BAB 148 Bermain Bersamamu, Konser Cinta
"Jika kau ingin bermain piano bersamaku, biayanya sangat besar."
"Apa?" Lei Tingyu tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba serius.
"Lagu ini disebut Kanon."
"Aku tahu." Boss Lei juga pernah belajar piano, kemampuannya bahkan lebih tinggi dari Lan Xin. Lagu sederhana seperti ini, mana mungkin dia tidak tahu.
“Aku pernah bersumpah pada diri sendiri, jika ada yang ingin memainkan duet piano lagu ini denganku, ke depannya hanya boleh bermain denganku saja.”
“Kapan sumpah itu diucapkan?”
“Baru saja.”
...Baiklah, Lei Tingyu mengerti, ini caranya Kucing Liar mengajaknya berterus terang?
Pembukaan yang buruk!
Haruskah dia bersyukur bahwa kesadaran femininnya akhirnya bangun, atau menertawakan keseriusannya saat ini?
Tapi dia tidak melakukan apa-apa, hanya diam menunggunya melanjutkan.
“Tahukah kamu Canon punya legenda indah?”
“Sembilan puluh sembilan persen legenda adalah kebohongan, sama seperti drama berlebihan yang kamu tonton, tidak bisa dipercaya.”
Lan Xin tak tahu harus berkata apa, susah payah mencari pembukaan yang bagus, dihancurkan oleh makhluk ini!
Pola standar yang dijanjikan mana!
“Baik, katakan.” Mungkin melihat kecanggungan Lan Xin, Lei Tingyu akhirnya memberinya kelonggaran.
“Komposer lagu ini bernama Xiao Lei, pianonya sangat bagus.”
“Bukankah Canon digubah oleh Pachelbel?”
Lan Xin melototi dia, “Aku bilang namanya Xiao Lei, ya Xiao Lei, mau dengar atau tidak? Kalau tidak, aku berhenti bicara!”
Lei Tingyu mengangkat telunjuk, menyentuh bibirnya sendiri, memberi isyarat akan tetap diam.
Barulah Lan Xin melanjutkan.
“Xiao Lei sangat ahli bermain piano, Xiao Lan diam-diam menyukainya. Setelah melalui fase 'aku suka tapi tak mau mengaku', 'kamu juga suka tapi enggan bilang', akhirnya mereka saling mengungkapkan perasaan.”
"Apa kamu yakin ceritamu tentang proses penciptaan Canon?" Lei Tingyu merasa mungkin dia dan Lan Xin hidup di dimensi yang berbeda.
Dia juga belajar musik, tapi sepertinya bagian ini tidak diceritakan seperti ini!
"Apa tidak boleh aku modifikasi? Kalau kamu terus menginterupsi, aku tidak akan cerita lagi!"
Beberapa jenis keberanian mungkin hanya bisa meledak sekali seumur hidup.
Lan Xin mengerahkan seluruh kekuatan primordial Hong-nya, sampai begadang semalaman baru bisa memikirkan petunjuk simbolis untuk Lei Tingyu ini.
"Tepat ketika Xiao Lei dan Xiao Lan hendak jatuh cinta, Xiao Lei pergi ke medan perang. Xiao Lan mengira Xiao Lei tewas, lalu dengan sedih melakukan bunuh diri dengan menggorok pergelangan tangan. Ketika Xiao Lei kembali, semuanya sudah terlambat. Dengan hati remuk, Xiao Lei menciptakan Canon."
"Maksudmu apa?"
Si jenius Lei menyatakan pencipta Canon sudah menangis histeris di toilet, masa sejarah karya orang lain dipalsukan seperti ini?!
"Kisah ini mengajarkan kita prinsip: Cinta yang terlewat tak akan kembali. Jadi jangan sok suci, harus berani menghadapi perasaan hati sendiri. Perasaanku sekarang adalah: Lei Tingyu, aku mencintaimu, tapi aku juga tidak suka perasaan tidak adil."
"Jadi?" Lei Tingyu mengerti.
Setelah berputar-putar, bagian inilah intinya. Si Kucing Liar tak pernah mau rugi.
Karena hubungan mereka sudah terekspos.
Maka dia akan berusaha maksimal memperjuangkan tunjangannya.
Pantang rugi, tipikal kepribadian kucing peliharaan.
“Lei Tingyu, aku memang menyukaimu, tapi aku juga tidak suka kerugian. Aku tidak memaksamu untuk langsung menyukaiku sekarang, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku, barulah aku akan terus menyukaimu.”
Ia menengadah, menatapnya dengan serius.
Sorot mata jujurnya membuat Lei Tingyu sangat ingin menciumnya.
Kucing yang fokus itu paling menggemaskan.
“Kau bilang.”
