Bab 152 Munculnya Orang Aneh
"Aku jadi mengubah keputusan, saat itu aku ingin bersamamu——Ah, keluar!"
Lan Xin melihat pemandangan di langit, bersemangat sampai hampir kolaps.
Saat pembicaraan mencapai titik penting tiba-tiba terhenti, Lei Tingyu tidak peduli dengan keajaiban astronomi, tapi rasa penasaran di hatinya telah terbangkitkan oleh ucapan yang hanya setengah lengkap.
"Ikuti caraku, cepat katakan!"
Tanpa daya, CEO otoriter pun kalah pamor di hadapan wanita yang sedang gesa merekam keindahan.
Lan Xin melambaikan tangan, dengan keberanian layaknya seribu prajurit, mendorong Lei Tingyu sambil mencengkeram kameranya, terus-menerus memancarkan decak kagum ke langit.
"Ya Tuhan, bulan dengan halo warna-warni, sungguh mempesona!"
Lei Tingyu kesal menengadah memandang pemandangan yang dianggap indah oleh Lan Xin, di matanya hanya lingkaran besar warna-warni yang mengurung sebuah titik terang.
Dan lingkaran besar ini telah memotong ucapannya, sungguh menyebalkan!
"Sangat menyilaukan, sangat gemerlap, indah memesona!" seru Lan Xin gembira melalui bidikan lensa, berbagi kekagumannya.
"Bulan purnama menggantung di angkasa, cahayanya sejernih air, halo warna ungu dalam dan merah luar, bagaikan desahan sendu gadis remaja di kegelapan malam!" by Wen Qing Lan Xin.
"Ini hanya efek pembiasan cahaya bulan oleh awan tipis berisi kristal es yang menghasilkan spektrum warna." by Program Jingang.
Saat emosi bertemu logika, saat humaniora berhadapan dengan sains, saat Lan Xin berjumpa Lei Tingyu...
"Hei! Janganlah kau uraikan penjelasan teknis yang merusak nuansa ini!" protes Lan Xin.
Kenapa hal seindah ini bisa terasa hambar ketika dijelaskan dengan nada datar ala ensiklopedia miliknya?!
Menempelkan mata kembali ke kamera, Lan Xin berkata serius:
"Tahukah kau, apa yang tertangkap lensa adalah dunia lain. Di sini, segala kebaikan dan kejahatan akan terabadikan selamanya."
"Dia sekarang harus mengabadikan pemandangan menakjubkan ini di kameranya~"
Bagus, bicara setengah-setengah, berani menggunakan nada merendahkan saat berbicara dengannya, yang lebih menyebalkan adalah mengabaikan keberadaan boss dari awal sampai akhir.
Maka boss menjadi marah, konsekuensinya adalah di kamera Lan Xin, bulan raksasa berubah menjadi close-up wajah Lei Tingyu.
Siapapun yang sedang fokus tiba-tiba mengalami hal seperti ini pasti akan ketakutan!
"Ah!" Lan Xin berteriak ketakutan, lalu memprotes dengan wajah samping yang penuh amarah.
"Kamu minggir!"
Lei Tingyu sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba bisa menjadi kekanak-kanakan seperti ini.
Saat mendengarnya berbicara tentang dunia lain, yang tiba-tiba terpikir olehnya adalah dunia dia hanya boleh ada dirinya, lalu ketika sadar, dirinya sudah berada di depan kamera orang lain, dengan gesit merebut perhatian...
Mendengar Lan Xin menyuruhnya minggir dengan nada tak sopan, Lei Aojiao mendengus.
"Kalau tidak minggir gimana?"
"Kamu... kamu...!" Lan Xin gemetar menunjuk pria tak tahu malu yang merebut kamera ini dengan jarinya.
Jika bukan karena wajahnya masih seperti gunung es, dia pasti curiga Boss Lei sudah dirasuki alien!
Akhirnya Lan Xin terpaksa memindahkan tripodnya, tapi Lei Tingyu malah semakin bersemangat mengikutinya bergerak.
Permainan "kamu geser-aku pindah" ini dimainkan berdua dengan riang gembira.
Sebenarnya yang riang hanya Lei Tingyu, dia sepertinya menemukan kebahagiaan yang lama hilang, sampai Lan Xin hampir menerkamnya untuk mencakarnya, barulah dia memberi tempat.
“Lan Xin membawa amarah besar terhadap Lei Tingyu, memutuskan untuk menagih hutang ini setelah kembali nanti.”
“Bulan kabur hanya 20 menit, harus cepat-cepat memotret. Setelah membuang beberapa menit dengan Lei Tingyu, saat Lan Xin kembali mengarahkan kameranya ke langit.”
Sebuah kejutan terjadi.
“Ah!” Lan Xin berdecak kagum.
Layar kamera di tripod tiba-tiba menggelap.
