kutitipkan sebuah puisi: Siapa yang menunggu sepuluh ribu tahun hanya mendapat kesalahan, siapa yang menunggu sedetik lalu berbalik membawa legenda."
Ucapan bernuansa sastra ini bagai palu berat, tidak hanya menghantam hati Hu Xiaoli, tapi juga menyentuh relung hati Lei Tingyu.
Terhadap hal-hal yang dilupakannya, Lei Tingyu terus merasa terganggu.
Terutama kotak besi kecil di dalam brankas yang selalu mengingatkannya untuk mempertahankan dendam dan menyiksa peri pelupa Lan Xin.
Namun kalimat Lan Xin ini seakan membuka pintu di hati Lei Tingyu.
Bagi Hu Xiaoli, jawaban Lan Xin ini merupakan serangan balik yang sangat efektif dan elegan.
Setelah selesai bicara, Lan Xin menambahkan:
"Yang tadi versi sastra. Saya punya versi sederhana yang lebih sesuai level kecerdasanmu."
Dia berhenti sejenak, mengabaikan ekspresi marah yang terdistorsi di wajah Hu Xiaoli.
"Jangan berkhayal! Mau jadi kumbang kotoran, apa sudah tanya Lei Tingyu mau jadi bola kotorannya?"
Pernyataan mengejutkan Lan Xin ini berhasil mengintimidasi Hu Xiaoli.
“Lei Tingyu juga merasa menjijikkan.”
“Dibilang perempuan itu kumbang tahi, dia masih bisa menahan.”
“Mengapa harus menyatukan produk menjijikkan seperti bola kotoran dengan namanya?”
“Pengin sekali memukul pantatnya! Bagaimana cara menghancurkannya!”
“Kau!” Hu Xiaoli tak tahan amarah dari Lan Xin, mengangkat lengannya dan mengayunkan tangan ke arah wajah Lan Xin!
“Cukup!” Lei Tingyu mengulurkan tangan, mencengkeram lengan Hu Xiaoli, menegur dengan suara dingin.
“Ting Yu, kau——” Hati Hu Xiaoli seakan remuk.
“Dia bukan orang yang bisa kau ganggu. Ini pertama kali, sekaligus terakhir kali. Besok ke departemen keuangan untuk penyelesaian klar, jangan datang lagi!”
Boss perkasa!
Lan Xin paling suka melihatnya memperlakukan perempuan lain dengan wajah dingin. Habis, dia benar-benar rusak karena pengaruh Lei yang licik.
“Mengapa! Katakan, di mana aku tidak sebanding dengan perempuan ini!” teriak Hu Xiaoli yang kolaps.
Lei Tingyu memandangnya dengan hina.
“Hanya dengan perbuatanmu hari ini, kau bahkan tak layak mengangkat sepatunya.”
Kucingnya, meski punya sifat keras, tapi sungguh baik. Meski liar, tapi jelas antara baik dan jahat.
Bahkan jika dipaksa dan diiming-imingi keuntungan oleh sampah Lan Mantian, takkan melampaui batas dasar di hatinya.
Sedangkan yang di depan mata ini, hmm.
Berani demi kepentingan pribadi memasukkan orang yang tak seharusnya, berniat mempermalukan Lan Xin sekaligus mengabaikan kepentingan Grup Lei.
“Wanita jenis ini, Lei Tingyu mana mungkin tertarik, bahkan untuk mengangkat sepatu kucingnya saja dianggap menjijikkan.”
Akhirnya, Hu Xiaoli menangis histeris dan kabur.
Nama Lei Tingyu sejak saat itu menjadi bekas luka yang dalam di hatinya, tersentuh sedikit langsung perih.
Lei Tingyu yang sudah membalas untuk Lan Xin, menoleh melihat Lan Xin yang masih terpana menatapnya, teringat lagi teori kotoran miliknya.
“Perumpamaan jelek macam apa itu!”
Dia mengulurkan tangan, Lan Xin berani tidak menghindar malah mendekat sambil tersenyum.
“Pukul saja, aku salah.”
