Bab 168 Duet Empat Tangan yang Memukau Penonton
"BREEENG!"
“Anna menyapu semua barang di meja ke lantai.”
“Musik pesta samar-samar terdengar, namun dia sama sekali tidak berminat turun.”
“Pria yang paling dinantikannya sedang memeluk perempuan lain, ini hari ulang tahun terburuk.”
““Kau seperti ini, benar-benar payah.””
“Suara Hanses terdengar dari pintu.”
““Pergi!””
““Jika aku pergi, kau takkan pernah mendapatkan Lei Tingyu.””
““Ada cara?” Mata Anna berbinar.”
““Tentu, tapi ada syaratnya.””
““Syarat apa?””
““Perempuan bernama Lan Xin itu harus diserahkan padaku.” Hanses menjilat sudut bibirnya, belum pernah ia melihat perempuan Timur sejelas itu.”
“Saat Lei Tingyu menari dengan Lan Xin tadi, darahnya sampai mendidih.”
“Lan Xin seperti kupu-kupu mungil, baik postur tubuh maupun penampilannya, sangat sesuai seleranya.”
“Sangat menyukai tipe perempuan pedas seperti ini.”
“Jika bisa merobek pakaiannya dan... Begitu memikirkannya, Hanses tak kuasa menahan gejolak.”
““Tak masalah, lebih baik kau cari beberapa orang untuk menggilir perempuan sialan itu—Apakah rencanamu punya peluang sukses?””
“Anna tidak peduli nasib Lan Xin, yang penting bisakah ia benar-benar mendapatkan Lei Tingyu.”
““Tak masalah, dia takkan luput dari telapak tanganku. Sepengetahuanku, nenek akan mendukung operasi kita. Nanti, Lei Tingyu untukmu, Lan Xin untukku!””
“Keduanya berkomplot, serentak menunjukkan tawa licik.”
“Sementara itu, musik di lantai bawah berganti ke lagu kanon biola yang membuat Lan Xin pertama kalinya malam itu kehilangan kendali.”
Hak sepatu yang runcing menginjak kaki Lei Tingyu, wajahnya langsung memerah.
Namun Lei Tingyu sama sekali tidak marah.
Dengan ekspresi penuh makna, ia melirik Lan Xin yang sedang malu-malu.
Saat ini, mungkin kedua orang itu sedang teringat pemandangan mesra di atas piano.
Anna yang baru merencanakan sesuatu turun ke lantai bawah, persis menyaksikan adegan ini.
Lelaki bak dewa itu menundukkan pandangan memandangi perempuan dalam dekapanannya, bahkan tak menyisakan secercah perhatian untuknya...
Di saat yang sama, nenek buyut Lei Tingyu, Nyonya Marquis, tiba di lokasi pesta. Melihat tarian harmonis Lei Tingyu dan Lan Xin, lalu memandang ekspresi Anna, ia pun berjalan mendekat dengan raut tak senang.
Kedatangan Nyonya Marquis langsung membuat kerumunan di lantai dansa membuka jalan.
Di kalangan sosial yang sangat menjunjung status ini, Nyonya Marquis masih memiliki pengaruh besar.
"Lex, hari ini ulang tahun Anna, pergilah mainkan sebuah lagu untuknya!"
Ucapan ini telah jelas menunjukkan sikapnya.
Usai berkata, ia memandang Anna dengan puas - inilah calon Nyonya Marquis masa depan yang diyakininya!
Keluarga Nyonya Marquis memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Anna. Baik dari segi pernikahan politik maupun kepentingan bersama, Anna adalah pilihan utama.
Lei Tingyu mengerutkan alis, sangat kesal dengan permintaan tidak masuk akal dari nenek buyutnya ini.
Nyonya Marquis sengaja memanfaatkan situasi dimana Lei Tingyu tidak akan berani membangkang di depan banyak orang.
“Sementara itu Anna, yang mendapat dukungan efektif, wajahnya langsung berseri-seri. Ia memandang Lan Xin dengan penuh kemenangan.”
“Lan Xin baru saja ingin membalas Nyonya Marquis, tiba-tiba terdengar suara bos berkata.”
“Bagus.”
“Lan Xin terkejut, menoleh memandang Lei Tingyu. Saat ini baik Nyonya Marquis maupun Anna sama-sama terlihat puas.”
“Para penonton yang menyaksikan sepertinya juga merasakan gelombang konflik tersembunyi di antara mereka.”
“Tapi kepuasan Anna dan Nyonya Marquis hanya bertahan 2 detik.”
“‘Istri saya Lan Xin telah menyukai musik klasik sejak kecil, menguasai seni piano. Saya ingin berduet memainkan sebuah lagu untuk merayakan ulang tahun Nona Anna!’”
“Senyum Anna membeku di wajahnya.”
“Bangsat, bahagia apanya dasar kau!!!”
“Luas bayangan dalam hati Nyonya Marquis saat ini sulit diukur.”
