Bab 180 Hancurkan, Kucing Dewa Pertempuran Lan Xin!
“Rupanya kamu bermain di sini. Awalnya kulihatmu, kukira mataku salah lihat.”
Perempuan itu berkata dengan manja dan menggoda pada Mo.
Lan Xin mengerutkan kening, bertanya pelan pada Lei Tingyu.
"Ini siapa?"
"Tunangan Mo, Yan Lili."
Nada bicara boss mengandung kesan jelas menikmati kekonyolannya.
"Aku tidak suka dia." Lan Xin memanfaatkan situasi bahwa orang lain tidak bisa mendengar, terus terang menyuarkan pendapat.
Banyak orang hadir di sini, tapi Yan Lili menganggap semua perempuan di dalam ruangan sebagai udara, hanya menyapa para pria.
Ditambah lagi sorotan mata sekilas yang dia berikan pada Lan Xin tadi, membuat Lan Xin sangat kesal, seolah merasa diremehkan.
Yan Lili memang sengaja tidak menganggap penting beberapa perempuan ini.
Semua pria di lingkaran ini dia kenal, tapi melihat wajah-wajah asing para perempuan ini, seharusnya mereka bukan dari kalangan selebriti.
Maka Yan Lili langsung menganggap Lan Xin dan yang lain sebagai selebriti wanita tiga bintang tidak masuk kategori, jenis yang hanya menemani orang kaya bermain.
Menyebut diri sendiri memiliki kekayaan, secara alami dia merasa tidak perlu mengacuhkan perempuan-perempuan ini.
"Kenapa kamu di sini?"
Mo yang melihat kemunculan Yan Lili sama sekali tidak merasa senang, malah jadi pusing.
"Menemani pelanggan berdiskusi bisnis, melihatmu di sini, jadi mampir melihat."
Yan Lili melirik sekilas pada Lan Xin yang sedang dipeluk Lei Tingyu, antara alisnya berkerut halus.
"Mau ikut bermain bersama?" Undangan Mo ini bahkan terdengar tidak tulus oleh Lan Xin, jelas hanya basa-basi formal.
"Baik, saya akan beri tahu pelanggan dan segera datang." Yan Lili seolah tidak paham, malah menyetujui.
Pesta pribadi yang seharusnya menyenangkan ini berubah jadi aneh karena keikutsertaan Yan Lili.
Setelah datang, dia hampir tidak berkomunikasi dengan ketiga perempuan itu, hanya berusaha mencari-cari topik pembicaraan dengan Mo.
Sesekali dia juga mencoba mendekati Lei Tingyu dan lainnya dengan membahas urusan bisnis.
Lei Tingyu sama sekali tidak mau menghiraukan wanita jenis ini. Orang yang tidak disukainya selalu dianggap angin lalu.
Sedangkan dua pria lainnya, meski tidak sejelas Lei Tingyu, juga tidak menyukai kehadirannya.
Suasana jadi agak canggung.
Tian Xin yang berwatak blak-blakan kehilangan kesabaran setelah mendapat dua kali lirikan sinis dari Yan Lili. Dia melempar topi dan pergi sambil menyeret Lan Xin.
Sampai di area istirahat, Tian Xin menenggak dua teguk minuman keras sebelum akhirnya meluapkan kekesalan.
"Apa mata Lao Er ini? Kalau benar dia menikahi wanita itu, bagaimana kita bisa main bareng lagi nanti."
Lan Xin mengernyitkan bibir, memilih tidak berkomentar.
"Kukira hanya pria dingin seperti Kakak Ketiga yang suka wanita karir sombong nan arogan ini. Ternyata selera Kakak Ketiga bagus, malah Lao Er yang matanya minus."
Tian Xin terus mencela.
"Sebenarnya menurutku mereka cukup cocok." Lan Xin juga tidak suka pada Mo yang tadi menghina Fei Fei.