Lei Tingyu segera menebarkan kedua tangannya, mundur selangkah dalam diam.
Sebagai bukti ketidaksalahan.
“Ini benar-benar tidak ada hubungannya denganku.”
“Bagaimana bisa baterainya habis di saat seperti ini?!” Lan Xin hampir menangis.
Sejak kamera ini sampai di tangannya, hanya sekali diisi daya. Selama ini daya tahan baterainya luar biasa lama, siapa sangka justru mati di momen kritis!
“Bawa baterai cadangan?” Lei Tingyu mengerutkan kening.
Lan Xin menggelengkan kepala dengan putus asa.
“Sudah kubilang kau persilangan babi-kucing tapi tidak terima. Barang penting begini kok tidak dibawa?”
Sekali dia bicara, Lan Xin langsung meledak.
Menghentakkan kaki sambil cemberut protes.
“Ini salahku? Kalau waktu berangkat bukan karena kau——”
Di sini seharusnya ada sensor suara.
Mengingat aksinya menjatuhkan Lan Xin di bak mandi sebelum berangkat, adegan begini-begitu itu, Lei Tingyu juga ikut canggung membersihkan tenggorokannya.
Mungkin karena stamina kurang, kepala masih pusing, jadi terjadi kebocoran prosedur seperti ini.
“Pakai ponselku saja.” Dia mengeluarkan ponselnya.
Lan Xin menggeleng, berkata lesu.
“Meskipun pikselmu sangat tinggi, tapi tidak bisa menjamin konsistensi maksimal antara objek yang difoto dan hasil gambar.”
Perbedaan efek pencitraan antara ponsel terbaik dan DSLR masih sangat besar.
Lei Tingyu mengerutkan kening, “Itu cuma piringan besar, apa yang layak difoto?”
“Program Kingkong minggir!” Lan Xin murka.
Dia curiga di mata makhluk ini, segala sesuatu di dunia hanyalah sekumpulan unsur kimia.
Bagaimana berdiskusi tentang rendering artistik dan awan yang mengalir seperti sutra dengan pria sains tulen macam ini!
Tampaknya si Kucing liar benar-benar kesal, sampai berani bicara seperti ini padanya.
Lei Tingyu mengerutkan kening.
Lan Xin menengadah dengan penuh penyesalan, sebentar lagi akan berakhir, apakah dia benar-benar akan melewatkannya?
Tiba-tiba, muncul sebuah baterai di hadapannya.
Dia menengadah, seorang pria paruh baya berambut hitam bermata biru berdiri di depannya, memegang baterai di tangan.
“Ini, modelnya seharusnya kompatibel denganmu.” Kata pria paruh baya itu dalam bahasa Inggris.
“CEO Jin.” Lei Tingyu mengenalinya.
Pria paruh baya ini ternyata adalah ayah Jin Shishi, Jin Tian.
“Ternyata CEO Lei, tadi saya melihat ada yang menggunakan kamera sama seperti saya, tapi tidak menyadari itu CEO Jin, yang ini——”
Jin Tian bertanya.
“Istri saya Lan Xin.”
Cahaya mercu suar dari kejauhan menyapu ke arah mereka, menerangi Lan Xin yang sebelumnya berada di tempat tersembunyi.
Jin Tian sebelumnya hanya melihat siluet Lan Xin dari jauh, kini saat cahaya menerangi wajahnya, dia terkejut berujar.
“Feng Ting?”
Lan Xin terpaku, ekspresi mulut kecilnya yang sedikit terbuka ini membuat Jin Tian terpaku.
Dia bergembira maju ke depan, meraih tangan Lan Xin dengan kuat, "Feng Ting, apakah ini kamu?"
Kalimat ini diteriakkan dalam bahasa China.
Lan Xin sudah terpaku, sementara Lei Tingyu di sampingnya melangkah cepat mendekat, memisahkan tangan Jin Tian dengan kuat.
Badannya sedikit miring, menempatkan Lan Xin di belakangnya, nada bicaranya meski sopan tapi kekuatan di tangannya tidak berkurang.
"CEO Jin, Anda menakuti istri saya."
Jin Tian baru tersadar, menyadari kekhilafannya barusan, tapi matanya tetap tak berkedip memandang Lan Xin.
"Maaf, Nyonya Lei sangat mirip dengan seorang kenalan lama saya."
Mirip, benar-benar sangat mirip.
Bukan hanya fitur wajahnya yang mirip Feng Ting, bahkan ekspresi linglungnya pun identik.
"Uh, tidak apa-apa." Lan Xin kaget, tapi cepat sadar kembali, berkata dengan lapang dada.
Lei Tingyu curiga memandang Jin Tian, lalu memandang Lan Xin lagi.
Dia yakin ini pertama kalinya Lan Xin datang ke Negara E, reaksi Jin Tian terlalu aneh.
