Bab 170 Sebenarnya Lan Xin Sedikit Patriotik
Lokasi yang disepakati dengan Nyonya Marquis adalah hotel ternama di ibukota Negara E.
Lan Xin berdiri di pintu masuk, menarik-narik pakaian kasual sederhananya, memandang Lei Tingyu yang berbusana hampir serupa.
"Apakah ini benar-benar baik?"
Berpakaian sesederhana ini di negara yang sangat menjunjung tinggi etiket, bagaimanapun terlihat terlalu sembrono.
Boss tidak menjawabnya, hanya menguatkan genggaman pada lengannya. Lan Xin mencibir, tetap menunjukkan kesombongannya.
Begitu masuk langsung terpana oleh kemegahan berkilauan dan gerbang-gerbang lengkung megah berturut-turut. Melihat tamu lain yang semua berbusana resmi, Lan Xin kembali menunduk.
Pakaian hari ini dipilihnya. Sungguh tidak mengerti apa yang sedang direncanakan bos.
“Firasat kalau berpakaian seperti ini untuk kencan, benar-benar seperti menantang Nyonya Marquis!”
Di tengah jalan, bersimpangan dengan seseorang, menyadari sorot mata lawan yang aneh saat melihatnya.
Mata Lan Xin yang cerdik berkedip, sambil berkata pada Lei Tingyu yang menggandeng tangannya.
“Anata, aishiteru!” Baik nada bicara maupun ekspresinya, persis seperti perempuan negara pulau, sempurna mutlak!
Niat Lan Xin saat ini sederhana dan tegas.
Bicara bahasa negara lain untuk menyamarkan kewarganegaraan, wajah orang China tidak boleh dipermalukan di luar negeri!
Lei Tingyu yang diprovokasi Lan Xin kedutan mulutnya, berhenti melangkah, mengangkat alis.
“Kamu tahu maksut ucapanmu sendiri?”
Lan Xin menggelengkan kepala. Dia sering melihat istri di anime Jepang mengucapkan kalimat khas pada suami seperti itu.
Lei Tingyu menjentikkan keningnya, membisikkan sesuatu di telinganya. Wajah Lan Xin langsung memerah.
Arti pelafalan itu adalah: Suamiku, aku mencintaimu!
Memandangnya yang memerah, Lei Tingyu berkata dengan sifat jahat.
“Di kemudian hari, kata-kata seperti ini cukup diucapkan saat kita berdua saja.”
“Kamu menyebalkan!” Lan Xin membenci sifat liciknya yang selalu mengambil keuntungan lalu berpura-pura suci.
“Jika kamu memang perlu mengungkapkan perasaan di depan umum, aku juga tidak keberatan.”
Dalam hati, Lan Xin mengacungkan jari-jari versi Q, mencerca Lei Tingyu dengan keras.
Saat ini pelayan telah membawa mereka melewati area makan biasa, memasuki zona eksklusif VIP.
Lan Xin tidak tahu teringat apa, tiba-tiba tertawa "hehe".
boss bertanya dengan sorot mata, dia melambai dengan jari-jarinya. Kali ini Lei Tingyu yang mendekatkan telinganya.
Saat ini kedua orang ini telah memasuki radius penglihatan Nyonya Marquis serta Anna dan Hans yang menemani makan.
Melihat Lei Tingyu datang tanpa mengenakan pakaian resmi, wajah Nyonya Marquis sudah sangat muram. Ini setara dengan tamparan tidak langsung dari Lei Tingyu.
Tapi yang lebih membuat marah dia dan Anna adalah, Lei Tingyu malah berbisik-bisik dengan Lan Xin di depan umum tanpa mempedulikan status.
Kesalahan etiket sosial sejelas ini sama sekali bukan hal yang pantas dilakukan pria setingkat Lei Tingyu.
Ketidaksopanan ini telah sangat jelas menyampaikan satu konsep:
Aku tidak menganggap kalian!
Tapi yang lebih membuat marah rombongan Nyonya Marquis adalah, setelah mendengar bisikan Lan Xin di telinganya, Lei Tingyu malah tertawa terbahak-bahak.
Wajah Anna sampai terdistorsi - Lei Tingyu ternyata masih bisa tertawa!
Sejak kecil hingga dewasa, orang-orang ini belum pernah melihat ekspresi selain dingin dari Lei Tingyu.
Sekarang dia benar-benar tertawa, bukan sekadar senyum tipis di sudut mulut, tapi benar-benar tertawa terbahak-bahak!
Lan Xin yang melihatnya tertawa begitu berlebihan, ikut tertawa juga.
Apa sebenarnya yang baru saja dia katakan kepada boss?
Yang dia katakan adalah: Meskipun mengucapkan "suamiku, aku mencintaimu" dengan bahasa negara pulau di depan umum adalah hal yang sangat canggung...
"Namun, dibandingkan dengan beberapa frasa bahasa negara pulau lain yang dia kuasai, kadar ini jelas lebih baik." Boss menjadi penasaran dan bertanya apa saja frasa-frasa lain tersebut.
Lan Xin menjawab jujur: "Yamete (jangan), ganbatte (semangat)", dan sebagainya.