"Fei Fei melihat Lan Xin dan yang lainnya ada di sini, ikut mendekat."
"Begitu dia bergerak, mata Mo langsung mengikutinya. Yan Lili yang menangkap semua ini merasa kesal."
"Dari tadi, dia sudah memperhatikan pandangan Mo yang terus mengawasi gadis itu."
"Fei Fei berjalan mendekat. Lan Xin segera memberi tempat, sekalian menyodorkan segelas minuman."
"Yan Lili pun menghampiri."
"Bajumu ini merek apa? Kok aku belum pernah lihat?"
"Fei Fei menunduk melihat bajunya. Ini dibelinya khusus untuk main bola. Belum sempat buka mulut, Lan Xin sudah tak tahan."
"Logo centang aja nggak kenal? Imigran alien ya? Merek biasa aja nggak tahu, jangan-jangan langkahmu terlalu lebar."
"Maksudmu?"
"Sampai kena telor... kalau punya telor."
"Byur." Tian Xin tak bisa menahan tawa.
"Yan Lili tercekik oleh ucapan Lan Xin, wajahnya berubah drastis."
"Merek begini, kupikir cuma siswa miskin di sekolah yang pakai."
"Iya, kakak tua berkeriput juga nggak cocok pakai, pakai pun nggak awet muda."
"Kerjaanmu apa sih? Sopan santun nggak punya?"
"Lan Xin memandang Fei Fei, 'Aku nggak sopan?'"
"Menurutku masih bisa diterima." Fei Fei tiba-tiba merasa mual lagi, seperti ada dorongan ingin muntah.
"Etiketnya sudah memenuhi standar." Tian Xin mengacungkan jempol ke Lan Xin, memberi isyarat pujian.
"Yan Lili awalnya ingin menggunakan topik baju untuk mengingatkan Fei Fei agar tidak lupa status."
"Tak disangka kefasihan berbicara Lan Xin yang mengikuti Fei Fei begitu hebat, bahkan tidak mengikuti pola standar dalam mengeluarkan kartu."
"Sedang merencanakan untuk mengerumuni tiga perempuan yang 'menjual kecantikan' demi hidup berkualitas terbaik ini, namun pandangan samping Yan Lili menangkap Lei Tingyu dan Mo yang sedang berjalan mendekat."
"Sebuah ide muncul di benak Yan Lili, lalu dia mengalihkan topik pembicaraan."
"'Tidak tahu kalian semua bekerja di mana?'"
"'Urusanmu tai——tidak boleh, aku harus menjadi orang yang terbuka, harus memberi suamiku penampilan yang baik.'"
"Lan Xin memutuskan untuk bertanya dengan cara yang lebih sopan, 'Apa urusanmu?'"
"Lei Tingyu yang mendekat langsung melihat kucing kecilnya sedang mengembangkan bulu sambil bermain kata-kata, sudut mulutnya sedikit melengkung."
"Mendengar kalimat ini, Mo merasa pusing tujuh keliling."
"'Kucingmu ini benar-benar kucing dewa perang.' Mo baru beberapa kali bertemu Lan Xin, tapi setiap kali selalu menyaksikannya mencabik-cabik orang."
"Terhadap penilaian sahabatnya, Lei Tingyu tidak berkomentar, namun matanya memancarkan toleransi mutlak."
"Dengan susah payah melatihnya, efek cabik-cabik bajingan inilah yang diharapkan."
"Melihat ekspresi Lei Tingyu, Mo langsung tahu pria ini takkan mengendalikan Lan Xin. Yang bisa diharapkan hanyalah Yan Lily sedikit mengurangi intensitas."
"Pertemuan pertama dengan teman langsung berantakan seperti ini. Seandainya dari awal memilih lapangan golf lain, takkan bertemu Yan Lily dan semua masalah ini bisa dihindari."
"Belum lagi sikap Yan Lily yang sekaligus menyinggung perempuan San Di dan Si Keempat, betapa menyebalkannya ini?"