Sikap pengakuan kesalahan yang begitu baik, membuat Lei Tingyu jadi tidak tega.
“Tadi, terima kasih ya!”
Lan Xin mengaku memang ada sedikit niat jahilnya, sama sekali tidak punya rasa kasian ala bunga teratai putih.
Melihatnya membuat perempuan lain menangis, kebahagiaan tak normal berkepanjangan menyelimuti hatinya, berkali-kali tak bisa berhenti.
“Seharian wajah bodoh, berani lagi memikirkan perumpamaan menjijikkan itu, kubacok kau!”
Lei Tingyu gelisah dibuatnya oleh sorot mata berkilau Lan Xin, hanya bisa menutupi perubahan emosinya dengan suara kasar.
“Ngomong terus! Cepat ikut! Mau membuat tamu-tamu menunggu sampai kapan?!”
“Oh!” Dia berlari kecil menyusul, hampir terkilir kakinya.
“Ah!”
“Bodohnya kau sampai mau mati!” Dia melotot lalu menggandeng tangannya, kembali melangkah ke dalam hiruk-pikuk lampu warna-warni ruang rapat.
Satu detik sebelum memasuki pintu, dia berkata ke depan, "Dia tidak akan mengganggumu lagi."
Meski tidak ditujukan pada Lan Xin, dia mengerti.
Maksudnya, Lan Mantian si sampah itu takkan datang lagi.
Maka, dengan tenang meletakkan tangan di siku boss, dengan sikap sempurna berjalan berdampingan bersamanya memasuki ruang rapat.
Entah sebagai kucing atau manusia, setidaknya dia telah menemukan pelindung kokoh, bukan?
Fei Fei benar, meski Lei Tingyu hanya menganggapnya sebagai peliharaan, bukankah perempuan seperti Hu Xiaoli bahkan tak mendapat kesempatan jadi peliharaan?
Bisa tetap di dekat boss, kesempatannya lebih banyak dari orang lain. Jangan terlalu sok suci.
Pria yang melindunginya seperti ini, kalau tidak mengubahnya dari pemilik menjadi suaminya, bukankah itu bodoh?
Kucing bodoh yang cengar-cengir seharian, sedang tertawa apa sendiri? Lei Tingyu menangkap ekspresi Lan Xin yang sedang tertawa diam-diam.
Pesta berakhir dengan sempurna, tanpa gangguan dari keributan Lan Mantian atau pengunduran diri Hu Xiaoli.
Lei Group segera mengganti manajer PR baru. Meski karyawan penasaran apa yang terjadi malam itu hingga Hu Xiaoli yang sombong tiba-tiba mengundurkan diri.
Tapi tak ada yang berani membahas. Lagipula Hu Xiaoli memang dingin, banyak yang merayakan kepergiannya.
Lan Xin juga sempat tegang memantau laporan keesokan harinya, khawatir media membahas kasus Lan Mantian.
Tapi Lan Mantian seolah menghilang begitu saja, tanpa kabar.
Lei Tingyu tidak akan memberitahu Lan Xin, dia menyuruh dua satpam menyeret Lan Mantian ke tempat sepi dan menghajar habis-habisan.
Maka bayang-bayang Lan Mantian pun berlalu begitu saja.
Malam itu membuat banyak orang melihat sikap Lei Tingyu yang sama sekali berbeda terhadap Keluarga Lan dan Lan Xin.
Orang kalangan atas memiliki pemahaman yang baik, cepat menebak bahwa Lan Xin sendiri sangat dipuas dan dikasihi Lei Tingyu, terlihat dari penampilannya.
Bukan hanya gaunnya yang memalukan manajer PR terkuat Lei Group, batu safir cornflower di kepalanya bahkan bernilai sangat tinggi.
Krisis Keluarga Lan sejujurnya bisa diselesaikan dengan aksesoris batu safir di kepala Lan Xin, tapi sikap Lei Tingyu sudah jelas.
Dia hanya menginginkan si perempuan, tidak mau campur tangan dengan Keluarga Lan.
