Bab 157: Aku Benar-Benar Sakit Hati Melihatmu Seperti Itu
Menghantam pantat kecilnya dua kali.
"Si Gila Petir! Kebaikanku kau balas dendam!" Lan Xin berjuang melepaskan diri, tapi tetap kena pukul.
"Katakan! Jangan pernah melakukan aksi berbahaya seperti ini lagi!" Berdiri di atas batu, jika kaki terpeleset, konsekuensinya sangat serius!
"Si Marga Lei jangan sok, hanya pejabat yang boleh bakar api rakyat tak boleh nyalakan lampu! Kamu sendiri juga duduk di atas!"
Lan Xin protes, lalu dipukul dua kali lagi.
"Keseimbanganku jauh lebih baik daripada si idiot olahraga sepertimu!" raungnya.
"Tapi dengan caramu itu, aku benar-benar sakit hati!" Lan Xin membantah tak mau kalah.
Di lembah, bergema ucapannya yang penuh emosi: Aku benar-benar sakit hati, sakit, sakit~
Lan Xin masih menahan sepenuh perut amarah ingin bertengkar dengannya. Jika Si Gila Petir tidak cari mati dulu, bagaimana mungkin dia menggunakan kekuatan primordial Hong, main drama seperti ini?
Hasilnya, status resmi tidak dapat, malah dipukul pantat oleh Bing Shan, rugi besar!
Saat Lan Xin merasa tertekan, tiba-tiba merasakan tubuhnya ringan. Pria yang mengendalikannya tiba-tiba melepaskannya.
Lan Xin bangkit dari lututnya, hendak bertanya penuh keraguan, "Ada apa?"
Tiba-tiba, dia tertegun.
Sorot mata Lei Tingyu yang memandangnya saat ini, takkan pernah bisa dilupakannya.
Sebuah pandangan yang dalam, kompleks, penuh dengan emosi yang sangat rumit.
Mengingatkannya pada Xiao Lei yang dimatikan oleh Lan Xiang.
Baiklah, jika Boss Lei tahu pikirannya ini, mungkin akan mencekiknya hidup-hidup.
"Apa rasanya.."
Bisikan penuh kekecewaan ini, menyertai angin malam masuk ke telinga Lan Xin.
“Apa yang kau katakan?” Lan Xin belum bereaksi.
“Perasaan sakit hati untukku——” Sebelum kalimatnya selesai, sepertinya dia sudah tak bisa menunggu jawabannya.
Tiba-tiba memeluknya erat, membuat wajahnya menempel kuat di dada pria itu.
Lan Xin mendengar detak jantungnya yang berdebar, pantat kecilnya yang baru saja dipukul masih terasa kebas, namun perasaan mirip kasih sayang ibu muncul di hatinya.
Matanya tiba-tiba terasa perih.
Lei Tingyu mungkin belum pernah merasakan sensasi dikasihani orang.
Dia selalu berdiri terlalu tinggi, dibebani terlalu banyak pemujaan dan penghormatan.
Tapi orang-orang lupa, dia juga manusia.
Juga memiliki saat-saat rapuh, kesepian dan kesendirian.
CEO yang otoriter ini, sebenarnya menyimpan anak kecil yang belum dewasa dalam hatinya.
Lan Xin membalas memeluk pinggangnya, kedua sosok itu berdiri di jalan setapak yang dingin, cahaya lampu menyinari mereka, bayangan erat mereka berdua seakan menyatu menjadi satu.
“Berbuat baiklah padaku, hargai aku, maka aku akan selalu menemani di sisimu.”
Bisiknya pelan.
Dengan sedikit malu, apakah ini bisa disebut manja ya?
Memanjakan gunung es, sensasi yang begitu unik...
Setelah beberapa saat, tak ada reaksi darinya.
Lan Xin mendongak kesal, Hai, malam ini aku sudah mengatakan hal yang seharusnya dan tidak seharusnya, bahkan harga diri wanita pun sudah kusingkirkan.
Setidaknya berikan respons dong!
"Dia memberikannya, tapi bukan lewat ucapan, melainkan——"
"Ah! Untuk apa kau melepas pakaianku, nanti kedinginan!"
Lan Xin berdecak kagum, kemudian seseorang menghentikan aksinya dan mengganti target ke celana panjangnya.
"Celana juga tidak boleh, dingin! Kamu gila ya!"
Masih bisakah kita berkomunikasi dengan baik?!
Baru saja bertengkar langsung berguling di ranjang, apa maksudnya ini!
"Bukannya kau bilang harus lebih baik padaku?" Sekarang, dia akan berbuat baik padanya.
Janji hanya satu kata, boss hanya akan menunjukkannya lewat operasi....
"Bukan seperti ini——Ah!" Suara malu-marah Lan Xin segera dilahap olehnya.