"Kegelisahan dalam hati Mo sama sekali tidak dirasakan oleh Yan Lily."
Melihat Lei Tingyu dan yang lain mendekat, dengan sengaja berbicara dengan volume yang cukup keras untuk didengar semua orang.
"Perempuan harus mandiri, punya karier sendiri. Bagaimana pendapat kalian?"
Lan Xin menghela napas berlebihan, "Sungguh polos tanpa kepura-puraan ya."
"Betul, sangat berbeda dengan si jalang yang cuma mengandalkan pria," sambung Tian Xin.
Fei Fei merasa mual, bahkan mempertahankan formasi tim saja sulit. Wajahnya pucat sambil berusaha menahan muntah.
Yan LiLi mengamati sekeliling, melihat Lan Xin dan Tian Xin yang tak mudah dihadapi, lalu memfokuskan pandangan pada Fei Fei.
Fei Fei sudah merasa tidak enak sejak tadi. Yan LiLi mengira dialah yang paling lemah, lalu terus menyerangnya.
"Nona, boleh tahu profesi Anda? Saya pemilik perusahaan, mungkin bisa kerja sama nanti."
Ingin pamer sebagai wanita karir kuat, tapi tak perlu menginjak orang lain untuk terlihat hebat.
Fei Fei paham, perempuan ini memusuhinya karena hubungan dengan Mo.
Pertama dihina mantan brengsek, lalu tunangannya datang mengganggu. Kesabaran terakhir Fei Fei habis.
"Dari cara bodohmu menantang ini, perusahaanmu pasti dibiayai orangtuamu kan?" Serangan pertama Fei Fei langsung membuat Yan LiLi terbungkam.
Byur! Beberapa pria yang ikut tertawa terbahak.
Satu kata, langsung KO.
“Wajah Yan Lili pucat pasi, perusahaan miliknya memang ada investasi dari ayahnya.”
“Bab 181 Ayo Batalkan Pertunangan Kita”
“Bab 181 Ayo Batalkan Pertunangan Kita”
“Yan Lili awalnya ingin memberi Pelajaran Awal pada tiga perempuan ini, tapi tak menyangka Lan Xin dan kawan-kawannya sama-sama pandai bersilat lidah.”
“Sekalipun keluargaku berinvestasi sebagian, kami punya modal untuk itu. Aku sendiri juga mau berusaha, lebih baik daripada kalian yang hidup bergantung pada pria.”
“Kalimat ini tidak hanya membuat tiga perempuan itu kesal, tapi juga terdengar tidak enak di telinga boss yang ikut mendekat.”
“Ada yang mau membiarkan, dengan tidak ada yang mau membiarkan, itu dua konsep berbeda.”
“Begitu Lei Tingyu bicara, wajah Yan Lili langsung berubah.”
“Dimanapun dia pergi selalu dipuja seperti bintang, ini pertama kalinya ada pria yang tidak mau menurut padanya.”
“Ini jelas sindiran halus bahwa Yan Lili tidak ada yang mau membiarkan!”
“Mo mendengar Lei Tingyu sudah bicara, langsung tahu Yan Lili yang tidak punya otak ini telah total menyinggung San Di dan istrinya.”
“Kepalanya semakin pusing, dia hanya merasa sudah saatnya menikah dan ingin cari yang sepadan untuk hidup saja.”
“Tapi tak disangka, pilihan asal-asalan Yan Lili ini benar-benar tidak punya otak.”
“Lan Xin mendengar boss sudah bicara, mood-nya langsung membaik. Dia berdiri sambil mengambil handuk untuk menyeka keringatnya.”
“CEO Lei, apakah istri di rumahmu tahu kalau di luar begini? Seingatku, kan kau sudah menikah?”
Yan Lili menyelesaikan penjelasannya, selain dirinya sendiri, beberapa orang lainnya terpaku.