“Dia hanya ingin pamer, siapa sangka Lei Tingyu membalas dengan serangan mematikan seperti ini!”
“Melihat ekspresi Anna dan Nyonya Marquis, Lan Xin hampir tertawa terbahak.”
“Lei Tingyu menggandeng Lan Xin mendekati band. Pemain piano menggeser kursi untuk mereka.”
“‘Menguasai piano? Kau tidak merasa berdosa ngomong begitu?’ bisik Lan Xin.”
“Dia hanya bisa memainkan beberapa lagu. Padahal yang hadir adalah kalangan kelas atas yang telah lama berkecimpung di musik klasik.”
“Hampir setiap gadis bangsawan sejak kecil menerima pendidikan piano menyeluruh.”
“Lan Xin masih jauh kalah dibanding mereka.”
Dia sangat takut permainannya salah, membuat Lei Tingyu malu.
"Terserah bagaimana kamu memainkannya, kalau salah ada aku."
Perkataan Lei Tingyu memberi Lan Xin keberanian besar.
Duduk di sampingnya, mengangkat tangan, glissando dimulai, permainan pun berlangsung.
Lagu yang dimainkan Lan Xin tidak terlalu sulit, tingkat permainannya pun tidak bisa dibilang istimewa.
Tapi di bawah bayang-bayang kuat Lei Tingyu, kombinasi pria tampan dan wanita cantik ini membuat lobi sunyi sepi.
Semua gadis yang belum menikah memandang Lan Xin dengan iri.
Banyak orang bisa memainkan piano setingkat Lan Xin.
Tapi tak ada wanita lain yang didampingi pria seperti Lei Tingyu untuk bermain piano empat tangan.
Apa yang dimainkan sudah tak lagi penting, siluet sejajar dan tatapan penuh keselarasan itu cukup membuat para wanita iri, cemburu, dan benci.
"Berharap mendapat satu hati, sampai ubanan tak berpisah."
Setiap wanita di sini memiliki latar belakang keluarga terpandang.
Tapi sedikit yang mendapat pernikahan bahagia, sehingga permainan bersama Lan Xin dan Lei Tingyu memberi mereka stimulasi kuat.
Tentu, yang paling terstimulasi adalah Anna.
Dari awal duduk menunggu Lan Xin dipermalukan, kini terjebak dalam situasi memalukan.
Setiap nada dari Lan Xin dan Lei Tingyu menjadi batu raksasa yang menghantam hatinya, lagu baru dimainkan setengah.
Anna tak lagi punya keberanian mendengar, berlari sambil menangis keluar lobi.
Ini hari ulang tahun terburuk dalam hidupnya, tanpa tanding!
Saat Lei Tingyu dan Lan Xin selesai memainkan lagu, mereka berdiri. Lan Xin mengangkat ujung gaunnya dan memberi hormat dengan anggun ke arah kerumunan, yang masih terpana dalam keheningan.
Berbeda dengan wajah beruntung Lan Xin yang bersinar, wajah Nyonya Marquis telah menggelap.
Dia tak menyangka Lei Tingyu akan membalas dengan cara yang begitu tegas, bagaikan mempermalukan mereka secara terang-terangan.
Reaksi Nyonya Marquis membuat beberapa orang yang ingin bertepuk tangan ragu-ragu. Saat itulah, tepuk tangan riuh bergemuruh.
Orang-orang menoleh ke sumber suara dan terkejut melihatnya adalah Jin Tian.
Jin Tian, seorang bangsawan dengan gelar Pangeran, juga diundang ke lokasi acara.
Di belakangnya, mengikuti keponakannya Jin Si.
Dengan dimulainya tepuk tangan oleh Jin Tian, riuh gemuruh tepuk tangan seperti ombak memenuhi ruangan.
Nyonya Marquis mendengus keras dengan wajahnya yang muram.
Hans yang mengikuti Nyonya Marquis, melirik penuh nafsu ke arah Lan Xin yang dikelilingi tepuk tangan.
Perempuan ini besok akan menjadi miliknya.
Jin Si di samping Jin Tian juga memandangi Lan Xin dengan sorot mata pengecut.
Lei Tingyu membawa Lan Xin menunjukkan kehadiran mereka dengan tegas, tapi Lan Xin berbisik pelan:
"Apakah pria dengan nama 'Si' pasti bukan orang baik...?"
Jin Si dari keluarga Jin, dan sepupu jauh Lei Tingyu yaitu Hans, sama-sama memiliki tatapan yang sangat menyebalkan.
“CEO Lei dan Nyonya sangat romantis, benar-benar membuat orang iri.” Jin Tian mendekati Lei Tingyu dan Lan Xin sambil berkata.
Mata Jin Si di belakangnya menempel pada tubuh Lan Xin, terpaku beberapa detik pada perhiasan di kepala Lan Xin.
Ini adalah perhiasan eksklusif keluarga Jin yang tidak dijual, mengapa dia memakainya?
Mungkinkah Nyonya Lei ini memiliki rahasia gelap dengan Paman Jin Tian?