Kemudian, adegan yang tak terdeskripsikan terjadi.
Tampaknya suasana di luar membuat emosi mereka berdua semakin Auu-bergelora, sehingga hanya butuh setengah jam, "kebaikan"-nya telah berakhir, tapi justru lebih penuh adrenalin.
Si Gila, dia benar-benar Si Gila!
Saat digendong masuk ke mobil, begitu pikir Lan Xin.
Kakinya sudah mati rasa, jadi dia tidak menyuruhnya duduk di kursi depan, melainkan menggendongnya ke kursi belakang agar punya Ruang istirahat yang cukup.
"Kau belum menjawab pertanyaanku..." Lan Xin hampir tertidur, masih memikirkan urusan status.
"Bodoh."
"Um, aku memang orang bodoh, cuma orang bodoh yang suka Si Gila..."
Jalan setapak yang bergelombang ditambah kelelahan fisik, Lan Xin segera mengantuk. Sebelum tertidur, terdengar suara berat dan dinginnya bergema pelan:
"Aku tak pernah menganggapmu sebagai pacar, kau adalah..."
Dua kata terakhir diucapkannya lirih, tapi ditangkap jelas oleh Lan Xin.
Istri.
“Sangat ingin bangun untuk bertanya padanya apakah ini benar, namun rasa kantuk masih mengurungnya.”
“Saat terbangun, Lan Xin merasa kepalanya berat, nyaris bisa memfokuskan pandangan, namun langsung terkejut dan duduk tegak.”
“Ibu!”
Rantai besi!
Ada pagar, borgol!
Ia berbaring di ranjang besar nan empuk dengan sprei putih, ditambah lingkungan sekitarnya, membuat Lan Xin terkejut setengah mati.
Penjara!
Lei Tingyu keluar dari kamar mandi, melihat Lan Xin yang terdiam takjub, sorot matanya melunak.
“Sudah bangun?”
“Tempat apa ini?” Bukankah dia cuma berhubungan di alam terbuka dengan bos di gunung, perlu sampai ditangkap?!
Tunggu—yang dipakai bos itu peralatan listrik?
Lingkungan sekitar mengejutkan Lan Xin, tapi pakaian Lei Tingyu juga membuat matanya melotot.
Ia mencubit pipinya sendiri, sakit! Bukan mimpi!
Lei Tingyu baru saja mandi, torso masih telanjang, bawahannya memakai celana panjang yang modelnya mirip... seragam sipir penjara?
Bahkan terlihat di pinggangnya terselip pentungan polisi!
“Menurutmu ini tempat apa?” Lei Tingyu sengaja menggoda melihat ekspresi terkejut Lan Xin.
“Kita cuma melakukan ITU, masak sampai ditahan?”
Melanggar kesusilaan.
Empat kata tebal berkilau itu muncul di benak Lan Xin.
Habis, jangan-jangan mempermalukan tanah air di Negara E?
"Ekspresi menggemaskannya akhirnya menghibur Lei Tingyu."
"Kami yang mana? Um?" Dia duduk di ranjang, mengaitkan dagunya dengan tangan, sengaja menggoda.
"Yang itu tadi, selesai selesai, tidak boleh mempermalukan negara, lebih baik aku bilang aku orang negara pulau—tidak benar!"
Lan Xin akhirnya bereaksi, jika dia dan Lei Tingyu dicengkram, mengapa dia mengenakan pakaian seperti ini?
"Ini sebenarnya di mana?"
"Di gunung, Hotel Tema Sayap Cinta."
Lan Xin merasa nama ini agak familiar, tiba-tiba teringat.
"Qi Lei?"
Lei Tingyu mengangguk, hadiah yang diberikan asistennya yang perhatian.
Ingat sebelum ke luar negeri, Qi Lei memberikan kartu kamar kepada Lei Tingyu, katanya hadiah dari koceknya sendiri, rupanya di sini?
Alasan penting mereka bertengkar di jalan sebelumnya dan Lei Tingyu memarkir mobil di gunung ini, karena ini lokasi kartu kamar dari Qi Lei.
Rencana awal memang menginap di sini, kebetulan Lan Xin tertidur, sehingga wajar untuk datang.
"Ibu, bule benar-benar punya selera aneh, tempat hancur macam apa ini!" Lan Xin menepuk garis leher bajunya.
Tempat yang dibikin seperti penjara ini, benar ada orang yang bersedia datang?
"Kamar ini sudah termasuk wajar, masih ada beberapa lagi, mau lihat?"
Lan Xin menggelengkan kepala dengan sigap, berbekal insting hewan pun tahu, pasti bukan tempat bagus.
"Kenapa aku merasa seperti melupakan sesuatu..." Lan Xin mengusap pelipisnya.
"Dia merasa sebelum tidur, sepertinya ada hal penting yang belum diselesaikan."