Mo sangat berharap bisa menemukan celah di tanah untuk menyelam ke dalam.
Memalukan sekali...
Lei Tingyu sedang menikmati kelembutan langka Lan Xin, diganggu seperti ini, matanya menjadi gelap, tubuhnya memancarkan hawa dingin.
"Cukup, Yan Lili. Jika Waktumu banyak, kembalilah untuk menemani para pelangganmu."
Mo dibuat kehilangan muka total oleh reaksi tidak sopan Yan Lili.
Perempuan tak berotak seperti ini, baru muncul sudah menyinggung temannya - istri seperti ini tidak usah dipertahankan.
Yan Lili yang terbiasa dimanja, mana tahan dengan desakan banyak orang.
Mengira telah menangkap gagang Lei Tingyu, dengan moral tinggi mulai mengkhotbahinya.
"Karena sudah ada istri di rumah, jangan pelihara perempuan berkualitas rendah di luar! Kalian pria hanya tahu menilai dari rupa!"
Lei Tingyu malah tertawa mendengar perkataannya. Mo merasa hatinya terpelintir melihat senyum itu.
Habislah... Perempuan tak tahu diri ini memprovokasi San Di yang paling sulit diurus!
Jangankan Yan Lili, bahkan ayahnya harus tetap sopan di hadapan Lei Tingyu. Dia pikir dirinya siapa?!
"Menilai dari rupa? Um, kau masih tahu batas kemampuanmu. Berusahalah cari untung, karena bahkan kesempatan untuk dinilai dari rupa pun tidak kau miliki."
Sindiran pedas Sang boss tepat sasaran.
"Byur!" Fei Fei dan Tian Xin tertawa.
Setelah Lei Tingyu membunuh Yan Lili dalam sekejap dengan satu kalimat, ia menoleh memandang Mo yang hampir mencapai stadium akhir "kanker canggung".
"Penilaian yang bagus, Lao Er."
Mo merasa malu sampai mati, sejak awal dia sudah punya firasat Yan Lili seharusnya tidak bisa akrab dengan Lan Xin dan Tian Xin.
Makanya saat datang ke sini, sama sekali tidak mengundangnya.
Mana tahu dunia ini begitu kecil, sampai bisa bertemu!
Apalagi si bodoh Yan Lili ini, langsung mengeluarkan jurus andalan yang malah membuat perempuan punya San Di tersinggung, sekaligus membuat San Di tidak suka padanya.
"Yan Lili, apa kamu lelah? Aku akan mengantarmu pulang." Mo langsung berkata, dia benar-benar tidak tahan dipermalukan seperti ini.
Tapi beberapa orang justru menolak diberi muka.
Yan Lili mendorong tangan Mo, menghadap Lan Xin dan Lei Tingyu, bersumpah ingin memulihkan martabatnya yang dihancurkan Lei Tingyu.
"Apa yang kukatakan salah? Dia, dia, dia, semuanya perempuan rendahan! Selain cantik, punya apa lagi!"
Jari Yan Lili tidak hanya menuding Lan Xin, tapi juga Fei Fei dan Tian Xin.
Melihat Yan Lili menuding Lei Tingyu dan Lan Xin, Xin Ran terkejut sampai mulutnya terbuka lebar.
"Penilaian macam apa yang dimiliki Lao Er ini? Berani-berainya cari perempuan yang berani menuding San Di?"
Orang terakhir yang berani bersikap sok gaya di depan Lei Tingyu, sekarang rumput di makamnya sudah setinggi apa?
Gong Yun menggelengkan kepala, "Masih terlalu dini untuk menyebutnya perempuan punya Lao Er sekarang."
"Begitu datang langsung membuat masalah besar, kalau Mo masih mau menerimanya, itu baru namanya ada hantu."
Yan Lili sebagian besar waktunya di luar negeri, hanya tahu kalau status beberapa orang ini tidak sederhana.