“Pembalut wanita dan pria tidak boleh dipakai bersama orang luar! Syaratku sesederhana ini! Jika selama aku menyukaimu, kamu punya hubungan ambigu sedikit saja dengan wanita lain, aku akan berhenti menyukaimu. Mungkin latar belakangku tidak mulia, tapi perasaanku tidak boleh didiskon hanya karena itu.”
Jarak antara dirinya dengan Lei Tingyu memang sangat jauh, tapi menyukai seseorang tidak boleh sampai kehilangan martabat.
Dia boleh tidak mencintainya, tapi tidak boleh mempermainkan perasaannya.
Lei Tingyu hanya memandang Lan Xin dengan seksama. Sikap lugas Lan Xin perlahan berhimpitan dengan kenangannya akan gadis kecil itu.
Ragu dan malu-malu bukanlah gayanya. Maju pantang mundur dengan keberanian tulus, itulah dirinya.
“Alasan aku bercerita tentang Kanon padamu adalah untuk menunjukkan: yang terlewat tak akan kembali. Jika kau tidak menghargai aku, tak akan ada lagi gadis yang menunggumu di tempat. Jadi, jawabanmu apa?”
Lan Xin menahan napas, menunggu jawabannya dalam diam.
“Jawabanku adalah——” Dia terdiam sejenak, lalu ujung jarinya menyusur lembut tuts piano.
“Main piano.”
Lan Xin menahan napas menunggu begitu lama, hanya mendapat respons biasa-biasa saja darinya.
Hatinya seolah dilibas puluhan juta kambing (nama julukan) —— alias "kambing".
Ada apa? Sudah berusaha keras mengungkapkan perasaan, masa dia tidak memberi respon sama sekali?
Melodi mengalir dari jemarinya, lagu favorit Lan Xin dimainkannya dengan pemahaman konseptual yang berbeda.
Tiba-tiba, Lan Xin mengerti.
Setelah mendengar kisah perubahannya, dia masih bersedia bermain piano bersama, itu sudah jelas maksudnya.
Dia, setuju.
Di hati Lan Xin sekarang, kembang api berkilauan mekar, cepat dia ulurkan tangan, sejajar dengan tangannya di tuts piano.
Di depan piano putih, insan rupawan duduk sejajar, empat tangan bekerja sama kompak di tuts yang sama, melodi indah penuh cinta tercipta.
Lan Xin tak pernah membayangkan, suatu hari ada pria yang mau bermain piano bersamanya.
Apalagi membayangkan, pria itu adalah Lei Tingyu.
Seperti sudut hati yang kesepian lama terisi, dia menyukai seseorang, dan orang itu mau menerimanya.
Ini membuat Lan Xin yang belum pernah merasakan cinta sejati merasa sangat puas.
Mungkin ini baru kemajuan kecil, tapi dia percaya diri, selama langkah ini diambil, dia pasti akan menarik perhatiannya.
Meski suatu hari mereka harus putus karena faktor luar, dia akan ingat sore hangat nan romantis ini.
Ada seorang pria, menemani bermain piano empat tangannya.
Lan Xin jarang terlihat puitis, sedangkan pikiran Lei Tingyu justru berlawanan arah dengannya.
Kucing liar itu sudah terjatuh ke dalam jebakan yang dipersiapkannya dengan matang.
Dia berada di tempat yang mudah diraihnya, memancarkan keharuman khasnya dengan tenang.
Sifatnya yang biasanya ceria, kini jarang terlihat penurut. Helai rambut yang terjuntai menyapu lembut wajah cantiknya. Lei Tingyu tiba-tiba menyadari:
Sekarang dia merasa sedikit kepanasan.
Merasa tatapannya, Lan Xin menoleh dan melihat sorot mata penuh konsentrasinya, lalu tersipu malu memberinya senyuman.
Ini kontak dekat pertama mereka setelah pengakuan cinta. Sekarang dia selalu merasa sedikit malu setiap berhadapan dengannya.
Senyuman itu bagaikan bahan peledak.
Bos yang sudah lama mencekam, beserta "bos kecil" yang juga tertahan lama, semuanya tersulut oleh senyuman itu.
Hingga setiap sel dalam tubuhnya berteriak: Aku ingin dia, sekarang juga!
Lan Xin yang sedetik lalu masih tenggelam dalam imajinasi manisnya, tiba-tiba ditekan di atas keyboard!
Alunan musik terhenti mendadak, tuts yang tertindih punggungnya mengeluarkan suara berat.
"Apa yang kau lakukan-- Mmm!"
Bibirnya menyergap tanpa peringatan, mewujudkan hal yang ingin dilakukannya sejak pertama masuk.
Tangannya tanpa ragu merobek pakaiannya, sementara bibirnya terus menindih dengan keras. Lan Xin hanya mendengar suara Sreeeet.
Pakaiannya tak terelakkan berubah menjadi serpihan.
