BAB 174 Kucing Kecil yang Menyebalkan, Siapa yang Menyuruhmu Begitu Tenang?
Selama Lei Tingyu mengajak Lan Xin berlibur, bisnis bar milik Mi Feifei akhirnya mulai bangkit.
Ketika Lan Xin kembali, ia terkejut melihat tingkat okupansi kursi mencapai 60%.
"Akhirnya kamu tidak main game offline lagi." Lan Xin meletakkan hadiah di atas bar.
“Akhir-akhir ini sudah tidak memeriksa pemadam kebakaran atau hal lainnya, bisnis membaik banyak, namun aku juga merasa cukup lelah.”
“Fei Fei menggosok-gosok pinggangnya, belakangan ini dia sering merasa stamina tidak cukup.”
“Apa ini?” Fei Fei mengambil kotak yang diletakkan Lan Xin di atas bar.
“Gelang ini menurutku sangat cocok untukmu, cobalah pakai.”
Fei Fei membuka kotak itu, melihat label merek langsung mencibir.
“Nyonya kaya memang beda, berani-beraninya kamu membeli barang semahal ini.”
Lan Xin khawatir dia menolak, sambil tersenyum nakal menggenggam tangan Fei Fei dan memakaikannya.
“Gak apa-apa, toh ada boss yang mengganti rugi.”
Fei Fei berdecak-decak, “Kok aku merasa kamu jadi lebih cantik? Boss Besar Lei tidak mengurangi 'jatah membasahi'-mu ya? Lihatlah kulitmu yang kenyal ini, zieeett...”
Wajahnya terlihat lebih segar, seolah ada sesuatu yang berbeda, matanya berbinar-binar.
Lan Xin teringat aktivitasnya bersama Lei Tingyu di luar negeri beberapa hari ini, dengan cepat mengambil gelas dan minum untuk menyembunyikan perasaannya.
“Mana ada 'jatah membasahi'...”
Yang ada cuma tekanan saja!
Dia tidak memiliki lingkaran hitam di mata semata-mata berkat krim mata yang dipakainya, Lei Tingyu benar-benar tidak tahu malu tingkat dewa!
Selain gelang kristal, Lan Xin juga membawakan Fei Fei beberapa kotak cokelat khusus, makanan favorit Fei Fei.
Tapi saat Fei Fei membuka satu bungkus dan memakannya, tiba-tiba menutup mulut lalu memuntahkannya, bahkan mual beberapa kali.
“Kenapa?” Lan Xin buru-buru berdiri dan menepuk punggungnya.
Fei Fei mengambil gelas air dan meneguknya dengan tegas beberapa kali, baru bisa menekan rasa menjijikkan.
"Tidak masalah kok, cokelat lembut isi kacang hazel buatan tangan, bukannya kamu suka banget makan ini?"
Lan Xin mengira sudah rusak, mengambil satu butir dan memakannya, ternyata enak sekali.
Fei Fei menggelengkan kepala dengan wajah pucat, "Siapa yang tahu, mungkin akhir-akhir ini sakit perut kambuh, jadi selalu mual kalau mencium bau aneh."
"Haha, kalau bukan karena tahu kamu tidak punya pacar, aku bakal mengira kamu hamil."
Krak! Gelas air Fei Fei jatuh ke lantai dan remuk total.
"Lan Xin..."
"Ada apa? Aduh, kamu tidak terluka kan? Kok bisa tidak hati-hati seperti ini?" Lan Xin buru-buru memeriksa.
Wajah Fei Fei pucat seperti tanah.
"Besok kamu ada waktu tidak?"
"Ada kok, beberapa hari ini aku memang tidak ada urusan."
Lei Tingyu sejak memberi makan si bos kecil, justru tidak terlalu ketat mengawasi Lan Xin. Jika ingin keluar, cukup bilang saja.
"Temani aku ke rumah sakit, boleh?"
"Kamu kenapa?" Lan Xin ikut tegang.
Fei Fei menggelengkan kepala, "Ikut saja, nanti kamu akan tahu."
Haidnya... sepertinya sudah terlambat beberapa hari...
Malam hari, Lei Tingyu ada acara bisnis. Lan Xin memeluk keripik kentang sambil menonton sinetron.
Boss menelepon, bilang jangan menunggu dia makan malam, mungkin pulang agak larut.
Dibandingkan dengan sebelumnya yang selalu melekat seperti bayangan, Lan Xin agak kurang beradaptasi.
Ingin menelepon tanyakan di mana dia sekarang, tapi merasa tidak tepat.
“Baru menikah dulu, demi menunjukkan wujud yang baik dan penuh perhatian, boss pulang malam pasti akan telepon untuk menyatakan kepedulian.”
“Tapi perasaan semacam prosedur kerja itu, mood sekarang sudah berbeda.”
Lan Xin sebenarnya sangat ingin menelepon untuk mengingatkannya, kurangi minum dan hati-hati, tapi merasa tindakannya ini seolah tanpa alasan yang jelas.
“Sebenarnya apa hubungan dia dengan Lei Tingyu sekarang?”