Tapi tak disangka pria-pria ini memiliki kekuatan sebesar itu, sekarang mengandalkan kesombongan dan ketidaktahuan, menuding Lan Xin yang ada dalam pelukan Lei Tingyu.
Dia ingin menggunakan Lan Xin untuk menyindir Fei Fei secara halus, siapa suruh Mo selalu mengawasi Fei Fei.
"Istri saya memang sangat cantik, apa yang dia miliki, tidak perlu kamu tahu." Lei Tingyu berhenti sejenak, lalu berkata dengan tenang.
"Tapi kamu, sebentar lagi akan tidak punya apa-apa."
Yan Lili tertegun, Lei Tingyu benar-benar mengatakan Lan Xin adalah istrinya!
Tapi Mo, sudah mendengar makna tersembunyi di balik kata-kata Lei Tingyu, bulu kuduknya merinding.
"San Di, beri saya muka, hal ini sudahlah."
Lei Tingyu bukan orang yang banyak bicara, tapi setiap kata yang diucapkannya, akhirnya akan terwujud.
Dia bilang Yan Lili akan tidak punya apa-apa, itu berarti dia pasti akan membeli perusahaan Yan Lili.
Bagi Lei Tingyu, ini seperti membeli mainan saja.
"Mo Lao Er, lebih baik kamu diam, kalau tidak, saya akan membereskanmu sekalian."
Boss kalau sudah kesal, entah itu siapa lawannya.
"Mo Huairen! Inikah teman baik yang kamu ajak?"
Yan Lili sampai sekarang belum menyadari bahayanya masalah ini, dia dibuat Lei Tingyu sangat terjepit.
Tapi semakin berusaha menjaga muka, semakin banyak muka yang hilang.
Perilaku mencari mati seperti ini membuat Mo bahkan malas mengurusinya.
Terutama, setelah pemimpin dan si Keempat datang, mereka juga meliriknya dengan ekspresi "pilihanmu sangat tepat"...
Mo merasa seumur hidupnya belum pernah sefrustasi ini.
"Pertemananku bukan urusanmu, Yan Lili. Pertunangan kita dibatalkan, aku akan menjelaskan ke keluarga."
Kalimat itu terucap bagai angin segar yang menyapu jiwa.
Seharusnya dia melakukan ini sejak lama. Perempuan yang memprovokasi hubungan persaudaraan mereka ini, jika benar dinikahi, bahkan tak layak jadi hiasan vas.
"Mo Huairen, berani-beraninya!" Yan Lili tak menyangka situasi akan kacau begini.
Mo sudah malas meresponsnya. Ia berbalik menghadapi Lei Tingyu dan rekan-rekannya.
"Ini kesalahanku. Aku yang traktir teman-teman makan."
Lei Tingyu mendengus, dua lainnya cuma mengangkat bahu - sekadar drama konyol.
Perempuan tak tahu diri itu mana paham, para pria ini telah menjalin ikatan lebih erat dari saudara darah sejak remaja.
Pantas dibuang seperti sampah, usahanya merusak hubungan persaudaraan.
Lan Xin sama sekali tak merasa bersalah. Mengacaukan skenario seperti ini justru terasa sangat memuaskan.
Jika benar Mo menikahi perempuan semacam itu, barulah benar-benar Tragis.
Lan Xin merangkul lengan Fei Fei. Ia memperhatikan wajahnya pucat, sepertinya kurang enak badan.
Saat semua mengabaikan Yan Lili bagai udara dan mulai beranjak pergi, tiba-tiba Yan Lili mengulurkan kaki mencoba menjatuhkan Lan Xin yang paling dekat.
Sedangkan saat dia geram dan nekat melompati tembok, Fei Fei akhirnya tak kuasa menahan rasa mual.
"Huek!"
Semburan muntah itu tepat mengenai kaki Yan Lili yang sedang diulurkan...