Dialog-dialog dari film aksi cinta negara pulau semacam ini, jika dibandingkan dengan teriakan barusan, bahkan lebih tidak berintegritas.
Jadi tanpa perbandingan tidak akan ada yang tersakiti. Lan Xin tetap tenang, sementara Boss tertawa dibuatnya.
Namun tak lama kemudian senyum Lan Xin langsung menghilang.
"Frasa-frasa itu bisa kau ucapkan untukku malam nanti, berdua saja." Lei Tingyu membisikkan kalimat ini di telinganya.
Seketika wajah Lan Xin memerah lagi, membiarkan Lei Tingyu menggandeng tangannya menuju meja makan.
Interaksi mesra keduanya terpantau oleh orang luar.
Terutama oleh Anna yang sudah lama mengincar Lei Tingyu. Kemanisan mereka bagai racun yang melukai hati Anna dalam-dalam.
"LEX! Ada apa dengan pakaianmu hari ini?!"
Nyonya Marquis mulai menyerang. Di negara yang terobsesi protokol seperti ini, penampilan Lei Tingyu dan Lan Xin hari ini dianggap sangat tidak sopan.
Lei Tingyu menarik kursi untuk Lan Xin yang lalu duduk dengan anggun.
Ia lalu duduk di samping Lan Xin sebelum akhirnya berbicara dengan tenang.
"Anda memanggilku hari ini, pastinya bukan hanya untuk mengkritik penampilanku, bukan, Nenek?"
Wajah Nyonya Marquis menjadi muram, Anna di sampingnya cepat menariknya. Untuk rencana selanjutnya, sementara jangan berkonfrontasi dengan LEX.
Sedangkan pandangan Hans terus tertuju pada Lan Xin.
Kaos ketat warna cerah yang dipakainya hari ini dipadukan dengan jeans, membuatnya terlihat sangat muda. Pandangan Hans tertahan beberapa detik lebih lama di dada Lan Xin yang menonjol karena kaos.
Meski tak sebanding dengan wanita Barat berambut pirang bermata hijau, kemungilan dan kelembutan khas Orang Timur dengan aura anggunnya tetap memberi kesan segar bagi Hans.
Sebentar lagi, dia bisa membuatnya tergila-gila di bawah tubuhnya. Membayangkan wajah klasik bernuansa Oriental itu dipenuhi jejaknya, Hans hampir tak bisa menahan reaksi.
Dari begitu banyak wanita yang pernah dimainkannya, belum pernah ada boneka Oriental secantik ini.
Lei Tingyu mengamati reaksi Hans, kilatan kekuatan membunuh melintas cepat di matanya tapi segera ditahan.
Makan malam ini terasa canggung. Meski hidangannya level tertinggi Michelin Tiga Bintang, karena semua orang di meja punya agenda tersembunyi, tak ada yang benar-benar menikmati makanan.
Lei Tingyu sudah memberi tahu Lan Xin sehari sebelumnya, jadi Lan Xin mempersiapkan diri dengan kewaspadaan maksimal.
Hidangan utama sudah selesai, bahkan sudah masuk ke lingkungan makanan penutup, tapi kelompok Nyonya Marquis masih belum bergerak.
Di antara pembicaraan sempat disebutkan tentang meminta Lei Tingyu memberikan bantuan untuk perusahaan Hans, namun semuanya berhasil dialihkan oleh Lei Tingyu dengan teknik "empat ons mengangkat seribu kati".
Anna hampir tidak berbicara, hanya sorot matanya yang semakin kejam saat memandang Lan Xin.
Mungkinkah boss salah hitung? Apakah orang-orang ini benar-benar hanya ingin makan dan mengucapkan beberapa patah kata hambar lalu selesai?
"Maaf semuanya, saya ke toilet sebentar." Lan Xin berdiri.
Setelah dia keluar, Hans segera mencari alasan untuk menyusul.
Lei Tingyu mengerutkan alisnya, awalnya ingin mengikuti Lan Xin keluar.
Namun Nyonya Marquis memberi kode mata ke Anna yang segera berdiri dan mendekat untuk membelit Lei Tingyu.
Kucing liar sendirian pasti bisa menghajar Hans. Di hotel, Lei Tingyu sudah menempatkan orang-orangnya yang berjaga diam-diam.
Akhirnya Lei Tingyu duduk kembali, dengan setengah hati menangani Nyonya Marquis dan Anna. Lebih baik mereka cepat bertindak.
Kesabarannya hampir habis.
Lan Xin keluar dari toilet dan melihat Hans yang menunggu di luar. Dia berbalik menghindar.
Namun Hans sengaja bergerak mendekat, mencoba melakukan kontak fisik.
"Ah! Maaf, tangan saya licin!" usai menyentuh pinggang Lan Xin, Hans tertawa tak tahu malu.
Dia yakin Lan Xin tidak berani memberitahu Lei Tingyu tentang ini.
Lan Xin mengedipkan mata, tiba-tiba melayangkan tendangan tepat ke bagian tak terkatakan di antara kaki lawannya.
"Maaf ya, kakiku juga terpeleset!"