“Mungkinkah mantan istri dan mantan suami seperti mereka, hidup mirip kohabitasi, bahkan menjalin hubungan terlarang?”
“Jelas tidak mungkin.”
“Tapi kalau bilang mereka sedang dekat, Lei Tingyu juga belum pernah memberi respons positif.”
Setelah lama memikirkan, Lan Xin akhirnya menemukan cara kompromi.
Dia menelepon sopir Lei Tingyu.
Sementara Lei Tingyu saat ini sedang di kamar pribadi KTV milik Mo, murni waktu pria: empat pria hebat membuka dua botol bir.
Tapi suasana agak mencekam.
Lei Tingyu duduk di sofa, gelas anggur di tangan, tapi pikiran tertuju pada ponsel di saku.
Hening. Sepi mencekam.
Tiba-tiba, dering ponsel berbunyi.
si Keempat Xin Ran melihat ID pemanggil, segera menampakkan senyum tipis.
“Istri, um, aku akan segera pulang. Iya, tidak minum banyak. Sopir akan jemput. Tenang, tidurlah dulu. Sayang kamu!”
Mendengar percakapan si Keempat, Lei Tingyu mengangkat gelasnya dan meneguk habis.
Gong Yun melihat Mo, lalu menatap Lei Tingyu.
lex mungkinkah masih menunggu telepon istrinya?
"Seharusnya tidak mungkin, Lex adalah yang paling tenang di antara kami berempat, emosinya juga paling terkendali."
Hal-hal kekanakan seperti cinta pertama begini, mana mungkin Lex...?
Suasana di sekitar Lei Tingyu sangat mencekam, sementara si makhluk yang biasanya energik itu hari ini juga terlihat lesu.
"Mo, kamu yang mengumpulkan kami semua, tapi sendiri malah diam seribu bahasa. Ada laporan apa?" tanya Gong Yun.
Biasanya Mo yang paling cerewet saat kami berkumpul.
Tapi hari ini dia tampak punya beban pikiran, terus-menerus menunduk sambil minum-minum sedih, bersaing dingin dengan Lei Tingyu yang sedang duduk di sofa mengeluarkan hawa dingin.
"Aku mungkin akan menikah." Kalimat Mo berhasil menarik perhatian semua orang.
Bahkan Boss Lei yang sedang kesal dengan Lan Xin pun mengangkat kepala menatapnya.
"Nona siapa yang jadi korban malang sampai harus dipinang makhluk sepertimu?" Xin Ran mengutarakan curhat semua yang hadir.
Meski Xin Ran yang mengelola perusahaan hiburan sama playboy-nya dengan Mo, tapi sebagai pria berumah tangga pertama yang berhasil fokus, dia merasa punya kualifikasi untuk mengejek Mo.
Makhluk seperti Mo ini pun kalau menikah, pasti tetap tak bisa fokus.
"Dijodohkan keluarga. Keluarga Yan di Donghua, pernah dengar?"
"Keluarga Yan yang punya latar belakang militer dan politik?" tanya Lei Tingyu.
Mo mengangguk, "Nona Besar keluarga Yan. Jika tak ada kejutan, bulan depan akan menikah."
"Kenapa terburu-buru?" tanya Gong Yun. Kalau sampai Mo menikah, bukankah dia akan menjadi satu-satunya lajang di kelompok berempat ini?
“Lei Tingyu mencari data di kepalanya, keluarga Yan di kawasan timur kota, kondisinya bisa dibilang seimbang dengan klan Mo.”
“Nona Besar Yan Lili dari keluarga Yan, memiliki latar belakang pendidikan sekolah ternama luar negeri, mendirikan perusahaannya sendiri, bisa disebut wanita karir yang kuat.”
“Layak untuk Mo, bisa dibilang sepadan.”
“Hari-hari Tuan Besar saya tidak banyak lagi, ingin segera menggendong cucu.”
“Mo dan Yan Lili hanya bertemu beberapa kali, tidak ada hubungan khusus, merasa kondisinya masih bisa diterima, lalu menyetujui.”
“Ekspresimu tidak seperti pengantin pria, lebih mirip orang yang akan menghadiri pemakaman?” Xin Ran mengejek, Mo mengangkat bahu.
“Tidak ada yang patut disenangi.” Bagaimanapun juga hari ini akan tiba, dengan siapapun hasilnya sama saja.
Saat mengucapkan ini, tiba-tiba muncul wajah apel kecil bulat di kepala Mo.
Mo menggelengkan kepala, bagaimana bisa terpikir lagi tentangnya? Perempuan itu satu-satunya yang berani menolaknya sejauh ini.
“Lex, cuaca besok cukup bagus, bagaimana kalau mengajak wanitamu main golf? Kemarin ketinggalan, Tian Xin di rumahku juga merengek ingin kenalan dengan wanitamu.” usul Xin Ran.
Mendengar nama Lan Xin, Lei Tingyu memicingkan mata. Ponsel di genggamannya masih terkunci rapat. Kucing liar kecil, kau benar-benar bisa jangan gegabah!
